Literature’s Token for Writers, Readers, and Curators | Token Sastra untuk Penulis, Pembaca, dan Kurator |

in #literary6 years ago (edited)



Some time ago, I proposed the introduction of literary tokens for writers, readers, and curators. Appreciation and appreciation for a literary work, not only given to writers like so far, but also to readers and curators in the form of literary tokens.

The concept of thinking is that a literary work is produced by a writer and only the writer who gets an award is an honorarium from the media. While the reader does not get an award other than the pleasure of reading literature which cannot be compared with appreciation in the form of material. Interactions between writers and readers, fellow readers, literary critics with writers or critics with readers directly and immediately, are impossible to realize in the concept of conventional mass media. In online media by adhering to the concept of literary tokens, all can enjoy the benefits.

The following are excerpts of my writing posted at www.beritagar.id on December 27, 2018:

All stakeholders in the world of literature, perhaps since now they have been able to prepare new concepts in the development of work containers and ongoing awards through blockchain technology. This concept is very different from the literary works published in print media so far.

After the work has been published in print, the author gets a one-time honorarium from the media concerned, no matter the text is read once or a thousand times or without a reader at all, the amount of the honorarium remains the same. To pay for freelance writers and pay their employees, the print media earns income from circulation and advertising. That's how it has been for a long time and whether or not.

In the future, works that are included in the blockchain platform, can be given awards in the form of "literary tokens" that are calculated according to a particular system, for example the number of readers (clicks) or curations from observers or competent curators. No need to worry that the number of readers can be tricked with robots because with blockchain technology can overcome such behavior. The author can get tokens that are managed by him alone, which can be converted into crypto currency and then converted into rupiah, or can only receive honorarium in rupiah after being managed by the media owner. The author can get an award within a certain time limit or it can be forever if the manager wants to bother arranging the pattern of awarding. Various variants can be developed when the "literary tokens" have been born.

As a raw idea, literary discourse in the world of blockchain and awards in other forms for writers need to be developed. Technology continues to evolve to change the needs and ways of life of humans, and literary works can adjust to the flow without having to lose idealism.

More complete information on literary tokens can be found at the link here.

With the conservative concept so far, perhaps the idea of literary tokens is difficult to realize. However, with the development of technology and the way humans enjoy mass media, it is not impossible to be realized in the next few years.[]

Lhokseumawe, Wednesday, January 2, 2019






Token Sastra Bagi Penulis, Pembaca, dan Kurator

Beberapa waktu lalu, saya mengusulkan adanya token sastra bagi penulis, pembaca, dan kurator. Apresiasi dan penghargaan terhadap sebuah karya sastra, tidak hanya diberikan kepada penulis seperti selama ini, tetapi juga bagi pembaca dan kurator dalam bentuk token sastra.

Konsep berpikir adalah, sebuah karya sastra dihasilkan oleh seorang penulis dan hanya penulis yang mendapatkan penghargaan berupa honor dari media. Sedangkan pembaca tidak mendapatkan penghargaan selain kenikmatan membaca sastra yang tidak bisa dibandingkan dengan penghargaan dalam bentuk materi. Interaksi antara penulis dengan pembaca, sesama pembaca, kritikus sastra dengan penulis atau kritikus dengan pembaca secara langsung dan serta merta, mustahil terwujud dalam konsep media massa konvensional. Dalam media online dengan menganut konsep token sastra, semua bisa menikmati manfaatnya.

Berikut cuplikan tulisan saya yang dimuat di www.beritagar.id pada 27 Desember 2018:
Semua pemangku kepentingan dalam dunia sastra, mungkin sejak sekarang sudah bisa menyiapkan konsep baru dalam pengembangan wadah berkarya dan penghargaan berkelanjutan melalui teknologi blockchain. Konsep ini berbeda jauh dengan karya sastra yang dimuat di media cetak selama ini.

Setelah karyanya dimuat di media cetak, penulis mendapatkan honor satu kali dari media bersangkutan, tidak peduli naskah tersebut dibaca satu kali atau seribu kali atau tanpa pembaca sama sekali, jumlah honornya tetap sama. Untuk membayar penulis lepas dan menggaji karyawannya, media cetak tersebut mendapatkan penghasilan dari oplah dan iklan. Begitulah yang berlaku sejak dulu dan entah sampai kapan.

Ke depan, karya-karya yang masuk dalam platform blockchain, bisa diberi penghargaan dalam bentuk semacam “token sastra” yang dihitung menurut sistem tertentu, misalnya jumlah pembaca (klik) atau kurasi dari pengamat atau kurator berkompeten. Tidak perlu cemas bahwa jumlah pembaca bisa diakali dengan robot sebab dengan teknologi blockchain bisa mengatasi perilaku seperti itu. Penulis bisa mendapatkan token baik yang dikelolanya sendiri yang bisa dikonversikan dalam bentuk mata uang kripto kemudian dikonversikan lagi dalam bentuk rupiah, atau bisa juga hanya menerima honor dalam bentuk rupiah setelah dikelola pemilik media. Penulis bisa mendapatkan penghargaan dalam batas waktu tertentu atau bisa jadi selamanya kalau pengelola mau merepotkan diri mengatur pola pemberian penghargaan. Berbagai varian bisa dikembangkan ketika “token sastra” itu sudah dilahirkan.

Sebagai sebuah gagasan mentah, wacana sastra dalam dunia blockchain dan penghargaan dalam bentuk lain bagi penulis perlu dikembangkan. Teknologi terus berkembang mengubah kebutuhan dan cara hidup manusia, dan karya sastra dapat menyesuaikan diri dalam arusnya tanpa harus kehilangan idealisme.

Lebih lengkap tentang token sastra dapat dibaca pada tautan di sini.

Dengan konsep konservatif selama ini, barangkali gagasan token sastra sulit diwujudkan. Namun, dengan perkembangan teknologi dan cara manusia menikmati media massa, bukan tidak mungkin akan terwujud dalam beberapa tahun ke depan.

Lhokseumawe, Rabu 2 Januari 2019






Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Sort:  

Sebuah gagasan yang perwujudannya akan menjadi win win solution, solusi yang memenangkan semua pihak.
Nah, yang kemudian jadi tantangan adalah kesiapan semua elemen, stake holder yang harus bersinergi sehingga bisa berkalan dengan baik.
Kalau selama ini penulis dapat honor dan royalti tinggal kemufian mikirkan juga penikmat sastra. Jika ini diimplementasikan saya percaya bisa menumbuhkan minat baca karya sastra selain juga dapat menambah daya dobrak bagi produktivitas sastrawannya.

Tetak ma kasih bang @ayijufridar
Terima kasih steemit
Salam hangat dari klaten jawa tengah

Kalau kenal dengan anak muda yang paham teknologi blockchain, bisa mempertajam gagasan tersebut @rokhani. Saya jelas tidak mampu, hehehehe....

Subhanallah, itu benar2 ide yang bagus. Karena melihat saat ini betapa dunia sastra timbul tenggelam dalam dunia yang sudah sangat terkena globalisasi ini. Apalagi sastra aceh yang sangat-sangat sulit ditemui. Semoga hal itu akan memberi banyak hal-hal baru kedepannya.

Semoga gagasan ini nanti ada yang menindaklanjuti @nafs. Saya hanya mengusulkan saja ada skema seperti itu dalam dunia sastra. Gagasan itu mahal, tetapi lebih mahal lagi mengimplementasikannya.

Token sastra, saya rasa ini wadah dan tempat yang tepat bagi para penulis, saatnya penulis naik kasta.

Salam

Selama ini, hanya penulis saja yang mendapatkan honor, sedangkan pembaca tidak. Untuk merangsang minat baca dan membangun komunikasi antara pembaca dengan penulis, token sastra bisa menjadi salah satu solusi.

Saya setuju dengan yang ayi sebutkan diatas, ini alternatif terbaik, karena penulis dan pembaca sama-sama di untungkan dengan mendapat jatah reward ya kalau nggk salah ? Hehe

Ide nyan meusaneut that brader @ayijufridar

Neu teumuleh bak beritagar.id Nyak Kaoy @isnorman. Honor lumayan, karap saban ngon Kompas cetak.