Tantangan kali ini yang diselenggarakan oleh komunitas Traveling Steem membuka tabir buruk perjalanan yang pernah Aku rasakan. Aku mencoba mengikuti tantangan ini, setidaknya ada pesan baikk yang bisa ditransfer buat rekan-rekan sekalian. Menurutku hal ini menarik. Pastilah rekan-rekan sekalian penasaran dan tak sabar ingin membaca serta mengetahui kisah ini bukan? Ok, namun sebelumnya Aku akan mengundang rekan-rekan lainnya untuk mengikutinya yaitu, @furqanarr, @mmmmkkkk311 dan @musaddikpase. Beginilah cerita dimulai ;

Setiap orang pasti mempunyai kisah kenangan perjalanan liburan buruk yang pernah dilalui. Karena sudah merupakan hukum alam yang biasa kita sebut sunnatullah bahwa dalam perjalanan hidup ada memori yang dilalui selain baik pastilah buruk tak terlewatkan. Ada yang baik sekali dan juga buruk sekali. Tergantung takdir yang diterima dari sang pemilik alam. Demikian juga Aku mempunyai kenangan buruk yang harus dilupakan dalam perjalanan pulang dari Kota Sabang (Aceh) menuju Kota Medan.

●Kapan perjalanan terburukmu yang ingin kamu lupakan?

Kontes ini membuka kisah buruknya perjalanan yang pernah Aku lalui. Namun menjadi menarik dan bermanfaat bagi orang lain karena ada pesan manfaat yang dapat dipetik. Tak ada yang sia-sia setiap kejadian pastilah dibalik semua ini Allah memberikan sebuah hikmah kehidupan.

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 H/2022 Aku berencana akan mudik ke Medan.Aku berdinas di Lanal Sabang dan keluarga tinggal di Medan. Mudik menjadi tradisi atau budaya umat Islam pulang kampung merayakan lebaran meraup bahagia bersama keluarga. Aku berangkat dari Sabang pada tanggal 28 April 2022.

Sekitar pukul 14.00 Aku menuju ke Pelabuhan Balohan Sabang. Sabang merupakan salah satu pulau yang terpisah dengan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darusaalam yaitu Banda Aceh. Sabang merupakan kota wisata yang banyak destinasi indah untuk dikunjungi. Jarak tempuh dari Sabang ke Banda Aceh sekitar satu jam. Aku sudah berada di Pelabuhan Balohan dan kemudian masuk ke tubuh kapal cepat Express Bahari. Kapal bertolak pukul 14.30 WIB.

---

---

---

---

---

---

• Menikmati perjalanan di atas kapal cepat*

Jika laut teduh maka penyeberangan sangat nikmat rasanya. Kita bisa duduk diatas kapal dan mengambil foto dari samping kapal. Tidak terlalu berbahaya. Namun jika tiba laut bergelombang maka penumpang hanya duduk dan berdoa didalam kapal. Jika ombak besar maka pecahan gelombang laut bisa mencuci haluan kapal.

Aku sudah tiba di Pelabuhan Ulee Lhee Kota Banda Aceh. Aku berangkat malam hari dengan mengunakan mobil Hiace. Selama ini naik bus namun dikarenakan tiket habis maka mobil Hiace menjadi sarana pulang. Penumpang 11 orang plus supir 1 orang maka jumlahnya 12 orang. Aku tiba sore hari di Banda Aceh dan sambil menunggu waktu malam maka Aku singgah sesaat di Mess Jangkar milik Lanal Sabang.

Jika naik bus maka pukul 21.00 WIB berangkat dari terminal Batoh Banda Aceh. Karena naik Hiace maka setiap penumpang dijemput ditempat. Aku naik mobil Hiace yang dibawa oleh temanku dari Sabang. Beliau wara wiri menjadi supir memabawa penumpang jalur Banda Aceh to Medan. Dan, pukul 21.00 penumpang sudah lengkap maka mobil pun berlari kencang meninggalkan kota Banda Aceh.

Dari Kota Banda Aceh melewati Aceh Besar dengan mengitari Gunung Seulawah dimalam hari. Jalan di kaki Gunung Seulawah meliuk-liuk, mendaki dan menurun. Pastilah mobil Hiace ini larinya sangat kencang. Di kampungku Aceh, mobil Hiace menjadi primadona warga yang digunakan untuk perjalanan. Aku dengan penumpang lainnya terlelap dalam mimpi. Rasa kantuk tak dapat dibendung. Sangat manusiawi hanya supir mungkin setengah dewa yang matanya kuat melotot dalam membawa mobil.

Jalan lintas Banda Aceh ke Medan dikampungku mulus dan rapi. Hampir seluruh jalan beraspal dan hanya satu-satu jalan tak lengkap beraspal dengan adanya lubang-lubang akibat rutin hujan turun. Kabupaten Aceh Besar sudah dilewati dan kini memasuki wilayah Pidie dan Pidie Jaya. Sekali-kali Aku terjaga dari tidur melihat waktu dan menuliskan kisah dengan mengunakan handphone. Kemudian tidur lagi.

●Masalah apa yang Anda hadapi dan siapa yang bersama Anda?

Nah, tibalah malapetaka. Sedang asyiknya tidur tiba-tiba Aku terbangun dengan berhentinya mobil. Aku kaget mobilnya kok berhenti sebelah kanan jalan, tepatnya didepan tempat pangkas. Semua penumpang terjaga.
"Gha, ada apa ini. Kok mobilnya berhenti," tanyaku penasaran. Agha adalah temanku yang menjadi supir.

"Bannya pecah pak. Ban depan dan belakang sebelah kanan keduanya pecah,"jawabnya sambil gugup. Sangat histeris jika mendengar ceritanya tragedi buruk perjalanan yang pertama kali aku rasakan.

---

---

sumber

"Kenapa bannya. Kalau bawa mobil jangan macam kesetanan," kataku setengah dongkol. "Sudah hati-hati pak," jelas supir. Untungnya pada saat bersamaan tak ada mobil dari arah yang berlawanan. Mobil kami ke Medan dan mobil dari Medan ke Banda Aceh jika bertemu tak terhindarkan maka akan terjadi laga kambing, benturan hebat dan pastilah akan ada korban nyawa. Allah masih sayang dan Aku yakin juga asbab sebelum berangkat membaca do'a. Kejadiannya sekitar pukul 01.00 WIB dini hari di Desa Meunasah Pulo Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireun.

Menurutku sangat ngeri kejadian ini dimana mobil meluncur sekitar 60 meter dengan kondisi ban depan dan belakang pecah. Meluncur deras dan hebatnya sang supir yang berbadan kecil masih mampu menguasai mobil. Beliau tenang sekali. Modal tenang maka bisa aman mobilnya berhenti. Bagiku kejadian ini menjadi kisah yang tak terlupakan dan menjadi kenangan buram.

Untuk diketahui bahwa penumpang yang terdiri dari 11 orang sebagian besar adalah prajurit. Prajurit TNI AL 4 orang dan TNI AD 2 orang beserta keluarga. Ada juga anak balita. Bisa dibayangkan jika benar-benar terjadi tabrakan maka ada beberapa prajurit yang terluka dan bisa jadi meninggal dunia. Sang supir sempat bingung juga atas kejadian ini.

● Bagaimana Anda mengatasi situasi ini pada akhirnya?

Usai mobil berhenti dengan selamat Aku dan penumpang lainnya turun semua. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.30 WIB. Sudah sangat larut. Aku mencoba mencari tahu aspal tajam mana yang disebut bereng-bereng menjadi penyebab pecah ban. Ya, benar sangat tajam. Sebenarnya jika supir tak ngotot mau menyalip mobil lain maka tidak terlalu melebar mengambil jalan.

Dari kejauhan Aku melihat sang supir mengeluarkan ban serap. Beberapa penumpang ikut membantu membuka ban yang pecah. Hanya satu ban serap dan berharap satu ban yang pecah bisa ditambal. Aku ikutserta membantu dengan menuju salah satu bengkel tambal ban yang masih terbuka. Menurut informasi yang Aku terima bahwa bengkel ini biasanya pukul 24.00 WIB sudah tutup. Entah mengapa bengkel ini belum tutup, alhamdulilah bisa menambal ban.

---

---

Sumber

*Pak, saya akan tutup. Sudah malam," jelas Abang bengkel. "Pak, minta tolong sebentar jangan tutup dulu. Ban mobil kami pecah,"jelasku.
Dengan berat hati Abang itu mau membantu dan saat supir bawa ban langsung diaksi.
Kata anak-anak muda yang masih duduk dikedai kopi bahwa belum datang maut kejadian malam itu. Selama ini sudah beberapa kali terjadi kecelakaan daerah tersebut. Ada yang luka parah hingga meninggal dunia.

Setelah ban selesai ditambal maka mobil melanjutkan perjalanan namun dengan tenaga ringan. Agak mengurangi kecepatan. Alhamdulillah, esok hari sekitar pukul 10.00 WIB kami tiba dikota Medan. Inilah perjalanan terburuk yang Aku alami. Ingin Aku lupakan dalam memori hidup. Semoga tak terulang kembali. Ingin Aamiin Ya Rabbal 'alamiin.***

Salam sehat dan semangat dari Kota Melayu Tanjungpinang @hoesniy