Kampanye Delete Facebook Kok di Facebook?

in #indonesia7 years ago (edited)

image
(sumber : mashable.com)

Saya menggunakan akun media sosial yang bernama Facebook sejak tahun 2009. Nama Facebook sendiri pertama kali saya dengar dari mulut Arman Maulana dalam sebuah lagunya bersama grup band GIGI. Pada mulanya, bergabung dengan Facebook hanya sekedar tren belaka meskipun saat itu belum terlalu booming seperti sekarang. Dalam jangka waktu hampir satu dekade itu lebih dari sepuluh akun pernah saya pegang, jumlah pastinya sudah lupa. Itu semua karena kebutuhan untuk permainan gila yang bernama Zynga Poker yang sampai sekarang masih saya lakoni. kita bisa menemukan berbagai macam jenis manusia yang ada di dalam platform tersebut, dari kaum pekerja di PT. Cinta Sejati sampai penyebar hoax murni.

Belakangan muncul satu jenis golongan baru dalam komunitas Facebook. Yakni mereka yang berusaha mengkampanyekan #DeleteFacebook. Hal yang menarik dari golongan ini adalah ajakan untuk menghapus akun Facebook justru dilakukan dengan cara mengupdate status di halaman beranda Facebook. Saya tidak tau sudah berapa orang yang berhasil dibaiat keluar Facebook oleh teman-teman kita ini. pesan saya satu, belok kiri jalan terus!

Saya penasaran apa landasan argumen mereka ketika mengajak teman-temannya untuk #DeleteFacebook. ketertarikan saya ini karena saya bisa memastikan bahwa dakwah mereka itu sama sekali bukan karena alasan Facebook itu produk yahudi. Mereka adalah orang-orang baru yang mengkampanyekan #DeleteFacebook. awalnya saya tidak terlalu menggubris ajakan ini karena hanya segelintir orang yang berdakwah. tapi lama kelamaan kok saya semakin sering membaca selebaran virtual ini, yang melakukannya pun bukan anak alay dan gembel jalanan tapi mereka yang memiliki derajat keilmuan yang lumayan.

Setelah mengirim beberapa pasukan intelijen baghdad saya berhasil mengumpulkan beberapa data yang tingkat kevalidannya di atas rata-rata. berdasarkan data itulah saya dapat menyimpulkan landasan argumen mereka untuk #DeleteFacebook. diantara penyebab tersebut adalah karena marak berita bocorya data pribadi puluhan juta pengguna Facebook untuk kepentingan politik. memang para elit politik memiliki sejuta jurus untuk memuaskan hasrat kekuasaannya. belakangan di Yogyakarta juga marak pencurian data pelanggan melalui atm BRI dengan operasi skiming. Semoga teman-teman kita ini juga tidak ikut mendakwahkan untuk #DeleteBRI.

Lalu ada juga yang beralasan karena Facebook adalah ladang subur bagi penyebar hoax (berita palsu). Memang di tahun politik pekerjaan ini meningkat tajam. Bahkan akibat dari aktivitas ini ada pejabat negara yang terpaksa harus mengklarifikasi di halaman depan headline media massa untuk meluruskan informasi. Saya sudah lama memproteksi diri akan bahaya ini, salah satunya dengan cara membatasi diri untuk berteman dengan orang-orang yang tidak jelas. Bahkan dengan orang yang saya kenal akrab sekalipun coba untuk membatasi diri. Bukan karena sombong tapi karena bagi saya Facebook dan sejenisnya adalah media penambah wawasan yang harus selektif dalam memilih pertemanan. untuk mereka yang saya kenal langsung bisa berdiskusi secara tatap muka atau media telepon dan lain-lain.

Namun, dari semua alasan yang sudah terkumpul ada satu hal yang menarik yang mungkin menjadi simpul. Satu simpul itu adalah mereka yang mengampanyekan #DeleteFacebook rata-rata pengguna platform media sosial baru yang bernama Steemit. Steemit ini adalah media sosial berbasis teknologi blockchain yang setiap penggunanya bisa mendapatkan bayaran dari setiap postingannya. Mungkin inilah yang menjadi alasan utama para da'i #DeleteFacebook agar para Facebooker dapat hijrah ke dunia baru yang bernama Steemit tersebut. Tapi ada satu hal yang mungkin luput dari kajian mereka dalam melakukan Kampanye #DeleteFacebook.

Hemat saya, mereka lupa terhadap firman Allah yang berbunyi "kabura maqtan 'inda Allahi an taqulu ma la taf'alun". Teramat besar kutukan Allah kepada mereka yang mengajak pada suatu pekerjaan yang (padahal) mereka sendiri tidak melakukannya.

Kampanye delete Facebook kok di Facebook, aya aya wae!

Sort:  

Sebab FB adalah satu-satunya platform yang dikunjungi oleh hampir semua penggunanya. 🤔
Meng-aya aya wae-kannya di Steemit apakah akan dijangkau pengguna FB? Atau barangkali share aja di FB.
aya aya wae!

Ya, Facebook itu seperti raja. Sedang Steemit adalah masa depan yang suram jika orientasinya reward an sich.
Aya aya wae.

Ibarat tolak angin di dalam angin, kentut

mengejekli satiranko wak

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by cucoraja from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Keberesan mana lagi yang mampu engkau dustakan, begitulah kira-kira kesimpulan yang saya petik dari plakat di atas. Mencerahkan dan mencarongkan.

maka enyahkan saja segala kemunafikan, karena kita bukan serigala berbulu domba