SIFEUT UREUNG ACEH (SIFAT ORANG ACEH)
Aceh, sebuah daerah yang berlokasi di ujoeng pante puloe sumatra (ujung Sumatra) menjadi daerah berpusatnya kilometer Indonesia yaitu di pulau Weh (Sabang). Konon katanya, nama ACEH itu sendiri berasal dari beberapa negara penduduk luar dari indonesia yang berdatangan ke daerah tersebut melalui jalur perdagangan dan bisnis yaitu Arab, China, Eropa, dan Hindia. Dan daerah Aceh pula sangatlah dekat dengan samudra Hindia yang menjadi akses masuk jalur perdagangan ke daerah tersebut.
Dengan hal sepeti itu garis keturunan negara tersebut tumbuh dan berkembang di daerah Aceh, tak heran jika kita mengunjugi Aceh kita masih bisa melihat masyarakat Aceh yang bermata biru seperti penduduk Eropa.
Dan tak heran pula jika kita melihat kaum wanita di aceh yang memiliki paras cantik seperti gadis di negara Asia barat pada umumnya. Dengan paras yang cantik mampu memikat kaum Adam untuk memilikinya.
Aceh, daerah yang sangat di inginkan oleh para turis untuk di kunjungi, dengan sejarah tsunami menjadikan Aceh menjadi daerah yang berwawasan sejarah yang sangat booming di kalangan masyarakat Indonesia bahkan di mancanegara, dan keistimewaan Aceh tak terlepas dari karakter dan sifat masyarakat Aceh tersendiri.
Sifeut ureung Aceh (sifat orang Aceh) yang sangat di kenal adalah keras, dikarenakan pernah terjadinya konflik didaerah tersebut yang menjadi berita hangat dan buah bibir di kalangan masyarakat pada masanya.
Bingkeng, merupakan salah satu karakter yang menjadikan sifat masyarakat Aceh menjadi keras, masyarakat Aceh dikenal dengan semut merahnya (sidom apui). Sifat bingkeng merupakan sifat yang mudah marah seperti semut merah yang terganggu, sifat bingkeng sangat mudah keluar dari karakter masyarakat Aceh apabila hidupnya terganggu. Karakter bingkeng merupakan karakter khas yang tertanam di masyarakat Aceh.
Sifeut ureng Aceh (sifat orang Aceh), selain sifat yang terkenal keras pada masyarakatnya, masyarakat Aceh juga memiliki sifat yang sangat Meuagama (religius). Aceh terkenal dengan sebutan serambi mekkah, Tak hanya daerah yang memiliki ulama yang sangat banyak, karakter masyarakat Aceh tak kalah religiusnya seperti Saudi arabia, tak sedikit di Aceh terdapat dayah-dayah dan pesantren yang megah dan terkenal.
Masyarakat Aceh tetap tegar kepada prinsipnya, seperti budaya, pakaian, hukum, dan perilaku masyarakat pada umumnya. Seperti kegiatan yang berbaur islami sangat lah ketat di daerah tersebut, dan Aceh merupakan daerah yang sangat menghargai penyambung lisan para nabi (Ulama). "Nyang peu doeng rumoeh utoeh kontrakto, Nyang peu doeng Naggroe wali ngen ulama", mungkin kata² tersebut yang patut kita tuturkan kepada sifat orang Aceh yang sangat menghargai ulama.
Sifeut ureung Aceh (sifat orang Aceh), selain terkenal dengan daerah yang taat syariat Islam dan religius, Aceh juga terkenal dengan sifat Leumoeh hate (berbagi). "Mulia Jamee Ranup lampuan, mulia Rakan mameh bak Haba", mungkin itu yang sering terdengar di syair dan bait pada pada kesenian aceh. Ya, Aceh juga sangat terkenal dengan memuliakan tamu (pemulia Jame) menjadi karakter dan sifat masyarakat Aceh. Tamu sangatlah mulia dalam kehidupan masyarakat Aceh, tamu diibaratkan dengan keluarga yang lama tak berjumpa. Memuliakan tamu menjadi tradisi masyarakat Aceh sesuai dengan Islam yang telah berkembang di dalamnya.
Sifeut ureung Aceh (sifat orang Aceh), dan Aceh juga sangat terkenal dengan daerah Leumoeh tuleung (solidaritas), Aceh menjadi daerah penampung masyarakat Islam dari Rohingya, dengan kerendahan hati dan solidaritas kemanusiaan Aceh menjadi tempat bagi masyarakat Islam rohingya untuk beristirahat, tak hanya itu di Aceh juga sangat gemar Meu khanduri (berbagi) bahkan juga menjadi tradisi dalam masyarakat Aceh untuk kebersamaan. "Menyoe keu hate padee ta top, Hana bak droe ta lakee bak goep", mungkin itu serpihan kata-kata yang keluar dari masyarakat Aceh dalam khanduri (berbagi).
Sifeut ureung Aceh (sifat orang Aceh), tak hanya meu khanduri (berbagi), sifat masyarakat Aceh terkenal dengan pungoe (gila). Kata-kata yang pernah terdengar pada bibir masyarakat Aceh "Pungoe that kah", Pungoe (gila) pada sifat masyarakat Aceh bukan berarti kehilangan akal atau stress tetapi gila pada masyarakat Aceh merupakan tetap kepada prinsipnya. Masyarakat Aceh sangat sungguh-sungguh melakukan sesuatu yang telah dia yakin sehingga dengan keyakinan semuanya akan tercapai, kata-kata "Pungoe that kah" menjadi buah bibir pada masyarakat Aceh dan menjadi kekaguman terhadap melakukan sesuatu.
"Pungoe that kah" kata-kata yang menjadi buah bibir segenap masyarakat Aceh menjadi penutup tulisan singkat yang insya Allah akan bermanfaat kepada pembaca sekalian, dan menjadi manfaat bagi pembaca dalam mengenal sifat dan karakter masyarakat Aceh.
Teurimong geunaseh rakan...
Sumber foto : google.com