Anak suka Bicara kotor,
Bukan Kebiasaan Baik
Sekarang ini banyak orangtua sering lupa bahwa anak adalah pendengar yang paling aktif dan peniru yang paling baik. Jika kita sebagai orang tua sering mengunakan kata-kata kotor, demikianlah yang akan dilakukan oleh anak-anak kita. Anak-anak akan menyupah dengan nada suara seperti orang tua mereka, ana-anak pun akan mengunakan kata-kata serapah dalam setiap keadaan. Anak-anak sering menangkap kata-kata kotor yang di dapat atau di dengar dari teman sepermainannya, sama seperti anak suka menangkap kata–kata kotor lain dari orangtuanya.
Sering sekali kita merasa takjub akan hal-hal baru yang diserap anak kita dari lingkungannya, padahal kita tidak merasa membimbing dan mengajarkannya.
Pengetahuan, perilaku, dan kosa-kata baru yang di dapatnya sering membuat kita tercengang, namun sayangnya tidak semua yang didapatnya ialah hal-hal yang baik. Ketakjuban yang dialami seketika dapat berubah menjadi shock ketika si kecil dengan entengnya mengeluarkan kata-kata kasar dan sumpah serapah yang membawa nama hewan peliharaan, satwa kebun binatang, kotoran, bahkan hingga ke bagian sensitif dari aurat manusia, juga istilah hubungan badan dengan berbagai variasi kosa-kata dan bahasa. Meski sebagian dari kata-kata yang terlontar mungkin belum mereka pahami artinya.
Pengaruh yang diakibatka dari kata kasar (negatif) sesungguhnya amat besar dari perkembangan jiwa seseorang, baik untuk yang mengucapkannya ataupun orang lain yang menjadi objek ucapan tersebut. Ketika kata-kata negatif di lontarkan oleh seseorang, maka orang lain dapat berkesimpulan seperti apa watak orang tersebut. Manakala kata-kata negatif tersebut ditunjukkan kepada diri sendiri, maka dia dapat menjadi orang yang kerdil, tidak pede, emosional, tidak bersemangat, tertutup, tidak punya kenyakinan untuk melakukan sesuatu, dan pada akhirnya menyulitkannya untuk berkembang. Mungkin ia akan berjalan di tempat sementara orang lain berlari maju, atau malah surut ke belakang.
Fenomena mengucapkan kata-kata kotor oleh anak sekarang, tidak sulit untuk kita jumpai. Biasanya mereka mengucapkan kata-kata ini ketika jauh dari pengawasan orangtua. Kata-kata kasar ini dapat menjelma menjadi momok yang menakutkan dan menghawatirkan bagi perkembangan jiwa anak-anak, maka sudah seharusnya kita sebagai bagian dari lingkungan mewaspadai dan mengantisipasi masalah ini. Karena fenomena ini tidak sulit lagi untuk ditemui di daerah tempat tinggal kita bersama.
Melalui lingkungan pun anak-anak menangkap hal-hal apa yang baik, yang membuatnya merasa mampu dan diterima di lingkungan. Perasaan mampu tersebut akan meningkatkan perilaku mereka.
Anak-anak yang mendapat dukungan dan bimbingan yang terarah dari orangtua akan menjalani masa ini lebih positif. Dukungan tersebut akan mengembangkan rasa percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk bisa mencapai keberhasilan.
Sementara bila kurang mendapat dukungan dan bimbingan, mereka akan merasa ragu dengan kemampuan yang dimilikinya. Bagi anak-anak yang mengalami hambatan dalam melalui tahapan ini, mereka merasa tidak mampu menangkap tuntutan dan akan muncul perasaan tidak mampu dan tidak percaya diri, ia akan mencari lingkungan lain yang memunkinkan dirinya merasa mampu. Bisa jadi lingkungan tersebut adalah lingkumgan yang menganut nilai berbeda dari apa yang di ajarkan oleh lingkungan keluargan dan sekolah, dan mungkin menbawa nilai –nilai yang negatif.
Orangtua terkadang cemas jika mendengar si anak suka mengunakan kata-kata kotor. Orangtua akan merasa malu dan khawatir akan disalahkan karena si anak akan mengajarkan kata–kata kotor lainnya kepada anak-anak lain, serta mereka para oarangtua akan bertanya-tanya bagaimana membuat anak berhenti mengunaka bahasa kotor tersebut. Orangtua juga khawatir sumpah serapah ini akan menganggap bahasa seperti ini akan mencerminkan seluruh keluarga, dan orang-orang akan menganggap bahasa seperti ini digunakan dan diizinkan dalam rumah. Karena ketakutan seperti itu orang tua menjadi marah dan bersikap dengan keras ketika anak mengunakan kata-kata kotor. Sebagai orangtua juga harus berhati-hati untuk tidak menyalahkan anak atas kecenderungan untuk meniru apa yang didengarnya.
Ada yang mengatakan alah bisa karena biasa namun kebiasaan buruk tidak dapat di jadikan sebagai alasan dalam setiap perbuatan kita karena kebiasaan buruk itu dapat diubah.
Jika anak hanya mengunakan kata-kata kotor sekali-sekali, orangtua tidak perlu khawatir. Tapi jika anak suka mengunakan kata-kata kotor, ada beberapa hal yang dilakukan. Yang terpenting adalah orangtua juga harus berhenti mengunakan kata-kata kotor tersebut. Jika anak tidak lagi mendengar orangtua berkata kotor, anak mungkin akan berhenti mengunaka kata kotor juga. Sebaiknya orangtua menetapkan batasan-batasan pada bahasa. Biasanya jika orangtua tidak bersikap berlebihan dan terus memperhatikan bahasa sendiri, anak pun akan berhenti mengunaka kata-kata kotor.
Bila suatu ketika anak mengucapkan kata kotor, lalu segera berhenti sesudah dilarang orangtuanya, ini tidak jadi masalah. Sebab memang wajar seorang anak ingin mencoba mempraktikkan pengunaan kosa-kata yang baru saja di dengarnya. Akan tetapi bagaimana jika berkata kotor menjadi kebiasaan anak?, Hal ini sungguh sangat meresahkan orangtua, apalagi jika didengar oleh orang lain, orangtua pun merasa telah tercoreng mukanya. Lantas langkah apa yang sebaiknya ditempuh orangtua bila larangan dan peringatan yang sudah berkali-kali di berikan tidak juga di dengar, maka kita harus mencari tahu mengapa anak suka berbicara kotor dan mencari solusi yang tepat sebagai orangtua untuk mengatasinnya.
Ada beberapa penyebab anak mendapatkan serta dapat mengucapkan kata kotor yaitu yang paling utama yaitu keluarga selanjutnya lingkungan Karena secara tidak langsung anak-anak menikmati reaksi orang-orang disekitaranya dan mencontohnya, Kemudian teman sepermainannya karena sifatnya yang suka meniru.
Penyebab lain dari anak suka berkata kotor yaitu karena Keinginan mendapatkan perhatian, Ada kesenangan yang diperoleh dari mengejutkan orang lain, Keinginan melepaskan emosi marah dan kecewa, Keinginan pemberontak, Keinginan diterima teman sebaya, Bisa juga karena baru belajar kata-kata yang baru dan senang dengan bunyi kata itu tanpa mengetahui artinya.
Di samping penyebab tersebut ada faktor lain sebagai penyebab anak mengucapakan bahasa kotor yaitu televisi, ini hanyalah program-program yang tidak pantas ditonton oleh anak seperti sinetron yang mungkin mengandung adegan kekerasan dan ucapan-ucapan yang tidak baik, adegan bermesraan yang belum pantas diketahui oleh seorang anak, film kartun yang banyak mengeluarka kata-lata kasar karena ceritanya tentang perang dan lain-lain.
Penyebab lain mungkin orangtua memarahi anak dengan kata-kata kasar. Terkadang orangtua tidak menyadari karena sangkin jengkel dan kesalnya pada anak, ia tidak sadar memarahi mereka dengan kata-kata kasar dan hal ini harus dihindari karena berdampak tidak baik pada anak, kita cari jalan lain untuk marah, misalnya dengan menasehati bahwa perbuatan seperti itu tidak benar dan kita tunjukkan hal yang benar pada anak.
Penyebab lain bisa karena karena anak sering melihat pertengkaran, mendengarkan lagu-lagu tentang kekerasan, serta lagu-lagu cinta. Apabila kita sebagai orangtua terus saja membiarkan anak berkata kotor maka lama–kelamaan anak akan berani berkata kotor kepada orang yang lebih dewasa darinya, bahka anak akan menganggap kata-kata tersebut sebagai sesuatu hal yang biasa.
Solusi sebagai orangtua untuk mengatasi anak yang suka barkata kotor, yaitu merhatikan saat kapan dan apa yang terjadi anak berkata kotor, ini agar kita bisa mengerti alasan si anak berkata kotor, Saat anak mengucapkan bahasa kotor, kita bisa bertanya kepada anak, misalnya dari mana ia mendapatkan kata tersebut, apa artinya kata tersebut, juga misalnya akibat apa jika kata tersebut di ucapkan kepada orang lain dan sebagainya.
Jika anak tidak mengetahui arti dari kata kasar atau jorok tadi kita dapat memberitahu artinya secara singkat dan jelas, juga mengenalkan akibatnya jika ia mengucapkan kata-kata itu kepada orang lain , Jika ia mengucapkan kata kotir saat marah, kita dapat mengajarkanya dengan memberitahu kata-kata apa yang boleh di ucapkan ketika ia sedang marah, kita juga boleh memberitahu bahwa kata itu tidak boleh digunakan dalam keluarga.
Ketimbang kita memberi hukuman dan peringatan keras kepada anak saat mengucapkan kata kotor lebih baik berikan perhatian saat ia mengucapkan kata-kata yang sopan sehingga ia lebih sering dan senang mengucapakan kata-kata yang baik
Langkah lain yang dapat di lakukan oleh orangtua adalah mengajarkan ekpresi emosi yang lebih tepat, mengabaikan bila tujuan anak mengucapkan kotor untuk mendapatkan perhatian. Mengabaikan dilakukan dengan pura-pura tidak mendengar anak atau tidak menunjukkan ekpresi terkejut saat mendengar kata-kata kotor anak.
Selanjutnya berpura-pura bodoh memang sepintas kelihatan aneh, tapi kadang jadi cara yang ampuh, saat anak mengeluatkan kata-kata kotor, orangtua bertanya dengan lagak bodoh, dengan bersandiwara pura-pura tidak mengenal kata yang digunakan anak, anak justru merasa bingung, sehingga di lain waktu, ia akan menjadi malas mengunakan kata itu.
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap kata yang dikeluarkan anak atau Mengunakan metode hukuman serta Mengunakan metode pemberian hadiah jika ia tidak mengucapkan kata kotor lagi.
Karena kita adalah bagian dari lingkungan maka kita pun harus turut dalam mebimbing, mengajarka, dan mengawasi penerus-penerus kita selanjutnya.
SEKIAN
SYARIFAH ATALIA MISDA
153109116
KPI/ UNIT 1/ SEM 6
Congratulations @dianhariyanti! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!