Sama-Sama Kerja Apa Kerja Sama?
Tidak masalah tata bahasa telah menetapkan dua frase kata itu berbeda makna. Sudah tugasnya tata bahasa mengurusi penggunaan bahasa, setidaknya manusia telah terbantu dalam memahami maksud kata dan kalimat entah itu lisan atau tulisan. Dua farsa itu sering diucapkan dan dituliskan sebagai gambaran bekerja bersama. Sama-sama kerja menggambarkan adanya lebih dari satu obyek di waktu yang sama sedang melakukan pekerjaan, dan mengabaikan tujuan, obyek, dan pekerjaan yang dilakukan apakah saling terkait atu tidak. Sedangkan kerjasama menggambarkan adanya lebih dari satu obyek yang saling melakukan pekerjaan, obyek-obyek dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan saling berkaitan untuk mencapai tujuan bersama. Intinya, kedua frasa itu urusannya dengan menjalankan pekerjaan.
Lain halnya dengan kehidupan sosial masyarakat dan bernegara, dinamika yang ada di dalamnya telah membuat nasib kedua frase ini seolah-olah saling dipertandingkan. Dua frasa ini telah memberi tahu kita tentang keadaan masyarakat. Kita dapat merasakan fungsi keduanya saling bertolak belakang. Rasakan, bagaimana saat menggunakan soft ware kemampuan verbal digabungkan dengan kemampuan kepekaan sosial kita, plus referensi pengalaman sosial. Kedua farasa ini mampu digunakan untuk melihat dan menggambarkan prilaku individu dan kelompok saat hadir di tengah-tengah masyarakat.
Dalam kehidupan bersama, level individu hingga level komunal terdapat dua hal yang saya soroti. Pertama adalah hanya terbatas agar terlihat sama-sama kerja dan kedua yaitu terlibat dalam kerja sama. Masing-masing memiliki intensitas yang berbeda. Semakin tinggi tingkat kesadaran untuk saling memiliki dan memiliki arah tujuan bersama baik itu individu maupu komunal maka semakin tinggi intensitas terlibat dalam kerja sama. Sedangkan individu atau kelompok yang hadir di tengah-tengah masyarakat yang tujuannya hanya terbatas agar terlihat sama-sama kerja, kebanyakan tingkat kesadaran saling memiliki dan memiliki arah tujuan bersama masih rendah.
Pada level individu, anda cukup mengamati individu yang bersangkutan yaitu bagaimana menggunakan kepiawaiannya dalam bersosial. Pada level komunal, sepertinya tidak semudah seperti mengamati level individu untuk bahasan ini. Level komunal diperlukan keterlibatan masuk ke dalamnya, minimal memiliki akses untuk mengetahui operasional global yang berlangsung di komunal itu. Anda dapat mengintepretasikan arah dan tujuaanya sebagai komunal bersangkutan sebagai bagian dari masyarakat.
Inilah masyarakat sebagai lautan dan individu-individu maupun komunal-komunal berada di lautan itu. Bahasan ini, saya menyoroti yang komunal saja. Mereka ada yang saling kerja sama, tapi ada juga yang sekedar agar terlihat sama-sama kerja saja. Mereka selalu mengaku bahwa dirinya bagian dari lautan masyarakat. Kebanyakan dari mereka selalu memberi tahu siapapun bahwa dirinya merasa memiliki masyarakat dan tentunya ada yang sungguhan merasa memiliki tapi ada juga yang sekedar alih-alih saja. Untuk sekedar yang alih-alih, mereka cenderung lebih merasa memiliki kepentingan di laluan masyarakat daripada merasa memiliki lautan masyarakat.
Komunal-komunal yang alih-alih ini memberi tahu kepada lautan masyarakat bahwa dirinya bekerja untuk lautan masyarakat. Mereka berjanji melakukan kerja sama antar komunal untuk kebaikan lautan. Mereka ini mahir kelihatannya menyampaikan draft tentang pekerjaan dirinya ke lautan masyarakat, tapi mungkin hanya merasa mahir saja walaupun berkali-kali melakukan perbaikan draft. Untungnya lautan masyarakat tidak perduli dengan draft mereka walaupun lautan masyarakat tahu, mau mereka apa. Beberapa kluster klompok komunal yang merasa dirinya telah melakukan kerja sama, walaupun suasana kerja sama antar mereka jarang terwujud hanya karena rebutan reword dari lautan masyarakat. Namun sesungguhnya mereka hanya agar terlihat sama-sama kerja dengan harapan lautan masyarakat memberikan makanan kepada mereka secara sah.