Lihatlah, Betapa Megahnya Tanah Kelahiran Kami

in #aceh7 years ago (edited)

image

KONON, sejarah awal berdirinya kampung kami dilatarbelakangi oleh sikap kedermawanan salah seorang tokoh desa yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah rumah ibadah (baca: meunasah). Sehingga berangkat dari tindakan beliau mewakafkan tanah itu, ditabuhkanlah nama kampung kami dengan nama Wakheuh.

Karena sistem pemerintahan dan administrasi kita (Aceh) juga mengenal yang namanya mukim atau kemukiman, dan kampung kami masuk dalam teritorial kemukiman “Bluek”, maka diisbatkanlah diawal nama kampung kami dengan nama Bluek. Jadilah nama lengkap tanah kelahiran kami ini; Bluek Wakheuh.

Baca: Secuil Pengalaman Pahit dari Bluek

Wakheuh, merupakanlah kata yang bermula dari kata "wakaf". Dalam proses sejarahnya, kata wakaf ini diplesetkan oleh warga sehingga menjadi Wakheuh. Memang tindakan memplesetkan kata-kata atau nama tertentu sudah menjadi kebiasaan --jika tidak mau menyebutnya tradisi-- kita masyarakat Aceh.

Sebagai contoh, misalnya, ada salah satu warga bernama Isma’il, saat namanya dipanggil bukanlah Is atau Ma’il, tapi si Ma’e. Begitu pula ketika mendengar istilah “syari'at” dalam Islam, diplesetkan menjadi kata “cari ’ap" dalam Islam. Padahal dua kata ini (syari’at dan cari ‘ap) maknanya jauh sekali berbeda. Ukuran jauh bedanya sepuluh ribu ongkos Gojek.

Baca:
Meuseuraya dalam Keseharian Kami Warga Blok W

Kenduri Maulid dan Bukti Persatuan Pemuda Blok W

Di Bluek Wakheuh, terdapat sejumlah kisah yang menurut kami terasa lebih unik, megah dan hayeue dibandingkan kampung lain. Ini bukanlah sebuah rasa yang muncul dari sikap primordialisme kekampungan. Anggap saja ini sebuah bentuk rasa percaya diri kami warga kampung Wakheuh.

Hal pertama yang membuat kampung kami unik adalah adanya kuburan sosok ulama yang diberikan karomah oleh Allah SWT. Ulama yang karomah (dalam bahasa Aceh; Keuramat) ini menurut cerita dari beberapa tetua desa merupakan seorang pendatang dan menetap di kampung kami dalam rentang waktu yang lama hingga meninggal dunia.

image

Beliau memiki sekumpulan sikap yang sangat patut diteladani. Beliau menjadi orang yang disegani, hingga diberikan kepercayaan sebagai pemimpin dalam urusan agama, yaitu sebagai teungku imum meunasah.

Karena itu, sampai dengan hari ini, kuburan beliau yang berada disamping kanan meunasah, selalu dikunjungi oleh banyak warga lain baik sekadar untuk melepaskan nazarnya atau keperluan dalam bentuk ibadah lainnya. Dan, kami menyebut kuburan beliau dengan nama kuburan Teungku Syik Imum.

Disamping kuburan beliau, berdiri pula sebuah pohon beringin yang berukuran raksasa dan tingginya sekita 70 meter lebih. Konon katanya, pohon ini sudah berusia ratusan tahun lamanya.

image

Dulu sebahagian warga kampung kami juga percaya, jika pohon ini menjadi simbol akan datangnya sebuah malapetaka. Bila dahan atau ranting besarnya patah, maka selang beberapa hari kemudian akan ada musibah atau malapetaka yang terjadi di kampung kami.

Nah, kalau malam harinya dibawah pohon beringin ini, banyak warga yang saat pulang kerumah dan melintas mendapati seekor harimau yang matanya bewarna merah. Harimau ini tidak menggangu warga, hanya saja warga takut bukan kepalang jika melihat Harimau itu duduk bersimpuh dibawah pohon itu.

Akan tetapi, di era sekarang, kisah dan pengalaman misterius itu menjadi tenggelam dan hilang dengan sendirinya seiring banyaknya pembangunan dikampung kampung kami.

Kemudian, yang membuat kampung kami yang terlihat lebih megah adalah adanya beragam batu nisan Aceh yang masih terawat dan terjaga di halaman meunasah. Termasuk kuburan Teungku Syik Imum juga terbuat dari nisan Aceh.

Jika melihat bentuk dan desain nisan Aceh tersebut, yang berbentuk tanduk kerbau dan bunga teratai, maka bisa dipastikan bahwa kampung kami sudah berdiri sejak ratusan tahun lamanya. Karena menurut banyak sejarawan, batu nisan yang berbentuk tanduk kerbau merupakan penanda bahwa nisan tersebut dibuat pada abad ke-15, sedangkan yang berbentuk bunga teratai merupakan hasil karya pada abad ke-18. #nyanban

image

image


Minggu, 13 Mei 2018 || @emsyawall

Sort:  

Ternyata urueng Bluek Wakheuh? Lon bineh blang Bluek rumoeh

Dipat kak @rahmayn. Kadang tanyoe syahara. 😁

Lon di Pinueng Mee Tanoeh, rumoeh bak sagoe blang jak u Bluek

Haha lon ureung pineung me tanoh cit. Ngeun rumoh alm tgk sayed? Ho rumoh droneuh hehe

Nyan waled lon, sayed abdul hamid kan?

Oyaya. Barti ka muho nyoe kak @rahmayn hehe

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by emsyawall from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.