Kakek Agani Figur Asa Terabaikan dalam Persepsi Gelap Gulita”

Aceh Utara, 10 April 2018 – Asa di balik keterbatasan. Mungkin kalimat itu yang cocok untuk menggambarkan H. Agani Abakar (76). Masyarakat setempat biasanya memanggilnya dengan sebutan Kakek Agani. Seorang pria tuna netra yang tetap semangat dalam mencari rezeki dan meraih kesuksesan. Ia menghabiskan sebagian besar kesehariannya hanya untuk menyusun dan mencetak batu bata. Pria tua ini buta sejak 10 tahun yang lalu karena mengidap penyakit katarak yang parah. Namun faktor ekonomi tidak mendukungnya untuk dapat berobat dan mengobati penyakit katarak yang dia derita.
Pria tua ini tinggal berdua dengan istrinya, Nurul (69). Keluarga yang sangat kurang mampu mungkin cocok untuk menggambarkan kehidupan mereka. Keseharian Nurul sebagian besar dihabiskan untuk menjadi pemandu Kakek Agani dalam menyusun batu bata. Tidak seperti keluarga lainnya, mereka hampir tidak pernah memiliki waktu luang bahkan hanya untuk berlibur. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka harus dengan keras membanting tulang.
“Sehari biasanya saya nggak dapat uang berapapun, tapi bisa nanti dapat dapat sedikit kalo misalnya ada yang beli batu bata. Alhamdulillah kalo misalnya bisa cukup untuk makan tiga kali sehari.” Tutur Kakek Agani.
Seluruh anak Kakek Agani sudah menikah dan tinggal di rumah masing-masing. Meskipun anaknya sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantunya untuk memberi makanan, namun Kakek Agani tetap semangat dalam mencari rezeki. Kakek Agani tidak pernah berharap dan mencoba untuk bergantung kepada siapapun, termasuk anaknya. Dia percaya bahwa dalam hidup kita tidak boleh berharap pada siapapun karena belum tentu orang lain akan selalu ada di sisinya.
“Kita hidup ini, nggak boleh bergantung ke orang lain, belum tentu dia selalu ada sama kita. Rezeki sudah Allah yang atur. Kalo ada rezeki cukup untuk beli lebih, Alhamdulillah. Kalo rezeki nggak cukup juga kan tidak apa-apa.” Tutur Kakek Agani