Saat Kata-kata Mereka Mencoreng Seragam yang Mereka Kenakan (Jangan Hina Perempuan Bercadar)
Kemarin, ketika saya menaiki bus Trans Kutaradja jurusan Keudah - Darussalam, bus tersebut nampak penuh. Setelah masuk, saya baru sadar ada segerombolan petugas penjaga Rutan di situ. Saya perhatikan mereka, Saya sering mengunjungi Rutan dan Lapas Banda Aceh, tapi nampaknya mereka yang ada di bus tersebut belum pernah saya jumpai sebelumnya.
Saya tak mengenali mereka, saya lihat tulisan yang berada di lengan baju mereka menunjukkan mereka berasal dari mana. Bukan petugas rutan Banda Aceh tentunya.
Suasana bus selain sesak penumpang juga ramai dengan tawa dan suara mereka yang sahut menyahut hampir mirip seperti keramaian di Pasar.
Awalnya saya tidak merasa terganggu dengan kehadiran mereka di bus tersebut. Ada seorang mahasiswi bercadar yang kebetulan naik bersama saya, ia duduk di sebelah ibu paruh baya. Sampai di halte Simpang Mesra, banyak penumpang yang turun termasuk ibu yang duduk dengan mahasiswi bercadar tadi. Karena bangku di sebelah mahasiswi bercadar tadi kosong, salah satu petugas tersebut berniat duduk di sebelah mahisiswi tersebut. Mahasiswi tersebut menggeser posisinya ke bangku sebelah, mungkin ia tidak nyaman jika harus terlalu dekat duduk dengan non mahram.
Lalu suasana di bus itu sontak ramai, mentertawakan bapak petugas itu. salah satu kawannya yang menjadi ujung tombak keramaian, dengan kata-kata dan intonasi yang untuk telinga saya tidak enak didengar mentertawakan dan berkata, "e, kok geser? bukan muhrim ya? makanya pak pake topeng dulu pak hahahahaha hahahahha". Kawan-kawannya pun ikut menimpali komedi yang bagi saya nampak amat tidak lucu.
Suaranya begitu bergemuruh terdengar ke penjuru bus tersebut.
Deg. Saya amat geram.
Entah kenapa, kata kata 'bertopeng', 'bukan muhrim' di telinga saya menjadi sebuah kata-kata ejekan untuk perempuan bercadar di sebelah saya.
Selain itu, ada seorang mahasiswi lain yang menggunakan masker di dalam bus. kalau saya pribadi menjumpai mahasiwi menggunakan cadar atau pun masker bukan suatu yang aneh. Hak mereka untuk itu. Alasan tentu ada di masing-masing diri mereka.
Salah satu petugas yang paling bersuara tersebut, bertanya kepada mahasiswi yang menggunakan masker yang sedang duduk di samping bawah tepat petugas itu berdiri.
Ia bertanya "Dek, kenapa pakai masker? mulut saya bau kali ya sampe Adek pake masker". kawan-kawan lelaki itupun riuh lagi tertawa.
Sungguh bagi saya ini adalah bentuk komunikasi-komunikasi yang memuakkan di bus pagi itu.
Saya bilang kepada mahasiswi bercadar di sebelah saya "Dek saya geram, saya pengen bertanya ke mereka".
"gak usah kak, biarin aja, gak usah ditimpali". Suara mahasiswi bercadar itu tenang sekali, menenangkan saya.
Bukan cuma itu petugas tersebut menghina seseorang di luar bus yang baginya nampak sekali hitam. ia berkata "wiii.. itam kali, macam orang Nigeria. hahahahah", kawan-kawannya pun sontak tertawa dan menimpali.
Saya memang bukan orang yang dilahirkan dan dibesarkan di Aceh, tapi saya sangat mendukung syariat yang ada. Saya terkejut mendapati suasana yang memuakkan di bus pagi itu, saat petugas tersebut mencoreng hak-hak syariat mahasiswi bercadar itu.
Saya amati petugas yang membuat keramaian itu dalam-dalam, saya lihat ia dari ujung kepala sampai ujung kaki. dalam hati saya berkata "apakah ia tidak malu dengan apa yang ia kenakan?".
Semoga Allah memberi petugas itu pencerahan.
Saya jadi ingat satu cerita. Suatu waktu saya mendatangi rutan Banda Aceh, saya menjumpai seorang narapidana yang sangat kreatif membuat pajangan-pajangan dari limbah daur ulang, tapi karena keterbatasan fisiknya yang mengalami cacat tangan, ia mengeluh kondisi fisiknya tidak seperti dulu.
Ia bercerita, kalau ia merasa kecelakaan yang dialaminya adalah karena balasan telah menghina perempuan bercadar yang ia jumpai. Sebelum kejadian kecelakaan yang membuat ia cacat seperti itu, ia baru saja meledek seorang perempuan bercadar yang ia jumpai.
Setelah kecelakaan itu, ia langsung sadar, bahwa bisa jadi yang ia alami karena hukuman dari menghina perempaun bercadar. Ia pun mengaku kapok.
Walaupun saya tidak bercadar, saya hanya bingung, kenapa di luar sana, masih ada saja orang-orang yang mengejek orang karena penampilan yang justru penampilan tersebut adalah penampilan yang menjaga ia dari kemasiatan, sedangkan penampilan yang membuka aurat di elu-elukan.
Inilah mungkin tanda akhir zaman, wallahu a'lam bish-shawabi.
Hallo, hai @niarobie! Ini keren postingnya.. sudah kami resteem ke 7841 follower ya.. (Sejumput kontribusi kami sebagai witness di komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)
terima kasih @puncakbukit
Congratulations @niarobie! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard: