Daerah Manakah Paling Maju dan Terbelakang di Aceh?
Pembangunan yang lamban menjadi salah satu isu paling mengkhawatirkan di Aceh. Begitu pula dengan isu kemiskinan. Aceh adalah propinsi termiskin kedua di Pulan Sumatera setelah Bengkulu dan termiskin ke enam dari 33 propinsi di Indonesia. Hal adalah dampak dari lambannya pertumbuhan pendapatan per kapita serta pertumbuhan pendapatan daerah (Produk Domestik Regional Bruto).
Kesenjangan pendapatan antar daerah begitu terasa. Ibukota Banda Aceh terlihat maju pesat dengan pembangunan infrastruktur termasuk megastruktur seperti Fly Over dan Underpass. Sementara di kabupaten lainnya di Aceh, kita melihat jalan berlumpur yang tidak ditangani hingga bertahun-tahun. Ada ketimpangan pembangunan di Aceh. Ada daerah yang maju dan ada daerah terbelakang.
Di saat kita mengklaim suatu daerah itu maju atau terbelakang, ada sebuah metode sederhana yang digunakan yang disebut dengan tipologi klassen. Tipologi klassen dapat mengklasifikasi area di suatu berdasarkan perbandingan pendapatan per kapita dan pertumbuhan pendapatan daerah (Produk Domestik Regional bruto).
Saya mencoba menggunakan tipologi klassen untuk Propinsi Aceh dengan data tahun 2014-2015. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Terlihat bahwa daerah paling maju di Aceh adalah Kota Banda Aceh. Sebagai catatan, ratio perbedaan pendapatan dan pertumbuhan PDRB Banda Aceh hampir dua lipat lebih tinggi dari daerah lain. Artinya, kesejahteraan Banda Aceh sangat jauh meninggalkan daerah lain di Aceh.
Daerah yang termasuk maju adalah Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Nagan Raya, Bener Meriah, dan Sabang.Artinya daerah-daerah ini memiliki rasio pendapatan lebih baik dari rata-rata propinsi Aceh. Selain itu, pembangunan di wilayah-wilayah ini juga berhasil dalam meningkatkan pendapatan daerah. Artinya, pemerintahan daerahnya cukup berhasil membangun daerahnya.
Daerah yang termasuk berkembang adalah Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Pidie, Bireuen, Aceh Barat Daya, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Langsa, dan Subussalam. Daerah berkembang berarti bahwa walaupun pendapatan per kapitanya masih rendah, namun pembangunan di daerahnya berhasil meningkatkan taraf hidup warga.
Daerah tumbuh lamban di Aceh adalah Aceh Utara dan Lhokseumawe. Daerah berkembang lamban berarti adalah daerah dengan pendapatan lebih tinggi dari rata-rata Aceh namun pendapatan regional bruto menurun. Artinya, daerah tersebut mengalami perlambatan pembangunan. Hal ini menunjukkan pembangunan di daerah tersebut belum berhasil meningkatkan taraf hidup warga.
Sementara daerah terbelakang adalah Aceh Timur dan Gayo Lues. Daerah terbelakang adalah daerah dengan pendapatan rendah dan pertumbuhan PDRB yang buruk/ menurun. Daerah ini merupakan area miskin dan juga pembangunan di daerahnya memburuk. Jika tidak diperbaiki, maka situasi di daerah tersebut akan makin memburuk. Sebagai wilayah terbelakang, pembangunan di dua wilayah perlu disorot lebih tajam.
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa efektifitas pembangunan di wilayah tengah dan selatan saat ini mengungguli wilayah pesisir utara Aceh.
Sebagai catatan, tipologi klassen hanya menganalisis klasifikasi wilayah berdasarkan keadaan wilayah setempat. Dengan kata lain, Banda Aceh yang merupakan wilayah paling maju di Propinsi Aceh bisa jadi hanya merupakan wilayah berkembang jika analisis diperluas mencakup seluruh kota di Indonesia.
Semoga bermanfaat.