Solar panel rooftop pertama di gedung pemerintah banda aceh/ the first rooftop solar panel on the rooftop of government office in banda aceh

in #aceh7 years ago (edited)

Solar panel/ tenaga surya adalah sumber energi masa depan. Sebagai negara khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi tenaga surya berkali-kali lipat lebih besar dari negara-negara Eropa. apalagi Aceh yang lokasinya memang tepat di atas garis khatulistiwa. Sayangnya, potensi tenaga surya ini malah diabaikan. Justru di eropa tenaga surya begitu diperhatikan.

Sebagai seorang perencana kota yang bekerja untuk pemerintah kota Banda Aceh, pekerjaan besar yang pertama saya adalah menghitung potensi tenaga surya beserta dengan nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun tenaga surya dengan berbagai skenario. Waktu itu ditahun 2013, dari studi tenaga surya, saya melakukan studi yang hasilnya merekomendasikan perubahan perlahan-lahan ke tenaga surya. Saat mengeluarkan formula investasi solar panel itu, tenaga surya masih berharga sekitar 27000-30000 per WP (Watt peak). Namun harga tenaga surya saat ini telah mencapai sekitar 15.000 per WP. Selain itu, harga listrik PLN juga terus meningkat berkali-kali lipat karena pemerintah saat ini berusaha mencabut subsidi di bidang apapun dengan pembenaran untuk mengurangi beban negara dan menambah biaya pembangunan infrastruktur . Hal ini memperkuat argumentasi bahwa sudah saatnya Indonesia dan Aceh melirik potensi tenaga surya.

Berkat dukungan dan lobi dari kolega-kolega di kantor Bappeda dan dukungan dari beberapa pejabat teras Kota Banda Aceh, akhirnya solar panel yang direkomendasikan melalui studi tahun 2013 itu akhirnya tercapai. Harus diakui memang penuh perjuangan. Setelah beberapa kali pengusulan anggaran di tahun-tahun berikutnya oleh Kabid terkait, baru akhirnya di tahun 2017 anggaran pemasangan solar panel di Bidang GIS Bappeda Kota Banda aceh diterima. Dan akhirnya dengan dukungan detail teknikal luar biasa seorang kolega tenaga ahli di bidang renewable energy, solar panel di atap kantor Bappeda pun menjadi kenyataan pada Januari 2018.

2e6b86a7-a142-432a-a8a1-58f29c0dacdf.JPG

Tantangan terbesar energi terbaharukan memang terdapat diawal pembangunan, yaitu besarnya investasi awal. Solar panel misalnya memerlukan panel surya, controller, inverter dan baterai. Namun solar panel memiliki sebuah keunggulan, yaitu bisa dibangun per tahap dalam jumlah-jumlah kecil disesuaikan dengan budget yang ada. Hal ini berbeda misalnya dengan tenaga geothermal, yang teknologinya begitu kompleks sehingga pembangunan harus holistik/ keseluruhan. Begitu juga dengan tenaga lain seperti tenaga angin, tenaga air, dan lain-lain.

Keunggulan inilah yang menjadi dasar kenapa solar panel begitu mudah dijalankan. Ide besarnya adalah agar semua kantor pemerintah membangun tenaga surya di atap kantornya yang bisa digunakan langsung di jam kerja yang berlangsung di jam 8 hingga jam 5 sore dimana sinar mataharinya melimpah. Dengan demikian, tidak diperlukan baterai yang harganya cukup tinggi. Hal ini telah diterapkan di Jepang di Kota Higashi Matsushima Jepang yang merupakan sister city kota banda aceh di bidang mitigasi bencana dan energi terbaharukan.

Saat ini, baru kantor Bappeda Kota Banda aceh bidang GIS yang memasang solar panel. Dalam waktu dekat, direncanakan Bappeda akan memperluas solar panel diatapnya. Suatu saat nanti semoga diikuti oleh kantor-kantor pemerintah lain di Kota banda Aceh. antusiasme terhadap inisiasi solar panel di Bappeda ini cukup tinggi. Terbukti para pejabat teras kota, masyarakat dan para akademisi pun cukup mengapreasiasi.

Saat ini, teknologi surya memang belum begitu populer di Indonesia dan Aceh. Tapi, siapa tahu suatu saat nanti, dengan aksi-aksi kecil tahap per tahap nanti, kesadaran pemerintah dan warga akan energi terbaharukan bisa meningkat. Siapa tahu, suatu saat nanti saat harga solar panel sudah murah, antuasiasme warga bertambah dan komitmen pemerintah menjadi lebih kuat, kita bisa melihat rumah-rumah warga di banda aceh yang dipasangi solar panel di atapnya. Itulah mimpi besar yang dulu disisipkan dalam studi tahun 2013 itu: kota banda aceh menjadi kota tenaga surya.

IMG_2263.JPG
Inverter dan controller

IMG_2265.JPG
Beterai

IMG_2267.JPG
Panel surya

English

Solar panels / solar power is the future energy source. As an equatorial state, Indonesia has the higher potential in solar power than the European countries. Especially Aceh whose location is right above the equator line. Unfortunately, the potential of solar power is still ignored. While in europe, solar power is one of the main energy source.

As a city planner working for the city government of Banda Aceh, my first major job was to study the potential of solar power and the investment required to build solar power under various scenarios.The study was conducted in 2013. The study recommends step by step transformation towards solar power. During the study, solar power was still about 27000-30000 IDR per WP (Watt peak). But the price of solar power today is about 15,000 per WP. In addition, PLN electricity prices also continue to increase significantly as the government reduce subsidies in many sector to reduce the financial burden of the state and to allocate more budget for infrastructure development. But, this actually strengthen the argument that it is time for Indonesia and Aceh to embrace the solar power potential.

Thanks to the support of colleagues at the Bappeda office and support from some of the top officials of Banda Aceh City, the solar panels recommended by the 2013 study were finally installed. The team struggle for this. After several budget proposals in subsequent years by related Heads of Division, it is 2017 the budget for solar panel installation was approved. The solar panel is installed on the rooftop of GIS office of Bappeda Banda Aceh aceh. And finally with the extraordinary technical support of a colleague with renewable energy expertise, solar panels on the roof top of Bappeda office became a reality.

The greatest challenge of renewable energy is at the beginning of development. The main issue is always the huge initial investment. Solar power for example requires solar panels, controllers, inverters and batteries. However, solar panels have an advantage. Solar panel can be built in small quantities depends on the existing budget. This is different from other energy source, for example the geothermal power, whose technology is so complex that development must be holistic / overall. The same thing is for wind power, hydropower, and others.

These advantages makes solar panels are so easy to execute. The big idea is for all government offices to build solar power on the roof top of the office. It is expected that the solar energy can be used directly in working hours that take places at 8 am to 5 pm where the sun is abundant. Thus, it is not necessary to have batteries which is costly. This has been applied in Japan in Higashi Matsushima City of Japan, a sister city of banda aceh in disaster mitigation and renewable energy.

Currently, the installation is limited only the rooftop of GIS office of Bappeda Kota Banda aceh GIS . In the near future, it is planned that Bappeda will expand the solar panels on its rooftop. In the future, it is expected that the action will be followed by other government offices in Banda Aceh. This small solar power project has increase the the people enthusiasm dan support from the top officials of the city, citizens and academicians.

Currently, solar technology is not so popular in Indonesia and Aceh. But, who knows one day, as the awareness of government and citizens of renewable energy can increase, the suport for solar panel rises. Who knows, someday when the price of solar panels are cheap, the support from the citizens increases and government commitment become stronger, we can see the houses with solar panels on the rooftop in the whole city. That is the ultimate dream that was implicitly inserted my study in 2013: a banda aceh city powered solar energy, a solar power city.

Sort:  

Pak, jika ada yang ingin pasang panel tenaga surya di rumah, apakah ada supplier di Banda Aceh ?

Terima kasih