Hingga kini, Kemegahan Baiturrahman tak terakses kaum disability

in #aceh7 years ago

Dibangun pada masa kesultanan Aceh 1612 M, dengan arsitektur turki usmani dan menyerupai bangunan taj mahal di India , tak ayal membuat Mesjid Raya Baiturrahman yang terletak di jantung Kota Banda Aceh ini dinobatkan sebagai mesjid kebanggan orang Aceh, juga mesjid termegah di Asia tenggara.

image

Terlebih setelah pemerintah aceh menghabiskan anggaran senilai 458 milyar rupiah maka wajah baru mesjid bersejarah ini semakin menawan.

Terdapat 12 payung elektrik bak mesjid nabawi di Medinah,lantai marmer, hiasan lampu serta ditanami 30 puluh lebih pohon kurma, maka dipastikan mesjid baiturrahman semakin menarik wisatawan.

Ratusan bahkan ribuan orang berfoto ria dengan latar belakang keindahan mesjid raya, namun tidak bagi kaum disabilitas terutama daksa yang menggunakan tongkat ketiak dan kursi roda.

"kami sangat ingin shalat berjamaah disana, tapi tidak bisa karena tak ada ramp sebagai pengganti tangga bagi kaum disabilitas seperti kami ini, sehingga keindahan mesji termegah di asia tenggara ini hanya bisa kami rindukan dan pandang dari kejauhan saja" tutur Ifwan Sahara (46) penyandang disabilitas yang juga menjabat sebagai ketua di DPD PPDI Aceh (Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia)

Bapak yang telah memiliki dua anak ini memang merasakan pahit getirnya menjalani kehidupan sebagai kaum yang memiliki keterbatasan.
Namun ia menjalani semua itu dengan senang hati dan mencari hikmah atas takdir Allah ini.

"kaum kami masih luput dari perhatian pemerintah, dari sedikitnya bangunan/sarana umum khusus serta lowongan kerja bagi kami yg saat ini belum bisa kami rasakan" tambahnya yg meski sudah menamatkan pendidikan ke jenjang sarjana namun berprofesi membawa becak motor.

Sebenarnya kebutuhan aksesibilitas bangunan umum untuk penyandang cacat dan lansia merupakan komitmen nasional dan tercantum pada UUD 1945, sayangnya Pemerintah Aceh masih luput dari kepedulian dan keadilan bagi kaum marginal di Aceh.

image

Sort:  

ah ku pikir siapa, ternyata kak sherli lago