Aceh
Apa yang paling disenangi oleh rakyat Aceh ialah, bicarakan tentang masa lalunya, bicarakan tentang kehebatan Sultan Iskandar Muda, semangat perang rakyat Aceh terhadap Belanda, kehebatan Malahayati sebagai Panglima, ketangguhan Cut Nyak Dhien dalam bergerilya melawan Belanda dan sederatan kehebatan-kehebatan lain yang membawa harum nama Aceh keseluruh dunia dan telah menjadi sebuah sejarah yang ditulis oleh tinta emas, sebagai Bangsa yang pernah menaklukan Bangsa lain dan sebagai Bangsa yang tidak pernah kalah melawan Bangsa lain, cerita-cerita itulah yang disenangi dan dibuai rakyat Aceh.
Lalu apa yang dibenci rakyat Aceh, ialah membicarakan gagasan, tentang rencana masa depan, tentang pembangunan dan impian dimasa depan, cerita cerita dan pembahasan seperti ini akan langsung dipandang sinis, apalagi yang membicarakannya adalah para tokoh-tokoh politik nasional dan pejabat negara, maka akan dianggap "ka dijak toh angen", atau "kadijak peunget awak Aceh loem", kira-kira beginilah pandangan-pandangan negatif kita ketika membicarakan tentang konsep pembangunan di masa depan.
Maka tak heran, kondisi sosial yang seperti demikian, dimanfaatkan oleh orang-orang yang punya kepentingan. Setiap tokoh-tokoh hebat nasional datang ke Aceh dan mendapatkan kesempatan untuk berbicara dihadapan rakyat Aceh, maka yang disinggung adalah tentang nostalgia kehidupan Aceh dimasa lampau, sehingga rakyat Aceh merasa sangat diperhatikan oleh si tokoh tersebut, karena sudah menyanjung rakyat Aceh sedemikian rupa, jarang yang berbicara, misal seperti "karena rakyat Aceh telah menjadi Indonesia itu ada, maka sudah sepantasnya Aceh diberikan hak dan wewenang penuh seperti yang sudah dijanjikan oleh pemerintah pusat terhadap Aceh dan saya sebagai bla bla bla akan memperjuangkan, mengarahkan kekuatan yang saya punya dan saya miliki untuk mewujudkan mimpi rakyat Aceh", jika pun ada hanya sebatas berbicara "rakyat Aceh harus dipenuhi hak-haknya", dan itupun saat ia sudah kembali, apa yang dibicarakan saat di Aceh seketika lupa.
Begitu pula ketika penceramah agama di undang ke Aceh, yang disinggung adalah masa lalu Aceh, seperti Aceh adalah awalnya masuk Islam ke Nusantara, Aceh adalah tanahnya para Ulama-Ulama dan kitapun terbuai dengan pujian itu, jarang sekali penceramah-penceramah bekend ditanah air yang bertanya, jika Aceh adalah mulanya Islam masuk ke Nusantara, jika Aceh adalah tanahnya para Ulama, mengapa penceramah-penceramah diluar di undang ke Aceh, mengapa tidak, penceramah di Aceh diundang keluar, seharusnya Aceh sebagai daerah syariat Islam, harus menjadi modal bangkitnya dakwah dan Islam di Indonesia, seharusnya Aceh menjadi motor penggerak perkembangan Islam, seharusnya Aceh adalah tempat lahir para pendakwah-pendakwah hebat sekelas Ustad Somad misalnya atau sekelas Ustad Arifin Ilham misalnya, bahkan sekelas dr. Zakir Naik misalnya, why not. Akan tetapi, tak akan ada penceramah yang berani bertanya hal-hal seperti itu, yang seharusnya dipertanyakan, karena menyangkut indetitas ke Acehan saat masa lampau dan masa sekarang.
Fenomena nostalgia di masa lalu memang masih menjadi kebiasaan orang Aceh, sampai ia lupa, bahwa apa yang pernah dimiliki oleh Aceh adalah merupakan masa lalu yang telah menjadi sejarah yang seharusnya dijadikan semangat, bahwa Aceh adalah Bangsa yang maju, Aceh adalah Bangsa yang gigih, Aceh adalah Modal, Modal bagi Indonesia dan Modal bagi perkembangan Islam di Nusantara. Karena Modal seharusnya peradaban Aceh tidak boleh berjalan mundur, harus lebih baik dari apa yang pernah terjadi di Aceh, bukan malah terbuai dengan masa lalu, hingga membuat Aceh berada dalam kegelapan, generasi yang penuh pesimistik, pemerintah yang tak punya gagasan, fenomena sosial yang cukup mengkhawatirkan, hingga membuat Aceh berada terus pada pusara konflik dan selalu tertinggal dalam berpacu pada kemajuan.
Yang intinya sekarang, orang kita (aceh, loeng aceh sit) kalah dengan uang. Percaya ngga percaya, kita buktikan nanti.
Ciban pendapat droe neuh?
Kalah dengan uang juga pernah dikisahkan pada masa belanda.... Saya rasa itu memang fakta yang berlanjut hingga kini...