Masjid Tgk di Pucok Krueng

in #aceh7 years ago (edited)

image
Masjid ini di bangun pada tahun 1622 M oleh Tgk Muhammad Salim pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Letak masjid ini yaitu disamping jln.raya lintas B.aceh-Medan simpang Beuracan, kemukiman Beuracan, Gampong Kuta Trieng kecamatan Meureudu, kabupaten Pidie Jaya, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.

Tgk Muhammad Salim adalah seorang Ulama dari Madinah dan dia adalah ahli pertanian yang datang ke daerah Meureudu, Aceh, Indonesia bersama temannya Tgk Japakeh dan Malem Dagang dalam rangka untuk mengembangkan agama Islam. Tgk Muhammad Salim menetap di Hulu sungai Pucok Krueng sehingga beliau memiliki gelar Tgk di Pucok Krueng oleh karena itu Masjid ini dinamakan Masjid Tgk di Pucok Krueng yang merupakan nama gelar dari pembangunnya yaitu Tgk Muhammad Salim.

Keunggulan arsitektur pada masjid ini diuji oleh musibah gempa bumi yang melanda Aceh pada tanggal 07 Desember 2016 yang berkekuatan 6.5 Skala Richter di kabupaten Pidie Jaya , begitu banyak bangunan yang roboh karena gempa tersebut termasuk salah satu masjid yang bersebelahan dengan masjid Tgk di Pucok Krueng akan tetapi bisa kita lihat masjid Tgk di Pucok Krueng masih berdiri dengan kokoh walaupun terdapat sedikit kerusakan pada dinding-dinding masjid.

Di dalam komplek pekarangan masjid Tgk di Pucok Krueng terdapat sebuah Guci tua ( guci antik ) yang berisi air di dalamnya, konon katanya air didalam guci tersebut bisa dijadikan untuk obat. Pasca kejadian musibah gempa bumi di kabupaten Pidie Jaya pada tanggal 07 Desember 2016 yang mengakibatkan begitu banyak bangunan yang roboh dan korban jiwa, saya menyempatkan waktu untuk berkunjung ke lokasi kejadian tersebut dan singgah di masjid ini untuk melaksanakan shalat Dzuhur.

Masjid Tgk di Pucok Krueng mempunyai daya tarik tersendiri dindingnya yang terbuat dari kayu kemudian di ukir dengan ukiran-ukiran yang begitu indah. Ketika hendak pulang kami menghampiri guci tua yang berada di pekarangan komplek masjid dengan tujuan ingin mengambil sedikit air yang ada di dalam guci untuk meminumnya. Ketika kami hendak mengambil air tersebut datang seorang lelaki menghampiri kami, lelaki itu tak lain ada pengurus masjid Tgk di Pucok Krueng, dia mengatakan pada kami kalau air di dalam guci tersebut tidak boleh di ciduk atau di ambil langsung oleh kaum hawa apalagi perempuan yang sedang haid kami baru menyadari bahwa di papan yang tidak jauh dari guci itu telah dibuat himbauan larang untuk mengambil langsung air di dalam guci bagi kaum hawa, jadi jika kita kaum wanita ingin mengambil air di dalam guci tersebut kita bisa minta tolong pada pengurus masjid atau pada kaum lelaki yang ada di dalam pekarangan masjid itu.

Menurut keterangan pengurus masjid ini bila air di dalam guci tersebut di ambil langsung oleh kaum hawa maka esok harinya air itu harus diganti karena air telah berbau busuk, kemudian hal lain juga terjadi pada guci tua tersebut bahwa guci itu seringkali berpindah tempat dengan sendirinya hingga kekhawatiran warga akan hilangnya guci ini atau di culik oleh orang-orang yang suka barang antik, kini guci tersebut telah disemen di depan masjid supaya tidak berpindah-pindah dengan sendirinya.