Acehnologi Dalam Kajian Antropologi Aceh - Bab XVIII (Vol. II)
Selamat malam semua pengguna Steemit. Baiklah, kali ini saya akan mereview bab 18 volume II tentang Acehnologi dalam kajian Antropologi Aceh.
Sumber: slideshare.net
Pemahaman Antropologi Aceh berusaha untuk membangun kembali kebudayaan-kebudayaan Aceh dan juga semangat orang Aceh dalam memahami kebudayaan mereka sendiri. Selanjutnya dalam masyarakat tradisional Aceh, mereka masih percaya bahwa mitos sebagai salah satu sumber pengetahuan yang sangat populer di kalangan masyarakat Aceh. Menurut mereka, mitos bukan hanya suatu cerita atau legenda, tetapi dapat membuat masyarakat Aceh dikenal/populer di daerahnya .
Di Aceh mempunyai berbagai kebudayaan yang berbeda-beda, kita bisa melihat dari sisi bahasanya, cenderung menggunakan bahasa melayu, sebagai bahasa sehari-hari. Namun, tidak semua masyarakat Aceh menggunakan bahasa Aceh sebagai bahasa sehari-hari. Namun, bahasa Aceh masih menjadi bahasa yang dominan di beberapa kawasan kebudayaan Aceh.
Sumber : rositadevi04.it.student.pens.ac.id
Di Atjeh (Aceh), yang paling sering menggunakan bahasa Aceh ada di beberapa kota, yaitu: Banda Aceh, Pidie, Lamno, Meulaboh, Bireuen, Lhoksumawe, Nagan Raya, Blang Pidie. Lalu di Aceh juga terdapat bahasa Gayo yang terdapat di daerah Takengon dan Gayo Lues. Belum lagi terdapat bahasa Aneuk Jame yang ada di sekitar Aceh selatan dan Subulussalam. Kemudian di pulau Simeulue juga terdapat bahasa yang mirip dengan bahasa Minangkabau. Kekayaan bahasa-bahasa inilah yang memperlihatkan bahwa Antropologi Aceh itu sangat unik kalau kita ingin memperdalam lagi.
Secara kebudayaan dalam tradisi Aceh, dalam memberkati keberhasilan atau kesuksesan biasanya diadakan syukuran/kenduri. Beralih kepada contoh berikutnya. 'Sapi', salah satu binatang yang sangat di spesialkan bagi sebagian orang Aceh. Bayangkan saja, kalau sapi mati karena ketabrak, maka yang nabrak itu harus membayar si sapi tersebut, berbeda dengan manusia, kalau manusia meninggal, manusia tidak di bayar walaupun banyak membuat hal-hal yang bermanfaat. Maksudnya adalah Nyawa sapi lebih berharga dari pada keselamatan manusia. Kemudian sebagian orang Aceh tidak tanggung-tanggung memiliki banyak sapi, karena bagi mereka sapi merupakan sarana investasi, bukan karena emas dan uang yang berjuta-juta. Lanjut dengan tradisi yang ada di Aceh, khususnya ketika menjelang bulan Ramadhan, hari raya idul fitri dan idul adha, mereka wajib mempunyai daging sapi untuk di olah menjadi rendang, dendeng sapi, dan lain sebagainya, walaupun rela membayar dengan sangat mahal, baik itu masyarakat ekonomi yang ke bawah atau sebaliknya, daging sapi harus ada di rumah. Demikianlah review kali ini.