Makna Dan Peran Bahasa Aceh - Bab XXVI (Vol. III)
Selamat siang. Pada kesempatan kali ini saya akan kembali mereview bab 26 dari buku AcehnologiI Volume 3 yang ditulis oleh bapak Kamaruzzaman Bustaman-Ahmad, M.Sh,. Ph.D. yang membahas tentang Makna dan Peran Bahasa Aceh.
Sumber: linguis-andi.blogspot.com
Kalau membahas tentang makna dan peran bahasa di Aceh adalah hal yang paling istimewa, karena bahasa Aceh memiliki sebuah keunikan yang luar biasa. Dalam suatu pendirian, masyarakat Aceh juga mempunyai tutur kata dari tubuh, contohnya apabila ada salah seorang masyarakat Aceh yang marah, maka orang tersebut hanya nampak kemarahannya melalui tubuh, gerak-geriknya, ataupun tingkahnya dari istilah bahasa Aceh memiliki kekentalan bahasa yang luar biasa, jadi jika seorang yang berasal dari Aceh dan keluar dari Aceh memakai bahasa yang baru, maka akan nampak bentuk bahasa aslinya.
Sumber: beritasumut.com
Namun, pada zaman sekarang bahasa Aceh sudah jarang digunakan sebagai bahasa dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat Aceh sekarang yang mengunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kelahiran mereka, padahal mereka asli dari penduduk Aceh. contohnya dapat juga kita temukan dalam satu keluarga, dimana orang tuanya hanya mengajarkan bahasa Indonesia kepada anaknya dari masih kecil, sehingga jika dewasa nanti akan terbiasa dengan berbahasa Indonesia, padahal mereka adalah satu keluarga asli penduduk Aceh. Oleh sebab itu, bahasa Aceh merupakan bahasa asing bagi penduduk Aceh sendiri, jadi perbedaan bahasa antara era 60-an beda dengan era 2000-an sekarang.
Dalam ranah kajian seorang antropologi bahasa merupakan suatu komunitas yang amat penting ketika ia ingin mendalami pikiran suatu masyarakat karena bahasa adalah konsep-konsep simbol dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal tersebut, Adanya aliran teologis yang menganggap manusia bisa berbahasa karena anugrah tuhan dan pada mulanya tuhan yang mengajarkan pada Adam, nenek monyang seluruh manusia. Kemudian, adanya aliran naturalis yang memandang bahwa kemampuan berbahasa merupakan bawaan alam, sebagaimana kemampuan untuk melihat, mendengar, maupun berjalan. Terakhir adalah adanya aliran konvensionalis yang menyebutkan bahwa bahasa merupakan sebagai produk sosial maka agaknya ada dua aliran terakhir yang menjadi wilayah kajian ilmu sosial, khususnya antropologi yang menjadikan bahasa sebagai media untuk mambangun relasi sosial.
Bahasa aceh bukanlah suatu bahasa yang nasional ataupun internasional, akan tetapi Aceh pernah menjadi pusat peradaban yang paling besar di Asia tenggara pada abad ke-17. Walapun saat itu yang digunakan adalah bahasa melayu-pasai akan tetapi bahasa Aceh merupakan sumber kebudayaan bagi masyarakat saat itu. Pada mulanya memperkenalkan kembali jati diri keAceh-an pada generasi muda yang kemudian menjadikan bahasa Aceh sebagai bahasa kebudayaan di provinsi Aceh sehingga meyakinkan masyarakat Aceh bahwa bahasa Aceh adalah bahasa endatu. Dengan melakukan berbagai kajian mengenai bahasa Aceh dapat membuka dialog kebudayaan untuk memperhadapkan kekuatan filosofis bahasa Aceh dengan bahas-bahasa lain didunia ini. Demikian review pada kesempatan kali ini, semoga dapat diambil manfaatnya.