REVIEW BUKU ACEHNOLOGI VOLUME 2 (SOSIOLOGI ACEH)

in #acehnologi7 years ago

f.png

Salam sahabat steemit. Seperti biasa kali ini saya akan mereview buku Acehnologi Volume 2 Bab 17 Tentang Sosiologi Aceh. Jujur, pada review bab kali ini merupakan paling berat bagi saya untuk menjelaskan kepada sahabat steemit semua. Karena penulis buku ini sangat panjang menjelaskan arti sosiologi itu sendiri, dilanjutkan lagi dengan tokoh-tokoh yang terkenal dan tidak terkenal dalam toerinya, yang pada akhirnya membuat saya bingung dalam mereviewnya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk tidak mereviewnya, karena pada penjelasan terakhir penulis menyajikan rangkuman dari pembahasan yang telah beliau tulis tersebut.

Pada awal pembahasan penulis menjelaskan terlebih dahulu apa itu sosiologi. Sosiologi merupakan kajian yang terukur mengenai masyarakat, yang dijadikan pijakan kebijakan suatu pemerintah yang mengadopsi pemikiran-pemikiran kapitalisme karena berasal dari Barat yang penuh dinamika kemudian diterapkan di Timur, sebab masyarakatnya sangat statis (Hal.486). Ungkapan-ungkapan tersebut adalah ungkapan yang telah penulis giring dari dua tokoh penteori yaitu Bryan S. Turner dan Immanuel Wallerstain.

Berlanjut pada itu, berbagai teori sosial penulis warnai di bab ini, dari teori yang terkenal maupun tidak terkenal seperti yang telah saya jelaskan pada awal paragraf. Kemudian penulis menjelaskan konsep dasar dalam sosiologi itu sendiri, lalu penulis membandingkannya “Membahas teori dalam sosiologi pada prinsipnya sama seperti dalam ilmu tafsir, di mana konsep harus dijabarkan sesuai dengan tingkah laku dengan alasan-alasan pembenarannya” (Hal.501).

Kemudian, penulis juga menjelaskan secara detail tentang teori sosiologi menurut tiga bapak sosiologi, yaitu Karl Marx, Emilie Durkheim, dan Marx Weber. Karena seperti yang telah kita ketahui ketiga orang inilah yang telah meletakkan fondasi dasar ilmu tersebut, sehingga kemudian muncul berbagai macam teori dari sosiologi. Penulis menyajikan berbagai macam sudut pandang, dimulai dari pemikirannya, latar belakang yang mempengaruhi pemikiran tersebut, hingga menemukan sebuah konsep.

download.jpg\

Kendati demikian, penulis menegaskan dalam bukunya “Dalam membangun sosiologi Aceh paling tidak dapat dilakukan melaui metode perbandingan dan sejarah. Kedua hal ini telah banyak dikupas dalam volume ini. Hanya saja, jika dipandukan melalui hanya meneropong masyarakat urban, maka mau tidak mau, kita akan mengkaji mengenai Aceh secara sosiologis, pasca kedatangan penjajah Eropa di beberapa kota di Aceh” (Hal.545).

Penulis juga menegaskan pada bab akhir “Ada tiga hal yang perlu digali ketika sosiologi Aceh ingin dimunculkan. Pertama, menemukan kembali ruang imajinasi sosial yang bersifat ke-Aceh-an. Kedua, menemukan kembali ruang yang aktif dan progresif dalam kesadaran sosial masyarakat Aceh. Ketiga, perlu dicari kembali bagaimana format ruang kebatinan orang Aceh tersebut” (Hal.548).

Rasanya sangat sulit bagi saya untuk mereview pada bab ini, karena pada dasarnya penulis menegaskan pada permunculan sosiologi di Aceh. Pada intinya seperti yang telah saya sebutkan di atas ada tiga hal yang harus digali ketika ingin dimunculkan sosiologi Aceh tersebut, supaya memberikan pengaruh dan menemukan identitas ke-Aceh-an kembali.