(Kontes Bahagia Itu Sederhana 2) Siapa Sangka, Steemit Kembali Membuka Pemikiranku Bahwa Menulis Itu "Candu"
Saya masih teringat dengan jelas bagaimana perkembangan media sosial yang populer di tengah-tengah generasi muda (waktu itu) di sekitar akhir 2007 atau awal 2008 dulu, tepatnya ketika saya masih duduk di bangku Madrasah Aliyah. Sebelumnya ketika masih di MTsN, meskipun saya mengenal istilah internet, tapi agaknya menjadi hal yang sedikit 'aneh' bagi saya dan rekan-rekan. Internet bukanlah hal yang mudah untuk kami dapatkan, apalagi ketika itu ponsel yang baru berkembang adalah berjenis Nokia tipe jadul yang hanya bisa telponan dan mengirim pesan singkat saja. Hingga ketika saya masuk ketingkat MAN, barulah saya mengenal jenis ponsel Nokia tipe canggih yang memungkinkan kami untuk mengakses internet. Dari sinilah, saya baru mengenal ada yang namanya media sosial berjenis Friendster, yang sangat diminati generasi muda ketika itu.
Masa terus berjalan, perkembangan teknologi pun semakin pesat. Begitu pula dengan teknologi ponsel. Keberadaan ponsel yang setiap tahunnya semakin mengalami peningkatan, dari awalnya merek Nokia, muncul tipe Blackberry, dan pada akhir muncul ponsel berjenis Android dengan berbagai merek, yang turut mengukir sejarah perkembangan dan pengenalan media jejaring sosial pada generasinya. Kami yang awalnya hanya mengenal media sosial jenis Friendster, perlahan-lahan beralih menuju media jejaring sosial yang lebih populer seperti Facebook, kemudian muncul twitter, instagram, path, dsb. Sedangkan aplikasi personal chat, dulu ketika awal kuliah S-1 saya hanya mengenal forum chat kaskus di internet, mIRC, Nimbuzz atau Yahoo Messenger. Namun setelah Blackberry muncul, perlahan-lahan kami mengenal ada forum chat BBM, wechat, whatsapp, dsb.
contoh ponsel yang pernah saya punya di zaman baheula dulu
Begitu pula dengan keberadaan Weblog yang semakin berkembang. Sejak saya kuliah S-1, S-2, hingga akhir 2017 saya masih familiar dengan weblog berjenis Wordpress, Tumblr, Blogspot, dsb. Hingga saat ini, di awal tahun 2018 saya mulai mengenal dunia weblog berjenis Steemit yang menawarkan hal "berbeda" dari apa yang pernah saya dapatkan di media-media jejaring sosial internet lainnya.
Sungguh mengesankan perkembangan teknologi internet dan media sosial ini. Hanya dalam kurun waktu 2005-2018, perkembangan teknologi internet dan media sosial sungguh mengalami kemajuan pesat. Bahkan sangat dahsyatnya dibandingkan dengan 13 tahun yang lalu.
Steemit Sebagai Media Sosial Yang Berbeda
Jujur saja, sepanjang saya mencoba berbagai jenis fasilitas media sosial yang ditawarkan di internet dan ponsel yang canggih, baik itu mIRC, Friendster, Yahoo Messenger, Facebook, Twitter, Path, Blogspot, Wordpress, dll. Hanya media Steemit yang menawarkan hal yang berbeda bagi saya. Jenis media daring seperti Facebook wa akhawatuha memang asik, karena dapat membangun jaring perkenalan yang luas, namun rentan membuat penggunanya jadi baper dan alay, saya contohnya. Sedikit-dikit nulis status, sedikit-dikit curhat, upload foto narsis, dsb. Belum lagi nyindir si A atau si B, si C, sampai ke Z ketika lagi emosian. Itu pernah saya rasakan. Dan saya menyesal. Hahaha.
Weblog seperti Blogspot dan lainnya saya juga pernah aktif, apalagi saya memang hobi menulis. Di awal-awal saya mengenal weblog, hampir setiap hari saya posting tulisan, namun isinya lebih ke curahan hati, puisi, cepern, atau rangkaian kalimat motivasi. Bagus memang, hobi menulis di blog ketika itu bisa mengasah kemampuan saya untuk merangkai kata dan menulis. Hanya saja, kelemahannya adalah saya pun sesekali senang memindahkan atau bahkan mengambil utuh tulisan orang lain untuk dijadikan postingan blog. Saya ketika itu tidak paham mengenai kaidah-kaidah keorisinalitasan, apalagi plagiasi. Yang penting posting, ada yang baca, dikomentarin. Saya senang.
Sesungguhnya, ini sangatlah tidak sehat.
Saya vakum dari weblog bertahun-tahun lamanya, sehingga diperkenalkanlah ke media sosial Steemit ini.
Di Steemit inilah saya mendapatkan suatu hal yang berbeda dari media-media sosial yang pernah saya dapatkan sebelumnya. Steemit mendorong saya untuk semakin berkembang ke arah positif, terutama dalam dunia penulisan.
Sempat salah seorang teman saya yang katanya bisa melihat dan meramal aura warna kepribadian seseorang, mengatakan bahwa ada kemampuan terpendam yang masih belum secara tuntas saya keluarkan dan maksimalkan. Yang auranya itu sangatlah besar kalau diberdayakan dengan baik. Saya pikir itu mungkin adalah menulis. Saya tau saya senang menulis bahkan sedari saya kecil, tapi saya tidak paham apakah mungkin menulis lah kemampuan terpendam itu?.
Melalui Steemit, saya mulai terbiasa untuk mengeksplor kemampuan menulis saya. Sejak di Steemit saya berkomitmen untuk dapat menulis sebaik mungkin, dan menghasilkan karya tulis yang bermanfaat dan tidak hanya asal tulis. Terlebih lagi media Steemit ini sangat mendukung agar penggunanya dapat menghasilkan karya-karya positif yang orisinal. Sehingga saya memasang niat, bahwa di Steemit saya akan menulis tulisan yang harus ada artinya. Jika tidak, lebih baik tidak menulis.
Sehingga setelah 99 hari saya di media ini, saya mulai merasakan hasilnya. Saya mulai mampu membenahi tulisan saya menjadi lebih baik, terbiasa menganalisa, dan lebih peka terhadap kondisi sosial dan keilmuan saya. Bagi saya, bergabung di Steemit ini sungguh menyenangkan dan berarti bagi diri saya. Terutama bagi kesenangan saya dalam menulis.
Menurut saya ini adalah moment yang tidak terlupakan.
Adalah moment ketika saya melewati masa-masa lampau saya, menulis di diary, tanpa dipublikasikan ke media sosial. Apalagi dibaca orang banyak. Tulisan dalam diary yang terkunci rapat, disembunyikan di bawah tumpukan baju atau buku-buku.
Adalah saya ketika menulis di forum chatting online untuk sekadar dapat berkenalan dengan teman di berbagai daerah, terus kabur begitu saja ketika disapa secara personal.
Adalah saya, ketika awal mula mengenal Friendster dan setiap waktunya mengobrak-abrik layout belakangnya agar tampil menarik.
Adalah saya, yang mulai meninggalkan diary berkunci saya, dan menuliskan isi hati di media sosial weblog, atau facebook, twitter, dan bereksistensi ria.
Adalah saya, yang kini berkenalan dengan media Steemit ini, dan sadar bahwa menulis adalah satu dari beberapa hal lainnya yang saya cintai dan tidak bisa saya tinggalkan.
Kalau Michel Foucault mengatakan agama itu candu,
Bagi saya, menulis itu adalah candu.
Iya.
Bahagia, sesederhana itu.
Tulisan ini dikutsertakan dalam kontes #bahagiaitusederhana.
Terima kasih kepada @anggreklestari yang telah mengadakan kontes luar biasa ini.
Bagi rekan Steemian yang ingin berpartisipasi, silahkan klik link berikut ini: https://steemit.com/contest/@anggreklestari/the-contest-of-happiness-is-simple-2-immortalize-your-happiness-moment-in-a-post
Semoga kita semua dalam keadaan bahagia....
Amin Yra. 👍👍
What, friendster...? Baru ku dengar ni kak.
Postingan kakak ini kalau penilaianku dpat membngkitkan ingatan masa lalu yang hari ini, banyak orang lupa akan hal itu. Postingan nya juga lengkap, disertai gambar, apalagi gambar hp nokia jadul itu. Saya jdi ingat, dulu Ayah membelikn hp sejenianya untuk abang seharga 800 ribu lebih. Kalau sekarang harga itu sudah tentu dapat hp pintar.
Haha, iya Friendster. Itu sosial media yang paling imut menurutku. Bisa pakai background cantik-cantik.
Dulu ponsel jadul itu udah paling keren, kalau punya berasa gaul x. Sekarang? Mana ada lagi kan ya. Hehe
Aku gak pernah denger itu kak. Apa sekarang masih ada kak? Maklum lah anak baru lahir kemarin. Haa
Rasanya pengen juga ngerasain media sosial satu tu.
Internet kemajuannya cepat kak, bila era 2000-an awal penguna hanya user saja. Kini pengguna jadi smart user, mereka bisa berperan serta untuk kemajuan platform tersebut. Seperti konsep steemit, pengguna punya hak lebih dari sekadar pengguna. Itu belum ditemukan di sosmed mainstream saat ini.
Iya Bal, saking cepatnya udah ga sanggup dibendung lagi. Manusia yang menciptakan, tapi manusia pula yang ketergantungan.
Beruntung sekali sekarang ada Steemit yang punya konsep berbeda daripada sosial media mainstream lainnya.