Kasih Induk Sepanjang Masa

in #cerita7 years ago (edited)

Menjadi induk, bukanlah perkara gampang. Kebanyakan dari mereka kesulitan dalam menjaga anak-anaknya. Banyaknya bahaya yang datang tanpa diduga, membuat beberapa induk harus kehilangan anak-anaknya.

Mumu, seekor induk kucing, menceritakan pengalamannya mengenai betapa susahnya menjaga bayi-bayinya dari ancaman makhluk lain. Ia mengaku telah beberapa kali kehilangan nyawa bayinya karena keteledorannya dalam menjaga mereka.

“Iya mas, dari lima kali melahirkan, empat diantaranya mati semua” ungkapnya dengan nada naik turun.
Ia mengaku sempat kebingungan saat pemilihan lokasi melahirkan.

“Di awal-awal melahirkan, saya bingung mau melahirkan dimana mas. Saya bolak balik naik ke plafon, masuk gudang, masuk lemari bekas, bahkan sempat nyasar di kandang ayam. Beruntung waktu itu ayamnya sudah dipotong, jadi gak ada yang marahi”

Pemilihan tempat memang merupakan persoalan yang pelik dalam dunia lahir-melahirkan. Hal ini semata-mata demi menjaga keamanan bayi dari serangan-serangan eksternal yang tak diduga.

“Kalo uda milih satu tempat, biasanya saya dan bayi akan terus tinggal di situ sampai sebulan dua bulan mas. Kalo ada lokasi yang lebih aman saja baru kami sekeluarga pindah” aku Inu, tetangga Mumu yang entah dari mana tiba-tiba datang bergabung karena ingin diwawancara juga.

Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Mumu berlari sekitar 15 meter dari arah kami berkumpul. Dengan lincahnya ia mengusir seekor kucing jantan yang kebetulan lewat. Setelah kucing jantan itu pergi, ia kembali berkumpul bersama saya dan Inu.

“Ya gini mas, tiap ada kucing jantan dekat-dekat ke sini harus diusir, biar gak nge-bunuh anak saya yang jantan dua ekor” kata Mumu ngos-ngosan, lagi-lagi dengan nada naik turun.

Walaupun tidak begitu susah mengusir hewan lain, Mumu dan Inu mengaku mengalami kewalahan saat menghadapi tangan-tangan jahil anak manusia. Mereka sepakat bahwa lebih sulit menjaga anak-anaknya dari serangan anak manusia ketimbang dari hewan lain. Inu telah tiga kali kehilangan anaknya gara-gara dicuri oleh anak manusia. Sedangkan Mumu yang lebih muda dari Inu, baru satu kali terjadi.

“Logikanya gini ya mas, kalo yang serang hewan, saya bisa langsung serang balik mereka. Nah, ini kalo yang serang anak manusia terus saya serang balik, bisa kena UU perlindungan anak karena berlaku kasar terhadap anak dibawah umur. Mana saya gak sanggup menyewa pengacara, malah nanti saya yang diusir dari sini sama yang punya lahan” ungkap Inu sedih tanpa meneteskan air mata.

Selain serangan anak manusia, serangan mahasiswa kedokteran hewan juga sangat sering terjadi dalam kasus penghilangan anak kucing. Dengan beribu alasan, mereka merampas anak kucing didepan ibunya sendiri.

“Waktu itu katanya mereka mau nge-vaksin anak saya Mas, biar sehat dan gak gampang sakit, karena kuman sekarang sudah berevolusi. Yaudah, saya kasih mereka izin untuk bawa anak saya. Eh, tau-taunya anak saya gak dikembalikan. Saya sebagai hewan yang tidak beruang cuma bisa pasrah sambil berdo’a semoga anak saya sehat selalu bersama mereka” ungkap Inu sedih dan lagi-lagi tanpa meneteskan air mata. What a strong mom, saya membatin.

Obrolan kami terus berlangsung seru hingga tanpa terasa hari pun semakin sore. Saya pun memutuskan untuk menyudahi obrolan ini. Saya berpamitan kepada Mumu dan Inu. Mumu pun memberikan oleh-oleh kepada saya, seekor kucing jantan kecil berwarna putih dengan baluran kuning dibagian ekor dan kakinya.

“Lho, kok...??” saya kaget

“Anak yang ini untuk dipelihara mas saja, saya masih punya satu lagi kok. Kemarin juga ada yang datang kesini saya kasih yang betina. Ini kalo ada yang datang lagi saya kasih semua” jawab Mumu

“Jadi anak kamu itu banyak yang hilang gara-gara........”

“Iya mas, soalnya ngurus anak butuh modal, hehe” potong Mumu

“^&@#^&$*%”

IMG20171228153301.jpg

Sort:  

thank you
but the kitty has died