Jalan Panjang Si Gajah Liar "Septi' Menuju Rumah Baru
Lima tahun sudah gajah liar bernama Septi terisolasi di perkebunan warga. Kini gajah tersebut berhasil ditranlokasi. Gajah betina berumur 20 tahun itu, diamankan dengan cara dibius menggunakan senjata khusus, Sabtu lalu (8/12).
Sebanyak lima gajah jinak yang didatangkan dari CRU DAS Peusangan, PKG Sare dan CRU Trumon dikerahkann, guna membujuk Septi yang masih liar.
Butuh waktu enam hari, upaya translokasi dilakukan di Desa Tangga Besi, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam. Operasi penanganan itu melibatkan 35 personel gabungan dari BKSDA Aceh, Dinas LHK Aceh, KPH Wilayah 6, WCS, FKL, OIC, didukung pula Direktorat KKH, Direktorat Jenderal KSDAE, PKSL Unsyiah, USAID Lestari serta BCCPGLE KFW.
Sesungguhnya, upaya translokasi Septi itu sudah direncanakan sejak 17 bulan yang lalu. Hanya saja, prosesnya tidak berjalan lancar. Ketiadaan akses ke lokasi pelepasliaran di Hutan Bakung yang berada di perbatasan tiga kabupaten, Subulussalam, Aceh Selatan dan Aceh tenggara menjadi salah kendala tersendiri. Sehingga sempat tertunda bbeberapa kali.
Di tengah kondisi demikian, sampai-sampai (sempat) muncul ide dari sebuah LSM luar negeri; memindahkan Septi menggunakan helikopter. Sayang, bersebab persoalan teknis, ide tersebut urung dieksekusi. Beruntung, di tengah suasana yang seakan-akan buntu, secercah harapan justu hadir. Pembukaan perkebunan PT ISP ke Bengkung membuka akses ke tujuan.
"Setelah serangkaian rapat teknis, tim gabungan akhirnya memulai kegiatan translokasi pada hari Kamis 6 Desember 2018 yang lalu. Perlu waktu 3 hari hingga kemudian tim berhasil menembak bius gajah Septi," berkisah Kepala BKSD Aceh, Sapto Aji, Selasa (11/12).
Di tengah pagi yang dingin, Minggu subuh (9/12), Septi terkena target. Di tengah kondisinya setengah terbius, Septi ditarik oleh kawanan gajah jinak menuju truk pengangkut. Baru kemudian Septi diangkut ke batas perkebunan PT ISPP.
Waktu terus beranjak, minggu tengah malam, tim operasi kemudian menarik gajah Septi menuju Hutan Lindung Bengkung yang berjarak sekitar 20 km. Waktu tengah malam hingga pagi hari sengaja dimanfaatkan, guna menghindari sengatan matahari yang bisa membahayakan keselamatan gajah.
Setelah melewati serangkaian proses panjang, akhirnya pada hari Senin (10/12) sekitar pukul 10.00, Septi tiba di titik pelepasan yang direncanakan. Tim memasang GPS Collar untuk memonitor pergerakan Septi. GPS Collar yang dipasang, akan mengirimkan data posisi gajah ke receiver BKSDA dan PKSL Unsyiah melalui satelit.
Septi diharapkan dapat bergabung dengan kelompok gajah yang ada di Bengkung, diperkirakan kurang lebih berjumlah 10 ekor. "Jika Septi bisa bergabung ke kelompok gajah Bengkung, akan sangat bagus untuk meningkatkan keragaman genetis kelompok gajah ini," jelas Sapto.
Pasca pelepasliaran, BKSDA Aceh bersama mitra akan menempatkan tim mitigasi yang bertugas merespon jika seandainya Septi bergerak kembali ke perkebunan. Selain itu, dengan dukungan Forum Konservasi Leuser, KPH 6 dan PT ISP akan dibangun barrier berupa parit sepanjang lebih dari 5 km untuk mencegah Gajah Septi kembali ke perkebunan dan pemukimann warga.
"Semoga Septi betah di Bengkung, dan dapat bergabung dengan keluarga barunya," harapannya.
Not: Bahan utama kronologi ini disam Kepala BKSD Aceh, Sapto Aji via pesan WA. Saya hanya memoles dalam bentuk semi feature. Untuk foto: Sepenuhnya kepemilikan BKSD Aceh.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Sangat menginspirasi
Huhui