Meng-Equistria-kan Indonesia: Belajar Arti Persahabatan dari Film Anak My Little Pony the Movie

in #creative7 years ago

Jum'at Sore, 6 Oktober 2017 sepulang mengajar Matakuliah Statistika Deskriptif aku harus berulang kali mencoba mengunjungi situs sebuah jaringan bioskop terkenal. Musababnya adalah untuk memenuhi janji ke gadis kecil, Jeanne Malika. Beberapa hari sebelumnya aku berjanji mengajaknya menonton film animasi kesukaanya yang akan diangkat ke layar lebar. Ya, animasi My Little Pony the Movie lagi tayang di jaringan bisnis bioskop ternama di Indonesia pada minggu pertama Oktober 2017. Sejak gadis kecilku mengetahui bahwa film tersebut akan tayang, beberapa hari sebelum tanggal 6 Otober dia sudah berulang menanyakan kapan sebenarnya film tersebut akan di putar di TV Besar, sebutan gadis kecilku buat bioskop. Akhirnya pada Jum’at sore itu, aku dan istriku sepakat untuk menonton film tersebut pada jam 19.00 WIB. Setelah kami selesai bersiap-siap, sekitar jam 18.20 WIB kami bergerak dari rumah dengan menggunakan mobil tua kami. Tujuan kami saat itu adalah sebuah mall yang letaknya hanya sekitar 2 km dari kediaman kami. Ikut dalam perjalanan kami adalah keponakanku yang juga sepupu bagi anak gadisku, Kirana Syakira Manik namanya. Keponakanku tersebut usianya hanya terpaut 3 bulan dengan gadis kecilku. Artinya mereka dapat dikatakan memiliki pandangan yang relatif sama tentang film yang akan ditonton. Indikasi ini paling tidak terdengar dari pembahasan mereka berdua tentang kisah serial My Little Pony yang kerap tayang di salah satu stasiun swasta nasional sejak dua tahun belakangan.


Gadis kecilku dengan Sepupunya di dalam bioskop

Selang sekitar 8 menit dari keberngkatan, kami telah sampai di halaman depan mall. Setelah mengambil karcis parkir, aku mengarahkan mobil ke lantai 2 dan memarkir mobil di bagian belakang mall. Terlihat jelas bahwa wajah kedua gadis kecil yang ikut sangat sumringah karena akan menonton film yang tokohnya kerap mereka personifikasikan ke diri mereka. Sambil bergandengan tangan, Jeanne dan Kirana mengikuti kami dan sesekali mereka juga menggandeng tangan kami. Akhirnya kami ke tempat penjualan tiket dan memilih untuk membeli tiket menonton sesuai kesepakatan yakni pukul 19.00 WIB.


Potongan Tiket Bioskopku

Mengingat masih ada waktu, kami memutuskan untuk mengisi perut dahulu. Sembari menunggu makanan dihidangkan, aku melaksanakan Sholat Maghrib di lantai dasar bangunan mall. Setelah sholat aku kembali bergabung dengan keluarga kecilku dan menghabiskan hidangan yang dipesankan oleh istriku tercinta. Nasi putih dan Capcai campur daging ayam terasa begitu nikmat menurutku. Hal ini mungkin karena seharian aku belum menyantap nasi putih. Setelah menyantap hidangan yang kami pesan, kamipun segera kembali ke lantai di mana terdapat bioskop. Tidak lama menunggu, pintu bioskop telah dibuka dan para penonton dipersilahkan masuk. Perintah ini jelas terdengar dari pengeras suara yang ada di ruang lobby bioskop. Kamipun segera masuk ke dalam studi 4 tempat di mana film My Little Pony The Movie akan diputar.


Gadis Kecilku dengan Seorang Temannya berpose di Poster Film My Little Pony The Movie

Sebelum film utama diputar, pihak pengelola menayang sebuah iklan film animasi. Sesudahnya film yang kami ingin tontonpun ditayangkan. Secara umum film yang kami tonton tidaklah jauh beda dengan film yang ditayangkan secara serial di TV. Untuk membantu memahami latar belakang film, aku mencoba googling guna mencari tahun sejarah film ini. Hasilnya memperlihatkan bahwa film ini diproduksi oleh Hasbro Studios dan DHX Media. Di Hasbro Studios, skrip cerita dibuat sedangkan di DHX Media produksi animasinya dilangsungkan.
Film ini berkisah tentang kehidupan poni, kuda kecil dengan bulu yang berwarna warni. Kumpulan poni tersebut menetap di sebuah negeri yang damai yang bernama Equistria. Pembukaan film yang kami tonton dimulai dengan adegan adanya keramaian di Equistria yang dihadiri oleh semua poni dari seluruh penjuru. Keramaian ini merupakan sebuah festival yang bertemakan persahabatan. Tokoh poni yang bertanggung jawab atas festival itu adalah si-Twilight Sparkle, poni jenis unicorn yang kebetulan berstatus putri persahabatan. Dalam menjalankan perannya untuk menyukseskan festival, Twilight dibantu oleh peergroup-nya. Dalam film dikisahkan bahwa teman akrab Twilight ada 5 poni lainnya dan seekor naga kecil, Spike. Dari kelima poni sahabat sang putri salah satunya adalah Rarity, jenis unicorn. Sementara itu, poni lainnya adalah Apple Jack, Pinky Pie, Fluttershy. Kesemuanya jenis poni bumi. Sedangkan poni lainnya adalah Rainbow Dash, dari jenis poni Pegasus. Secara umum, setiap poni memiliki minat, sifat dan keistimewaan sendiri yang dikenal dengan Cutie Mark (Tanda Istimewa).


Sumber: http://mlp.wikia.com/wiki/Equestria
A map of Equestria designed for the series artbook My Little Pony: The Art of Equestria.

Dalam persiapan festival yang akan dilakukan, tiba-tiba muncul segerombolan penjahat yang merupakan anggota dari Raja Badai dengan dikomandani oleh poni unicorn yang tanduknya patah, Tempest. Dalam film dikisahkan Tempest menjadi pengikut dari kelompok Raja Badai karena dia merasa diabaikan oleh teman-teman sepermainannya saat kecil hanya dikarenakan tanduknya yang patah. Tanduknya patah dikarena cakaran seekor beruang yang merasa terganggu saat Tempest dan teman-temannya bermain bola. Dalam perjanjiannya dengan sang Raja Badai, tanduk Tempest akan diperbaiki bila dia mau membantu Raja badai untuk menghimpun kekuatan magis yang dimiliki oleh ratu dan putri poni jenis unicorn. Kehadiran Tempest dan tentaranya yang hendak mengambil kekuatan magis para putri poni berakhir dengan kericuhan. Saat kericuhan tersebut ratu dan beberapa putri poni unicorn berhasil ditawan kecuali Twilight yang berhasil melarikan diri dengan bantuan teman-temannya. Dalam upaya membebaskan cengkeraman Raja Badai inilah perjalanan Twilight dan teman-temannya dimulai.
Sebelum ditawan salah seorang sang ratu Equistria, Celestia memberi pesan agar mereka mencari Ratu Poni Novo, yang perawakannya gabungan antara elang dan poni. Dalam perjalanan mencari sang ratu inilah arti persahabatan Twilight dan kawan-kawannya mengalami berbagai ujian. Intrik orang-orang yang mau mengambil manfaat dari mereka dan mereka yang mau berbuat jahat ke mereka direspon Twilight dan kawan-kawannya dengan sikap lugu, suka membantu dan ramah. Adegan khas anak-anak inilah yang menurutku menjadi menarik. Keluguan yang Twilight dan kawan-kawannya tampilkan telah membuat mereka yang mau berbuat jahat malah sadar dan kemudian memutuskan membantu Twiligth untuk ikut mencari sang Ratu Novo.
Pada akhirnya persahabatan Twilight dan kawan-kawan semakin diuji saat Twiligth ingin mencuri mutiara Ratu Novo hanya kerena ingin membebaskan Equistria. Pencurian mutiara itu oleh Twiligt dirancang dengan menyuruh teman-temannya untuk mengalihkan perhatian Ratu Novo. Saat mereka diusir dari negeri pengungsian Ratu Novo, Twilight kemudian berselisih dengan teman-temannya dan ia memilih menyendiri. Saat ia menyendiri dengan hanya ditemani oleh Spike, Tempest dan pasukannya berhasil menangkapnya. Tak lama Spike menyampaikan kabar penangkapan itu ke teman-teman poni lainnya. Mendengar berita tersebut, teman-teman Twilight memutuskan untuk menolong. Dengan dibantu oleh putri Ratu Novo, perompak yang sadar dan sang kucing jahat yang telah tobat, teman-teman poni akhirnya bisa membebaskan Twilight yang kekuatan magisnya telah berhasil disedot oleh Raja Badai. Tempest sendiri akhirnya sadar karena ia telah mengetahui bahwa Raja Badai hanya memperalatnya dan tidak berniat memperbaiki tanduknya. Di bagian akhir Raja Badai kemudian bisa dibekukan dan pecah karena jatuh dari ketinggian. Semua putri dan ratu poni unicorn yang dibekukan akhirnya juga bisa kembali seperti sedia kala. Pada akhirnya Equistria kembali aman tentram akibat persahabatan yang tidak lekang dari Twilight dan kawan-kawannya.
Merujuk pada semua adegan di film animasi My Little Pony, aku merasa bahwa konten utama pesan yang hendak disampaikan pada film ini adalah soal keragaman karakter dalam balutan persahabatan yang akan bisa mengatasi segala tantangan. Kegagalan hanya akan muncul saat persahabatan digunakan untuk keperluan individu dan mengabaikan peran orang lain. Pada kondisi mengapresiasi keragaman untuk tujuan bersama Equistria, Twilight dan kawan-kawan berhasil menciptakan kebaikan berantai yang kemudian membebaskan Equistria dari cengkaraman kejahatan.
Semua yang terjadi di Equistria pada film tersebut menurut saya dapat dianalogikan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Rajutan persaudaraan-sebagai kotinum dari persahabatan- begitu terasa dalam ancaman. Keramahan telah berubah menjadi kebiasan menghujat, kasih sayang berubah menjadi benci dan dendam. Pada kondisi demikian ini, tantangan berbangsa akan sulit diatasi kecuali semua elemen segera sadar bahwa kepentingan bernegara jauh lebih berharga dari pada menganggap penting perasaan individual semata.
Upaya mendorong munculnya kembali kebersamaan secara formal telah diinisiasi negara dengan mengadopsi konsep Sekolah Ramah Anak (SRA) dan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran (LIRP) di lembaga pendidikan formal. Program yang terakhir dikembangkan oleh UNESCO. Dalam banyak padangan, keberhasilan pengadopsiakan konsep yang bertujuan mengajak anak untuk menghargai perbedaan melalui kurikulum sekolah pada akhirnya akan bisa mendukung filosofi pengembangan Kebahagiaan Bruto Nasional (Gross National Happiness) negara. Hakekat bernegara sebagaimana yang dinarasikan dalam film My Little Pony the Movie adalah bagaimana dengan bersahabat anak bisa menikmati kegembiraan sembari tetap diberi kesempatan untuk berkembang. Pada akhirnya hal demikian akan membuat negara bahagia. Kondisi inilah yang kiranya perlu didorong kembali hadir di Indonesia. Kebahagiaan yang dulu sempat kita nikmati sebagai buah dari persatuan harus dimunculkan melalui upaya membekali generasi muda dengan nilai dasar untuk mengapresiasi perbedaan. Semoga bila ini terwujud Indonesia bisa menjadi seperti Equistria yang sangat membuat senang penghuninya. Semoga.....