The Traditional Snack: Sneaking the Activity of Betel Seller

in #culture7 years ago

I walked to the side of the Grand Mosque Baiturrahman Banda Aceh, Aceh, Indonesia where I could see the activity of traditional commodity was sold and known as betel sellers. It has been familiar with local people that the traditional snack has its own place for some of the costumers who consume the betel as daily need and it is believed good for health but I am not talking about the benefit of consuming betel. I tend to see the struggle of sustaining this traditional business. Many people of Aceh obviously know this sidewalk market. They set the betel booths on the edge of the road, and the local authority is fine with that. The authority allows these sellers to sell their goods to costumers for fulfilling the need of local people. I personally saw this was a kind of good bussiness for them who lived around the city.

Saya berjalan ke sisi Masid Raya Baiturrahman, Banda Aceh dimana saya bisa melihat aktivitas transaksi komoditi tradisional yakni dikenal sebagai penjual sirih. Sudah akrab dengan masyarakat setempat bahwa kudapan tradisional ini memiliki tempat tersendiri bagi beberapa konsumen yang mengkonsumsi sirih sebagai kebutuhan sehari-hari dan diyakini baik untuk kesehatan tapi saya tidak berbicara tentang manfaat mengkonsumsi sirih. Saya cenderung melihat perjuangan mempertahankan bisnis tradisional ini supaya bertahan. Banyak orang di Aceh jelas mengenal pasar ini. Mereka menempatkan tempat berjualan di pinggir jalan, dan otoritas setempat baik-baik mengizinkannya. Otoritas mengizinkan penjual untuk menjual barang mereka ke konsumen guna memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Secara pribadi saya melihat ini adalah semacam bisnis yang bagus bagi mereka yang tinggal di sekitar kota.

2017_1230_03260200-01.jpeg

I was soon attracted to this old woman, I caught her when she was organizing the betel leaves. It was not an easy job to do, and I noticed his skillful hand to fold one by one until it shaped into good order. This time, the customer wanted her to arrange the betel leaves like a traditional Achenesse hat (Kupiah Meukutop). She intentionally showed me the way she made. It was stunning job anyway and she did not need much time to complete this job.

Saya langsung tertarik pada wanita tua ini, saya melihat beliau sedang menyusun daun sirih menjadi sebuah bentuk seni. Itu bukan pekerjaan yang mudah dilakukan, dan saya melihat tangan terampilnya melipat satu per satu sampai terbentuk dengan rapi. Kali ini, pelanggan menginginkan beliau membentuk daun sirih seperti topi tradisional Achenesse (Kupiah Meukutop). Dia sengaja menunjukkan cara dia membuatnya. Bagaimanapun juga, ini adalah pekerjaan yang menakjubkan dan dia tidak memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

2017_1230_03261000-01.jpeg

Then, this old woman put an areca nut in each leaf. She offered two kinds of betels, the unskinned areca nut and the dissolved nut mixed with sugar. Most people prefer to consume the dissolved nut betel rather than the intake one. No matter what typical nut you like, betel is still good to consume. It would have been such a good sight to find these booths selling the betel, as if this place informed people that the betel has been the favorite snack for some local people. I could see one by one the customer buy this snack, and of course, she was happy when the customer bought in large amount.

Kemudian, wanita tua ini menaruh pinang di dalam daun sirih. Dia menawarkan dua jenis sirih, pinang yang keras dan yang berderak dicampur dengan gula. Kebanyakan orang lebih suka mengkonsumsi sirih dengan pinang hancur dicampur gula daripada pinang utuh. Tidak masalah jenis pinang apa yang Anda suka, sirih bagus untuk dikonsumsi. Ini menjadi pemandangan yang khas, seolah tempat-tempat ini memberi tahu orang-orang bahwa sirih telah menjadi makanan favorit bagi sebagian orang. Saya bisa melihat satu persatu pelanggan membeli makanan ringan ini, dan tentu saja, dia senang saat pelanggan membeli dalam jumlah banyak.

2017_1230_03264000-01.jpeg

After she fulfilling the request of a particular customer, she continued to make the other ones for retail. Then, I decided to have some talk with this old woman. He let me know that she has been selling the betel for 50 years. What! It was such very long time for doing a business and indeed, she was not afraid if people were no longer needing her goods. She was fine with that. She added this business must be conserved by current generations.

Setelah memenuhi permintaan pelanggan, dia terus membuat yang lain untuk ritel. Lalu, saya memutuskan untuk berbicara dengan wanita tua ini. Beliau memberi tahu saya bahwa beliau telah menjual sirih selama 50 tahun. Apa! Itu adalah waktu yang sangat lama untuk bisnis semacam ini dan memang, dia tidak takut jika orang tidak lagi membutuhkan barangnya. Dia menambahkan bisnis ini harus dilestarikan oleh generasi sekarang.

2017_1230_03252700-01.jpeg

These booths are located in a very strategic location which they can be reached easily. For you who visit the grand mosques, it is good to have some walk to this place. As you can see, these booths were probably donated by the local authority as the way to empower the local community. I don't know exactly, how long these booths were there and how many more years this traditional snack business survive. I personally expect, this kind of business must always have a place in each of town in Aceh, and it may become an additional tourism spot in town. Hope so!

Kedai kaki lima ini terletak di lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau. Bagi Anda yang mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman, ada baiknya berjalan-jalan ke tempat ini. Seperti yang bisa Anda lihat, gerai ini barangkali sumbangan dari pemerintah sebagai wujud pemberdayaan masyarakat setempat. Saya tidak tahu pasti, berapa lama tempat ini sudah ada dan berapa tahun lagi usaha kudapan tradisional ini bertahan. Secara pribadi saya harapkan, bisnis semacam ini harus selalu ada di setiap kota di Aceh, dan ini bisa menjadi tempat wisata tambahan di kota. Semoga saja!

follow_levycore.gif

U5ds6u_Gk12k_NSPX6232_EYv_Ursf12_ADY_1680x8400

Discord Komunitas Steemit Indonesia

Sort:  

dari dulu sampai sekarang sirih masih di nikmati oleh masyarakat aceh, terutama di acara pernikahan orang aceh, sirih menjadi yang paling inti.

Di wilayah kota lhokseumawe khususnya pada malam hari disekitar pinggr jalan masih banyak dijumpai, tersedia varian rasa ada manis dan biasa. Saya sempat beberapa kali membeli 5000 rupiah dapat 10 sirih dan terkadang dikasih bonus lebih.

Di aceh sendiri daun sirih biasanya digunakan sebagai salah satu hadiah yang di persembahkan ketika acara pernikahan. Biasanya dibentuk sedemikian rupa, supaya lebih menarik. Mantap bang postingannya. Salam dari aceh

Iya bang.. tapi memang kawasan ini masih terkesan kumuh karna banyak PKL selain ranup yang berjualan di taman kota damping MRB.. semoga bisa ditertibkan 👏

Ranup merupakan Cemilan khas Aceh di sepanjang masa, selain itu ranup atau daun sirih ini juga sangat banyak manfaatnya untuk kesehatan tubuh kita. Ini informasi yang sangat berguna @levycore. Thanks

Ranuep, antibiotik yang sangat bagus untuk mengobati luka dalam, itu juga yang menyebabkan orang tua dulu aktif makan ranuep.

'Nginang' sebutan kapur sirih ini, budaya yang mengakar di indonesia
thanks for your valuable post👍

Sukses Terus bang , Saya baru Bermain Steemit juga.

Mulia jamee ranup lam puan, mulia rakan mameh suara
Hahaha
Salam kenal bang beh
@kangded

cemilan tradisional yang masih digemari sampai sekarang, mantap .

Budaya Aceh sangatlah menarik...