Maksiat Pertama di Muka Bumi

in #education7 years ago

image

Selamat malam Jumat para stemians, saya kembali menyapa Anda semua di malam hari mulia ini. Dalam kesempatan ini, saya ingin menulis satu penyakit hati yang konon disebutkan ini adalah maksiat pertama di muka bumi.

Allah berfirman: و من شرّ حاسد إذا حسد

Mblo, Iblis dikeluarkan dari surga karena satu kesalahan. Tahukah Anda salah apa itu? Dengki. Ya, Iblis dengki kepada Adam alaihi as-salam pasca diciptakan Adam dan disuruh sujud kepadanya. Iblis merasa tak layak bersujud kepada "anak kemarin sore". Kenapa ia tak mau sujud? Karena ia tak senang akan Adam. Bermula dari dengki itu melahirkan sombong pada dirinya dan akhirnya mengundang murka Tuhan dan Iblis diusir dari surga.

Dengki yang berakhir kepada diusir dari surga.

Di bumi, ketika terjadi pembunuhan pertama antara Qabil dan Habil bermula juga dari dengki. Di mana Qabil tak senang akan Habil, tak senang akan nikmat yang diperolehnya. Dengki yang berakhir kepada pembunuhan.

Sahabat.... Lihatlah betapa dengki melahirkan maksiat lainnya. Maka, dapat menjauhi dengki kita akan selamat.

Dengki adalah tidak senang alan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, ingin nikmat itu untuk dirinya atau hilang pada orang lain.

Tapi ketahuilah, para pendengki itu tak akan bahagia selamanya, sebab ia mendengki akan nikmat Allah. Padahal, nikmat Allah tak akan berhenti hingga bumi berhentu berputar. Jika satu detik nikmat berhenti, maka satu detik itu ia akan bahagia. Tapi sayang, mustahil itu. Nikmat Allah tak pernah berhenti.

So, para pendengki hanya akan menyusahkan diri sendiri dan dengki yang dimilikinya terkadang tidak ada efek apapun bagi orang lain. Toh jika terus-menerus kita dengkikan seseorang, ia teyap dalam nikmat, mau mendengki sampai kiamat? Buang-buang waktu. Maka, bersegeralah taubat dari dengki.[]

Sort:  

rasa ingin
rasa ingin
dan rasa ingin
sering melupakan nalar dan hati
jika ini terjadi
maka akal budi jadi tersisi
yang ada ingin jadi
yang ada hanya ingin miliki
meski bukan hak
meski bukan bagiannya
maka sia-sia semua amal
maka terbakarlah sebagaima kayu dilalap api
maka tiada guna ia menjalani hidup
kelak akan massuk dalam jurang tiada dasar
meratap tiada akhir

Terima kasih telah meninggalkan jejak.