Sabang dalam perang dunia ke II ------- Sabang in World War II
At the time of World War II Sabang included into the territory of the Japanese power that time was colonizing Indonesia. sabang became the base of defense that is calculated by the Japanese kingdom because of its strategic location that is in malacca and the Indian Ocean.
Sabang City is one of the cities in Aceh, Indonesia. The city is an archipelago on the north side of the island of Sumatra, with Pulau Weh as the largest island. Sabang City is a free economic zone of Indonesia, it is often referred to as the northernmost point of Indonesia, precisely in Rondo Island
when World War II, a number of places in Sabang devastated. The situation was caused by air bombardment by Allied forces through a Cockpit-coded operation.
! [] ()
/ Photo: www.combinedfleet.com.
Operation Cockpit backed by the request of the United States Navy (US) who require a diversion operation for its main operations to Hollandia (now Jayapura) is not disturbed. The operation of the transfer functioned to hold Japanese troops around the Strait of Malacca to move east
For that purpose, in early April 1944 Admiral Ernest King (head of US Navy operations) met Adm. James Somerville (commander of the British Eastern Fleet). King asked whether the Eastern Fleet could make the desired operation.
Somerville undertakes. He, who designed and led the diversion operation, chose Sabang as the target of the operation. In addition to the entrance to the Malacca Strait, Sabang is a strategic point for being Japan's main supplier of oil and logistics troops in Burma. By crippling ports, radar stations, airports, radio stations and oil facilities in Sabang, the Allies could cut off Japan's oil and logistics supplies in Burma.
To achieve that purpose, Somerville emphasized operations on air strikes. The operation, April 19, will be run by two combat units: Force 69 and Force 70. Force 69 is a flagship, the place where the Somerville-bound HMS Queen Elizabeth warship is. While Force 70, is a core strength. In Force 70 two aircraft carriers -HMS Illustrious and USS Saratoga- are located.
They started moving from Trincomalee in northern Sri Lanka on April 16. "The flight position of 180 miles southwest of Sabang was reached at 5:30 am on April 19, 1944," David Hobbs wrote in The British Pacific Fleet: The Royal Navy's Most Powerful Strike Force.
! [] ()
Poor weather where low clouds forced both Allied carriers to move at their own pace at full speed. However, in that case they are still launching 46 bombers and 37 fighter aircraft that directly bomb the harbor and the ships that lean in it. Army barracks, radar stations, communications facilities, oil depot tanks, power plants and air bases followed 24 of his fighter jets following the victims shortly thereafter.
The Japanese military personnel, mostly still asleep, were not immediately shocked. "When they succeeded in using anti-aircraft weapons, everything has been destroyed. They only managed to shoot down an Allied plane, "Horst H. Geerken wrote in Hitler's Asian Adventure.
! [] ()
Somerville troops wrestled at 9 am and went straight back to Trincomalee. In addition to paralyzing Sabang's vital facilities, Operation Cockpit took the casualties of one sinking commercial ship and one other ship heavily damaged, two destroyer ships and two Japanese Navy escorts ablaze. Three fighter planes and three Japanese Navy torpedo planes fell victim while trying to fight.
www.facebook.com/historiadotid
After 74 years now Sabang held a Festival named Sabang Marine Festival (SMF) 2018, scheduled to open on Friday (27/4) afternoon at Sabang Fair Square, Sabang City. The maritime tourism event was held by the Free Trade Area and Free Trade Entity Sabang (BPKS).
In this event, will present dozens of yachts (sailboats) from various countries in Sabang.
One of the series of activities is a parade of yachts at Marina Lhok Weng Pier.
this event will make Sabang as a hub port for yachts and cruise ships.
Expected later yacht from various countries will more and more who stop at Sabang.
Kenduri laot will be the attraction of foreign tourists. and expected tourists to increase to berkungjung to Sabang
! [] ()
Pada masa perang dunia ke II sabang termasuk kedalam wilayah kekuasan jepang yang waktu itu sedang menjajah Indonesia. sabang menjadi basis pertahanan yang diperhitungkan oleh kerajaan jepang karena letaknya strategis yang berada diselat malaka dan samudera hindia.
Kota Sabang adalah salah satu kota di Aceh, Indonesia. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia, ia sering disebut sebagai titik paling utara Indonesia, tepatnya di Pulau Rondo
ketika perang Dunia ke II , sejumlah tempat di Sabang luluh lantak. Keadaan itu disebabkan oleh bombardir udara yang dilancarkan pasukan Sekutu lewat operasi bersandi Cockpit.
/Foto: www.combinedfleet.com.
Operasi Cockpit dilatarbelakangi oleh permintaan AL Amerika Serikat (AS) yang membutuhkan sebuah operasi pengalihan agar operasi utamanya ke Hollandia (kini Jayapura) tak terusik. Operasi pengalihan itu berfungsi untuk menahan pasukan Jepang di sekitar Selat Malaka agar tak bergerak ke timur
Untuk keperluan itu, pada awal April 1944 Laksamana Ernest King (kepala operasi AL AS) menemui Laksamana James Somerville (komandan Armada Timur AL Inggris). King menanyakan apakah Armada Timur bisa membuat operasi yang diinginkan.
Somerville menyanggupi. Dia, yang merancang dan memimpin operasi pengalihan itu, lalu memilih Sabang sebagai target operasi. Selain pintu masuk ke Selat Malaka, Sabang merupakan titik strategis karena dijadikan Jepang sebagai penyuplai utama minyak dan logistik pasukannya di Burma. Dengan melumpuhkan pelabuhan, stasiun radar, bandara, stasiun radio, dan fasilitas minyak di Sabang, Sekutu bisa memutus pasokan minyak dan logistik Jepang di Burma.
Untuk mencapai maksud itu, Somerville menitikberatkan operasi pada serangan udara. Pelaksanaan operasi, 19 April, akan dijalankan oleh dua satuan tempur: Force 69 dan Force 70. Force 69 merupakan flagship, tempat di mana kapal perang HMS Queen Elizabeth –yang ditumpangi Somerville– berada. Sedangkan Force 70, merupakan kekuatan inti. Di Force 70 ini dua kapal induk –HMS Illustrious dan USS Saratoga– berada.
Mereka mulai bergerak dari Trincomalee di utara Sri Lanka pada 16 April. “Posisi terbang 180 mil laut barat daya Sabang dicapai pada pukul 05.30 waktu setempat pada 19 April 1944,” tulis David Hobbs dalam The British Pacific Fleet: The Royal Navy’s Most Powerful Strike Force.
Buruknya cuaca di mana awan rendah memaksa kedua kapal induk Sekutu bergerak sendiri-sendiri dengan kecepatan penuh. Namun, dalam keadaan itu mereka tetap meluncurkan 46 pesawat pembom dan 37 pesawat tempur yang langsung membom pelabuhan berikut kapal-kapal yang bersandar di dalamnya. Barak-barak tentara, stasiun radar, fasilitas komunikasi, tangki-tangki depo minyak, pembangkit listrik, dan pangkalan udara berikut 24 pesawat tempurnya mengikuti jadi korban tak lama kemudian.
Para personil militer Jepang, kebanyakan masih tidur, yang tak jadi korban langsung kaget. “Saat mereka berhasil menggunakan senjata anti-pesawat, semuanya telah hancur. Mereka hanya berhasil menembak jatuh satu pesawat Sekutu,” tulis Horst H. Geerken dalam Hitler’s Asian Adventure.
Pasukan Somerville menyudahi serangan pukul 09.00 dan langsung kembali Trincomalee. Selain melumpuhkan fasilitas-fasilitas vital Sabang, Operasi Cockpit memakan korban satu kapal niaga tenggelam dan satu kapal lain rusak berat, dua kapal destroyer dan dua kapal pengawal AL Jepang terbakar. Tiga pesawat tempur dan tiga pesawat torpedo AL Jepang ikut jadi korban ketika mencoba memberi perlawanan.
www.facebook.com/historiadotid
Setelah 74 tahun berlalu kini Sabang menggelar Festival yang diberi nama Sabang Marine Festival (SMF) 2018, dijadwalkan dibuka, Jumat (27/4) sore di Lapangan Sabang Fair, Kota Sabang. Ajang wisata bahari itu digelar oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS).
Dalam ajang ini, akan hadir puluhan yacht (kapal layar) dari berbagai negara di Sabang.
Salah satu rangkaian kegiatannya adalah parade kapal yacht di Dermaga Marina Lhok Weng.
ajang ini akan menjadikan Sabang sebagai pelabuhan hub bagi yacht dan kapal pesiar.
Diharapkan nanti yacht dari berbagai negara akan semakin banyak yang singgah di Sabang.
Kenduri laot akan menjadi daya tarik wisatawan asing. dan diharapkan wisatawan semakin meningkat untuk berkungjung ke sabang