SEPULUH PURNAMA

in #esteem6 years ago

image
photo

Suara petasan terdengar berisik di kampungku. Walaupun berulang kali kepala desa memeringatkan agar jangan ada petasan, namun anak-anak dan remaja di kampungku tak pernah menghiraukan hal itu. Nanti malam adalah moment yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia. Takbir, akan berkumandang nanti setelah bakda magrib tiba. Mungkin bagi sebagian orang akan merasakan bahagia? Namun tidak denganku.
Ibu memberiku nama Langit. Walaupun aku terlahir sebagai wanita. Ibu selalu punya alasan kenapa memberi nama Langit.

"Kenapa harus nama Langit, Bu. Aku kan cewek," tanyaku dulu.

"Agar kamu mampu seperti langit, luas dan bersih. Agar pikiranmu luas, hatimu luas dan bersih, tidak menjadi manusia yang selalu berbuat tidak baik," jawab ibu sambil mengepang rambutku, saat usiaku menginjak 10 tahun.

Sekarang aku adalah wanita 25 tahun. Cukup bisa dikatakan dewasa dan tua kalau di kampung. Ini adalah lebaran pertamaku tanpa kebahagiaan. Ibu, yang aku ceritakan tadi telah pulang ke Rahmatullah, sepuluh purnama yang lalu. Lebaran yang selalu dinantikan, kini aku berharap lebaran cepat berlalu. Aku tak mau selalu berharap keajaiban dan ibu pulang. Mungkin aku memang bodoh dan tak sanggup menerima kenyataan, namun inilah aku, yang selalu merindukan sosok ibu. Apalagi jika lebaran datang, bukan bahagia yang ada, namun sebaliknya. Sedangkan ayah, lebih mendahului pergi. Ayah pergi sejak usiaku belum genap 12 tahun. Aku dan dua adikku, Bulan dan Bintang kini berjuang untuk tetap bahagia. Tanpa ayah dan ibu.
image
photo

"Kak, andai ada ibu mungkin kakak tidak usah susah-susah menyiapkan semuanya," celetuk si bungsu yang berusia 12 tahun.

"Yeee ..., Kak Langit kan jago buat kue jadi ya gak apa-apa susah bikin, kan bisa dijual ya, Kak," sahut Bulan, adikku yang sudah menginkak remaja, 17 tahun.

Aku hanya tersenyum. Mempunyai dua orang adik yang mampu memahami keadaan keluarganya. Hobbyku memang membuat kue, semua aku pelajari dari buku-buku yang aku pinjam di tempat Pak Haji Alan, pemilik toko kue tempat aku bekerja. Tak jarang, banyak tetangga yang memesan. Bagi kami ini adalah anugerah. Sepuluh purnama tanpa ibu, aku tidak mau selalu hanyut dalam kesedihan. Aku tidak mau terlihat lemah, apalagi masih ada dua adik yang harus aku biayai sekolahnya. Dan aku ingin melihat ayah dan ibu bahagia di alam sana melihat ketiga anak gadisnya kini bahagia. Walaupun entah bahagia yang bagaimana yang aku maksudkan.

"Sudah hampir magrib, ayo Bul, siapkan makanannya, panggil Bintang suruh membantu," kataku pada Bulan.
image
photo

Sementara aku masih terus bergulat dengan tepung-tepung yang akan kurubah menjadi kue nastar.
Ramadhan dan lebaran, bagiku adalah hari-hari yang selalu mengingatkanku pada ibu dan ayah. Bukan aku tak bersyukur, namun rindu kedua orang tua bagiku juga suatu kewajaran. Namun, aku juga ingin tunjukkan pada kedua adikku, jika hidup harus tetap berjalan apa pun keadaannya.

Taoyuan, 22 September 2018

Sort:  

Sepi ya tanpa ortu, but life must go on @jassy
Semangat!💪

Nice story👍

He he terima kasih Mbak @santiintan

Posted using Partiko Android

Allah has created all beautiful men & women, and ugly ones also.If not created ugly then we had couldn't evaluate,justify, praise beautiful ones. But we shouldn't ignore or insult them. As we didn't create those so we have no authority to underestimate.
all island, hill, mountain, forest,ocean everything is made by Allah, seeing it we become fascinate, but very few we ever think who made it? Why made? He is Allah, we have to back again to Him. He is one ,He has no offspring & free from all partnership. We very few talk about our creators or hear about Him, never mind.Thank you very much for such a good post.

Posted using Partiko Android