Mendirikan Sebuah Bangunan Di Situs Sejarah Keluarga

in #esteem6 years ago


Abang saya bertindak sebagai penyandang dana tunggal dalam pembangunan sebuah balai di area kuburan kakek yang syahid di masa DI/TII. Sudah lama rencana untuk mendirikan sebuah tempat singgah namun baru sekarang dapat terealisasi. Keluarga besar kakek setiap lebaran selalu menyempatkan diri berziarah ke kuburannya. Karena posisi kuburan berada di kaki gunung Neubok Badeuk dan areal persawahan. Maka setiap kami berziarah, keluarga haris rela duduk di rerumputan tanpa ada tempat berteduh, begitu juga bila musim hujan. Tidak ada tempat yang bisa menaungi kami dari guyuran hujan.

Bersebab itulah Abang mengambil sebuah inisiatif untuk mendirikan balai ini. Selain menjadi temlat singgah kami yang datang setahun sekali. Balai ini juga bisa dimanfaatkan warga untuk tempat istirahat kala bekerja di sawah, begitu juga dengan warga yang akan atau pulang dari perkebunan yang ada di pegunungan Neubok Badeuk.

Balai ini didesain oleh seorang tukang bangunan dikampung kami tinggal, seluruh bahan untuk keperluan mendirikan balai ini sudah diketam dan dipahat atau dibentuk terlebih dahulu. Saat hari kami berziarah pada hari Minggu yang lalu semua bahan balai itu juga turut di angkut dengan sebuah mobil bak terbuka. Setiba dilokasi, kami mengangkut kembali dari batas akhir yang bisa dilalui oleh mobil. Dari tempat mobil parkir ke lokasi tempat yang akan didirikan balai ini agak menanjak. Dan kami mengangkut seluruh bahan itu secara gotong royong.

Warga sekitar turut membantu bahu membahu, sejak dari mengangkut bahan dari bawah ke atas, mereka antusias membantu. Kehadiran warga sangat meringankan beban yang harus dipikul oleh keluarga besar. Begitu pula saat balai akan dan sedang didirikan, mereka terus membantu, mulai dari menegakkan tiang-tiang nya, sampai bangunan berdiri kokoh bantuan terus mengalir.

Bangunan balai ini sangat bermanfaat. Baik untuk keluarga kami ketika berziarah, maupun untuk warga sekitar. Bila musim turun sawah selama ini mereka hanya berteduh di bawah pohon pinang yang tumbuh dipematang sawah atau ke semak-semak yang ada di kaki gunung itu. Begitu pula ketika musim panen padi tiba, mereka menumpuk padi yang sudah dipotong dilokasi balai ini didirikan. Betapa bermanfaatnya balai ini.

Di lokasi bangunan ini didirikan ada sebuah hamparan bidang tanah seluas 300m² ±, dan tanah ini tidak dimiliki oleh perorangan karena ada tiga kuburan syuhada yang mereka muliakan di sini. Sementara di sekitar lokasi kuburan selain sawah juga ada kebun palawija milik warga. Warga yang bercocok tanam dilokasi situs sejarah keluarga kami juga sangat menghormati kami sebagai keturunan dari kakek yang sudah syahid dalam perjuangan DI/TII.

Dalam planing awal bangunan ini bisa selesai sore hari, namun karena satu dan lain hal proses mendirikan balai ini memakan waktu sampai malam hari. Sementara sebagian kami harus kembali ke kampung karena bersama kami juga ikut anak-anak kecil, cicit dati kakek yang syahid. Maka dengan sangat terpaksa kami tidak dapat menemani para bapak-bapak dan tukang yang terus bekerja menyelesaikan bangunan itu pada malam itu juga.