Peran Orang Tua Mengajarkan Anak Membedakan Hal Baik dan Hal Buruk
Berita perilaku anak yang menyimpang seringkali menghiasi pemberitaan media. Mulai dari kasus pencurian hingga kasus kekerasan fisik yang dilakukan anak pria terhadap lawan jenis. Yang terbaru, yaitu kasus komunitas pelajar penyuka sesama jenis di Garut. Sebagai orang tua dan juga sebagai masyarakat Indonesia, berita tersebut tentunya membuat kita merasa miris. Lalu, bagaimana agar hal tersebut tak terulang?
Mari kita tinjau secara ilmiah. Pada otak manusia, terdapat area prefrontal cortex. Area otak ini bekerja sangat kompleks. Salah satunya yaitu yaitu membantu manusia membedakan hal baik dan hal buruk. Nah, pada anak, prefrontal cortex masih dalam tahap proses perkembangan sehingga belum terbentuk dengan baik. Karenanya, mereka belum mampu membedakan keduanya. Bisa juga, sang anak keliru membedakannya. Nah, pada titik inilah, peran orang tua tak dalam mendidiknya agar ia mampu membedakan hal baik dan hal buruk menjadi hal yang sangat penting. Berikut beberapa tips mendidik anak agar mampu membedakan hal baik dan hal buruk.
Berikan contoh nyata kepadanya. Orang tua menjadi role model atau sosok panutan bagi sang anak. Karenanya, memberikan contoh nyata di hadapannya menjadi hal yang wajib dilakukan orang tua. Bila anak disuguhkan hal-hal buruk, tak tertutup kemungkinan ia mengganggapnya sebagai hal yang wajar dilakukan
Perkuat Komunikasi Selain berada lingkungan keluarga, anak pun berada di lingkungan lainnya. Misalnya, lingkungan sekolah. Cobalah memperkuat komunikasi dengannya. Ciptakan situasi yang nyaman agar ia menceritakan seluk beluk aktivitasnya di sekolah. Bisa saja, ada hal-hal kurang baik yang berasal dari lingkungan sekolah. Bila tak memiliki waktu karena sibuk bekerja, meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengannya sesungguhnya menjadi hal penting. Sang buah hati tentunya lebih penting dari pekerjaan. Selain itu, kita pun dapat juga memahami sejauh apa perkembangannya dalam membedakan hal baik dan hal buruk. Anak umumnya saat ini biasanya sulit terlepas dari gadget. Nah, dengan memperkuat komunikasi dengannya, kita akan mengetahui apakah ia menerima hal-hal buruk saat menggunakannya.
Berikan Hukuman Bila Diperlukan Bila anak menunjukkan perilaku yang kurang sesuai, tak perlu langsung memarahinya. Berilah nasehat terlebih dahulu. Tuturkan dalam tutur kata yang hangat dan lembut. Bila menasehitnya dengan nada bicara yang kasar, bisa saja nasehat tak akan didengarkan olehnya. Bila tak ada perubahan, berikan hukuman agar ia tak mengulanginya. Hukuman yang tegas, secara psikologis, memang dapat membangun karakter anak.
Peran Ayah Lebih Penting. Kedua orang tua sangat berperan dalam pendidikan anak. Namun, untuk menanamkan suatu hal di dalam dirinya, peran ayah lebih penting. Dilansir dari situs sciencedaily.com, menurut suatu peneltian, seorang ayah lebih mampu menanamkan suatu hal di dalam diri sang anak. Termasuk juga untuk menanamkan hal-hal baik.
Sekali lagi, orang tua memegang peran penting untuk membangun karakter anak. Karenanya, peran ini mesti dijalani sebaik-baiknya
Sumber:
https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/10/11/kasus-grup-facebook-pelajar-gay-di-garut-kpai-jangan-diremehkan-431433
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3865781/https://www.sciencedaily.com/releases/2018/10/181022085844.htm