Saat terluka berani tersenyum
Saat terluka berani tersenyum
Masih saja kejadian dua hari setelah lebaran puasa saat aku mengunjungi hari ke lima pasca meninggal adik termuda dari ayah kandungku, itu sidebuah kampung pedalaman kabupaten di sebuah provinsi. Bukan kejadian kehilangan adik termuda dari ayah ku teman, melainkan asa kasih sayang yang sudah lima tahun kurajut semenjak aku melepas almamater kampus kesayanganku dan aku menadapat gelar sarjana akutansi dengan nilai yang bisa membuatku akan selalu lolos seleksi administrasi di setiap lowongan pekerjaaan dengan seorang gadis yang sudah melepas masa remajanya dari sekolah menengah atas ditempat aku menghasilkan uang bulanan sakarang.
“abang jangan sampai lupa dengan hari ulang tahunku”, kalimat yang indah, selalu terbayang, membakar segala bentuk semangat, sekaligus yang paling terasa sakit. Kalimat terakhir yang begitu melekat dari ujung rambut sampai ujung kakiku yang diucapkan vira sebelum dia benar pergi dengan lelaki gila tua bangka tepaut setengah usianyanya tua, sial, seakan sia-sia.
Bercampur khianat yang maha dahsyat bahkan aku berani menyimpulkan masalah ini. Tidak sedikit yang sudah aku korbankan demi hari indah menjadi raja dan dia menjadi ratu dalam sehari penuh dan memulai hari indah untuk hanya ingin berakhir apabila nyawa kami tidak lagi menyatu dengan raga. Indah rasa cinta yang tuhan titipkan pertama kali sampai aku berusia seperempat abad patah tiada terbilang. Apa aku harus menyalahkan tuhan?, tidak kawan ini hakikat cinta bila sudah terhalang cinta gila lainnya. Aku juga tidak ingin begitu menyalahi diriku, lalu duduk terpaku, atau sampai membentur dinding setelah aku minum secangkir teh dengan gula rendah kalori, tidak kawan. Terlalu naif.
Bukan tidak pernah aku upayakan untuk memperbaiki semua keadaan yang kadar hancurnya terlalu berkeping bagiku. Pernah suatu waktu saat itu, aku susul ke tempat vira bekerja yang jauhnya memakan waktu satu hari satu malam untuk sampai, tujaunku hanya ingin tau sebab semua perubahan sikapnya yang mendadak untuk diriku. Bukan perkara mudah, ini masalah rasa titipan tuhan yang telah tekoyak untuk kembali aku tempel dengan rasa yang lebih agar vira menghapus palingannya. Tuhan inikah namanya cinta. Tapi apalah daya, hanya sia yang berbekas pekat. Vira terlanjur mencitai cinta gila itu.
Seperduabelas bulan kemudian, upaya itu masih terus aku lakukan, kali ini bukan hanya tentang sisa rasa saja, melainkan ikatan silaturahmi yang sama lamanya sudah aku jalani dengan keluarga cinta yang sudah membelutku selama lima tahun lalu. Vira tetap juga mengelak dia pergi menghilang, sampai aku kehabisan cara untuk menghadangnya. Cinta gila lelaki tua itu. Jembtan gebang yang juga aku lewati selama sebulan ini ikut terluka memandang gelakat resahku yang tak kunjung tergekupas. Vira menghilang dan kemudian kembali, namum apa arti ia masih terbayang lelaki tua berantal itu, maaf kawan aku begitu kesal sampai berani menyebutnya berandal.
Lebih pantas aku simpulkan saja layak aku perjuangkan tapi cukup bersalah aku lanjutkan. Vira tetap menyebut namanya. Luka ini teramat dalam, aku biarkan vira menggenggam rasanya sekarang. Kalau saja dia lelah dan kembali aku biarkan bukan denganku terserah dengan yang lain. Lukanya terlalu dalam, lebih parah dari rasa tusukan, namun berani tersenyum untuk pendirianku, agar tidak berlalu dan terlalu. Cukup.
Jack (2009)
gimana sekarang akhir kisah mereka bang ? tetap gak bersama ?
Alay alay alay
Alay alay alay
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by agsdiansyah. arbi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews/crimsonclad, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows and creating a social network. Please find us in the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.