Hang Tuah Theater, Audio Visual Arts at Hang Tuah Center, Melaka
In last 2013, we were taken to Hang Tuah Center by a friend of Malay cultural activist. Hang Tuah Center is an artificial village as a tribute to a hero of Melaka, Hang Tuah. Hang Tuah with his friends triumphed over the enemies that disturbed the Malay sultanate.
By that time, we came in the afternoon. Hang Tuah Village is closed, but allowed to surround the yard only. This year, I return to Melaka. Precisely yesterday in April 9, 2018. I was curious about the cubicle meuseum that did not get into the 2013 ago.
Like the usual meuseum, there are ancient displays of objects associated with Hang Tuah. One of the rooms that amazed me was a theater booth in the middle of the meuseum. The audience will not see the theater of the theater directly, but through the screen in front of it.
Hang Tuah theater performances can be watched live, or the result of a video recording played back. I remember when Award Night of the Aceh Film Festival last year. A great art performance is featured by @kitablempap, @marxause, @fuadi, and friends.
They play a non-audio movie in one corner of the building and broadcast live into a building filled by many audience. Inside the building, the movie does not run alone. He was accompanied by music played live in real time by senior musician, Moritza Thaher.
Film is a merger of all branches of art. In the staging, all the art branches come together into a movie in real time. It's just like it did with early films. Say like Charlie Chaplin.
Hence the Hang Tuah Wira Wangsa theater has a brilliant idea for presenting staging that can be watched by visitors on a white screen in front of them. When I visited, there was no performance. But I can imagine how the atmosphere of this screening room.
Speaking of films, we speak aesthetically collectively. The process of incorporating all art into a film requires careful attention to the eyes and audience's hearing in accepting the viewing experience. The wonderful transfer of stories is through the movies.
Bahasa Indonesia
Pada tahun 2013 lalu, kami dibawa ke Hang Tuah Centre oleh seorang sahabat pegiat budaya melayu, Malaysia. Hang Tuah Centre ini adalah kampung buatan sebagai penghormatan terhadap seorang pahlawan Melaka, Hang Tuah. Hang Tuah bersama teman-temannya berjaya mengalahkan berbagai musuh yang mengganggu kesultanan Melaka.
Saat itu, kami datang sudah sore. Perkampungan Hang Tuah ini sudah tutup, tapi diizinkan untuk mengelilingi pekarangannya saja. Tahun ini, saya kembali ke Melaka. Tepatnya kemarin pada tanggal 9 April 2018. Saya penasaran dengan bilik meuseum yang tidak sempat masuk tahun 2013 lalu.
Sebagaimana meuseum seperti biasanya, ada pajangan-pajangan benda kuno yang berhubungan dengan Hang Tuah. Salah satu ruangan yang membuat saya kagum adalah sebuah bilik teater yang berada di bilik tengah meuseum. Penonton tidak akan menyaksikan langsung pementasa teaternya, melainkan melalui layar yang ada di depannya.
Pementasan teater Hang Tuah ini bisa saja dinonton secara live, atau hasil dari rekaman video yang diputar kembali. Saya teringat ketika malam penganugerahan Aceh Film Festival. Sebuah penampilan seni yang sangat hebat ditampilkan oleh @kitablempap, @marxause, @fuadi, dan kawan-kawan.
Mereka melakoni sebuah film non-audio di salah satu sudut gedung dan disiarkan langsung ke dalam gedung yang diisi oleh banyak penonton. Di dalam gedung, film itu tidak berjalan sendirian. Ia diiringi oleh musik yang dimainkan langsung secara real time oleh pemusik senior, Moritza Thaher.
Film adalah penggabungan semua cabang seni. Pada pementasan tadi, semua cabang seni bersatu menjadi sebuah film secara real time. Ini seperti yang dilakukan pada film-film pada masa awal. Katakanlah seperti Charlie Chaplin.
Maka teater Hang Tuah Wira Wangsa ini memiliki ide yang cemerlang untuk menghadirkan pementasan yang bisa dinonton oleh pengunjung pada layar putih di depan mereka. Saat saya berkunjung, tidak ada pementasan. Tapi saya bisa membayangkan bagaimana nanti suasana ruang pemutaran ini.
Berbicara film, kita berbicara estestika secara kolektif. Proses penggabungan semua seni ke dalam sebuah film perlu ketelitian agar mata dan pendengaran penonton tajam dalam menerima pengalaman menonton. Transfer cerita yang indah adalah melalui film.
akbarrafs I will give you 0.060 to 0.070 SBD worth vote and give 20 plus upvote on your post in just 0.050 Sand 0.050 at @farhannaqvi7
Anda luar biasa
Terima kasih
Kapan2 nanti kita kesana lagi yaaa
Jelas bang. Sangat senang saya bila kita sama-sama bisa pergi ke sini
sounds good, different type of theater
Yap.. an unique Theater
very interesting, keep posting more like this
Ajaklah kami sesekali bang, biar gak di kebun terus
Boleh-boleh.. berkebunlah dengan giat biar kita bisa pergi nanti hehe