In Vanda's Room (2000)

in #film6 years ago

Vanda.jpg


Hi Steemian, sudah hampir satu tahun kita tidak bersua. Terlalu berat untuk meninggalkan media ini, oleh karena itu saya akan memulai untuk menulis kembali dan kita sudah pasti siap untuk berdiskusi. Seperti biasa, saya akan menulis tentang film. Kecintaan saya pada medium telah membuat saya melanglang buana hingga mengikuti salah satu lokakarya bertajuk School of Seeing yang diadakan oleh Indocs. Kami diberikan dua film dokumenter untuk ditonton setiap bulan, kemudian kami menulis pendapat pribadi terhadap apa yang kami bisa lihat dari film tersebut. Film dengan gaya bertutur yang beragam dan berbeda dari yang biasa kami tonton membuat kami merasakan pengalaman baru yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Bayangkan, kamu harus duduk 3 jam untuk menyelesaikan tontonan dengan shoot still hampir 30 menit sekali dalam satu scene.

Ini merupakan tulisan saya tentang film pertama, In Vanda's Room. Kamu bisa baca reviewnya di sini

vanda1.jpg


Bagi saya sebagai seseorang dengan tontonan film yang masih belum beragam, In Vanda's Room adalah pengalaman baru. Saya larut dengan gambar still selama dua jam lima puluh menit durasi film ini. Menggunnakan kamera DV memang memotong frame menjadi lebih ringkas, itu menyebabkan banyak hal-hal yang ditinggalkan oleh kamera. Tetapi, dengan durasi yang lama untuk sebuah shoot memberi saya waktu untuk berimajinasi terhadap wilayah-wilayah yang tidak terekam kamera. Apalagi jarak yang dibuat sutradara dengan objek-objek dalam film membangun kedekatan saya sebagai penonton dengan tokoh-tokoh tersebut. Kedekatan kamera dengan objek ini menimbulkan kesan yang berbeda bagi saya. Film ini mencoba untuk tidak mendikte saya sebagai penonton dengan menjelaskan segalanya yang perlu saya ketahui tentang kelompok miskin di Fotainhas ini. Saya diberi kesempatan untuk menjahit kejadian-kejadian sekaligus berefleksi terhadap apa yang saya rasakan di tempat tinggal.

Walaupun sutradara/kamerawan mencoba untuk lebih dekat berada dengan tokoh-tokoh dalam film, tapi saya melihat dia membiarkan tokoh-tokohnya tidak bereaksi berlebihan saat berdialog. Hal ini muncul saat ada dialog dengan visual yang berbeda. Sutradara tidak berusaha untuk mengarahkan kameranya kepada sumber suara. Ini bisa menimbulkan kesan baru bagi penonton. Suara-suara misterius itu kemudian membangun perasaan yang intim dengan seseorang yang tampak secara visual saat itu. Selain dialog, contoh misalnya ketika visual menampakkan Vanda dengan suara gedung yang sedang dihancurkan. Saya saat itu seolah-olah bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Vanda terhadap penggusuran bangunan-bangunan di daerahnya.

Saya bisa mengajukan sebuah kalimat untuk observasi dalam film ini.

Semua orang bisa merekam kemudian mereka seolah berkata "beginilah hidup mereka", tetapi pada In Vanda's Room, sutradaranya seolah berkata "lihat saja, aku tidak tahu apa-apa"

Trailer In Vanda's Room


story - Copy.jpg