Moment of Impact (1998), Sebuah Film yang Mengekplorasi Hubungan Keluarga dan Emosi yang Timbul Padanya
Seorang anak perempuan memfilmkan kehidupan orang tuanya sesudah kecelakaan lalu lintas menyebabkan Ayahnya lumpuh dan hilang kesadaran. Ibunya merawat sendiri si Ayah. Film ini adalah catatan tentang keseharian, sesudah suatu perubahan besar terjadi, kadang lucu kadang tragis – tapi jelas tak pernah sentimental. Film ini adalah contoh menarik suatu pengamatan terlibat (participatory observation) yang dilakukan dengan teknologi sederhana (video Hi-8) tapi membuahkan hasil yang sangat kaya dalam hal gambaran emosi dan hubungan personal. Percakapan-percakapan yang terjadi antara ibu dan anak menunjukkan hubungan mereka yang rumit. Ketegangan-ketegangan di dalam hubungan ini menghasilkan suatu peta naik-turunnya kondisi psikologis manusia dalam menghadapi situasi seperti yang dialami keluarga di dalam film ini.
Film ini adalah film perdana Julia Loktev. Ia membuat pilihan yang sangat khusus di dalam film ini, yakni membuatnya dalam gambar hitam-putih. Kehidupan sehari-hari yang berwarna-warni tentu adalah gambaran yang realistis, tapi juga bisa kelihatan banal/dangkal. Gambar hitam-putih di dalam film ini menghasilkan kesan yang sureal dan puitis, keduanya tepat untuk menggambarkan kondisi keluarga ini sesudah kecelakaan.
Film ini menunjukkan contoh subjek yang sangat personal dan sangat dekat dengan pembuat film yakni ayah dan ibu. Hubungan keluarga sangatlah kompleks dan bisa dibebani dengan berbagai macam hirarki dan kewajiban antara suami/istri atau orang tua dan anak. Dalam kasus film ini kita juga melihat gambaran keluarga migran di Amerika yang masih bicara dalam bahasa Rusia. Julia Loktev boleh dibilang memberi kesempatan yang setara bagi semua anggotanya untuk berbicara dan menciptakan gambaran yang hangat sekaligus pedih, tapi juga menggambarkan tokoh-tokoh yang kuat dan liat.
Kamera dalam film ini bukan sekadar alat perekam, tapi juga menjadi alat pelancar komunikasi antara ibu-anak-ayah. Pembuat film di sini menggunakan banyak sekali upaya percakapan untuk menghasilkan deskripsi mengenai apa itu kehidupan sebuah keluarga. Yang diperlihatkan di sini adalah siasat-siasat kecil untuk melangsungkan hidup yang dipotret dari dalam dengan keterlibatan tinggi dari si Bapak yang sepintas kelihatan tak berdaya. Julia Loktev juga melakukan perbincangan-perbincangan yang sulit dengan kedua orang tuanya, terlebih-lebih dengan ibunya.
Konfrontasi dalam bentuk dialog tak pernah dihindari, justru ini adalah faktor utama yang menyusun peta hubungan di antara para anggota keluarga. Tentu saja ia bisa membuang semua percakapan konfrontatif saat mengedit dan hanya menyisakan bagian-bagian yang menyenangkan atau membuat iba. Pertanyaannya adalah: apa yang ia capai saat menggunakan konfrontasi ini sebagai bagian dari filmnya? Cara Loktev menghadirkan konfrontasi ini merupakan ujian terhadap batasan-batasan yang kita bayangkan tentang kehadiran kamera di suatu ruang intim dan apa yang terjadi saat subjek film dapat mempertanyakan keterlibatan dan motivasi pembuat film.
Setelah menonton film ini saya kesulitan menemukan hal yang estetis dalam Moment of Impact. Film ini terus mengisi otak saya selama beberapa hari. Saya bagaikan berefleksi terhadap kehidupan yang sudah saya alami selama bertahun-tahun. Almarhum bapak saya menderita stroke ringan dan gagal ginjal sekaligus. Selama delapan bulan ibu yang mengurusi segala kebutuhan hidup beliau. Saya juga mempunyai kisah tentang guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas tempat saya bersekolah dulu. Beliau selama bertaun-tahun mengurusi suaminya yang juga gagal ginjal. Suatu hari beliau menyampaikan curahan hati tentang kehidupan yang tidak ingin beliau jalani lagi. Mengurusi suami yang bahkan tidak mampu beranjak dari tempat tidurnya.
Saya sulit keluar dari kungkungan refleksi ini untuk menemukan suatu yang estetis dalam Moment of Impact. Dalam perjalanan menggunakan sepeda motor ke kota Sigli. Saya menatap seorang anak (prediksi saya anak yang putus sekolah) yang berada dalam sebuah angkot. Saya kemudian menemukan suatu yang lain dari tatapannya. Jika diumpamakan mata saya sebagai kamera, maka gambar still yang saya dapatkan menimbulkan estetika yang membuat saya sanggup memandang lama tatapan anak tersebut. Selama beberapa menit film ini selalu menampilkan shoot ayah dan ibu. Inilah menurut saya bagian paling indah dari film ini. Kesan kerumitan keluarga tersebut saya dapatkan dari tatapan-tatapan kosong ayah dan ekspresi pasrah serta marah dari ibu, selain dari percakapan yang dibangun sutradara dengan ibunya.
Film ini yang memperlihatkan kegiatan berulang-ulang dari sebuah keluarga ini kelihatan biasa saja tanpa adegan ketika ibunya mencoba mengeluarkan ekspresi dari kekecewaannya di dapur. Dia tidak tahu ingin menyampaikan kekesalannya kepada siapa. Hingga ia mempertanyakan Julia yang sibuk dengan kameranya. Ini adegan kuat dalam film. Memperlihatkan bahwa keluarga ini walaupun kelihatan biasa saja, tetapi sebenarnya ada sesuatu yang berusaha ditahan satu sama lain agar kehidupan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Saya sangat suka pilihan Julia Loktev untuk mengajak ibunya bercerita. Tempat tidur adalah lokasi yang tepat untuk membuat seseorang dengan nyaman mencerita keluhannya. Dia berhasil membuat ibunya keluar dari batas ketahanan emosinya.
Note: Film ini saya tonton sebagai tugas pada School of Seeing yang dilaksanakan oleh In-Docs.
Hiya hiya
resek li
Ehen
Ini sesuatu.... Well done Bro....
Terima kasih Yahbang @yaisardinarto, nantikan tulisan film lainnya
Issss
issskah