The Salesman (1968) Pelopor Dokumenter Direct Cinema di Amerika

in #film5 years ago

sales.jpg

pembatas postingan.png

Kakak beradik Maysles menjadi pemula penciptaan film non-fiksi yang diedarkan di bioskop-bioskop di Amerika Serikat. Salesman mengikuti konsep yang dinamakan gerakan sinema langsung (direct cinema movement) yang dimulai oleh Robert Drew, yang ditujukan bukan saja untuk merekam sekuens kehidupan sesungguhnya tanpa potongan, tapi juga potret yang mendalam atas kehidupan di Amerika dan impian warganya. Film ini mengikuti sekelompok yang terdiri dari empat lelaki pedagang keliling kitab Injil edisi mahal dalam perjalanan dinas mereka di pantai timur AS dan di Florida. Setelah sekian lamanya, Salesman menjadi suatu kisah seni pop tentang keraguan atas mitos kapitalisme yang lazimnya diamini, serta tentang kemunafikan mimpi-mimpi Amerika.

Maysles bersaudara bekerja sebagai duet kru film, Albert mengambil gambar dan David merekam suara. Gambar dan suara yang diambil bersifat handheld dan personal, karena itu juga tidak sempurna dan subjektif. Untuk penonton tahun 1969, fakta bahwa para pembuat filmnya tak nampak - ibaratnya seperti cicak di dinding - adalah hal yang samasekali tak mereka kira dan betul-betul tidak biasa untuk format dokumenter. Tidak adanya suara yang memberi narasi membuat pengalaman menonton film ini sangat dekat dengan film fiksi - karena itu sebagian penonton merasa ’ini dibuat-buat’, dalam arti ’bukan kejadian sungguhan’.

sales1.jpg

Terlihat seperti film fiksi, itulah kesan pertama saat saya mengenal Direct Cinema saat menonton salah satu film pada kali pertama mengikuti pelatihan film dokumenter empat tahun lalu di Aceh. Pembuat film saya rasa mempunyai kemampuan mendekati subjek yang tinggi, anggapan saat itu. Karena sebelumnya bagi saya film dokumenter adalah film dengan wawancara-wawancara yang membosankan. Sekarang saya menonton untuk kesekian kali film dengan metode Direct Cinema ini.

The Salesman mengantar saya perlahan-lahan mengikuti kegiatan penjual Injil ini dan menebak-nebak apakah mereka akan ditolak lagi atau beruntung. Adegan Pak Brennan saat menemui Bu O'Connor adalah salah satu contoh bagaimana alur emosi penonton digiring. Kamera semakin mendekat kepada Bu O'Connor saat dia mencoba memilih pilhan untuk membeli Injil tersebut atau menolak. Saya merasa terbawa kepada kebingungan Pak Brennan saat menatap peralihan sinematografi dari medium shoot kepada close up muka Bu O'Connor tersebut. Ini tidak masuk akal bagi penonton jika dikatakan "tidak dibuat-buat". Namun begitulah adanya.

sales2.jpg

Setelah akhirnya Bu O'Connor mengambil keputusan bahwa dia menolak untuk membeli, kamera menyorot muka Pak Brennan dengan segala keputusasaan. Cara ini menurut saya salah satu pencapaian sinematografi yang luar biasa untuk perkembangan sinema. Saya yakin adegan tadi mengalami proses editing. Dimana saat Bu O'Connor memutuskan pilihannya, frame langsung berpindah ke muka (ekspresi) Pak Brennan, ini konsep editing yang membuat film ini terlihat seperti film fiksi, bukan dokumenter. Teknik editing ini hampir terjadi di seluruh film ini. Mungkin ini yang membuat penonton saat itu belum bisa menerima bahwa ini "tidak dibuat-buat".

Kamera yang mengikuti para penjual Injil ini secara komposisi frame bisa dengan sekalian menceritakan bagaimana perjuangan mereka, potret sosial warga, strata hidup, dan miniatur rumah-rumah warga Amerika. Kemudian elemen sinematografi berubah dari shoot-shoot tersebut kepada yang lebih detail. Kamera yang tadi mengikuti Paul Brennan dengan komposisi frame yang lebih luas, mulai mengerucut pada adegan Paul Brennan menawarkan Injil dan kemudian ditolak oleh Bu O'Connor. Shoot Medium dan Close Up ini yang berperan membalikkan tangga tragedi. Elemen sinematografi inilah yang mempengaruhi pergerakan pelan-pelan dari dunia luar ke dalam dunia dalam pikiran Brennan. Selain itu, adegan percakapan yang terjadi antar penjual Injil itu saat berada di hotel, yang menceritakan pengalaman mereka masing-masing hari itu, juga menjadi saat-saat paling penting dalam film untuk perlahan-lahan memfokuskan film kepada Paul Brennan.


Tonton The Salesman Full di Atas

pembatas postingan.png

story - Copy.jpg