Recomended Film: Semesta Mendukung

in #film7 years ago

Film ini seperti juga bukunya (Mestakung, karya Prof. Yohanes Surya, Ph.D) bercerita tentang perjuangan siswa-siswa indonesia untuk merebut juara pada olimpiade fisika tingkat international. Di filmnya, alur cerita lebih kepada perjuangan salah satu siswa dari pulau Madura.

Arif, tokoh utama pada film ini adalah siswa SMP yang berasal dari keluarga tidak mampu. Ayahnya adalah sopir truk serabutan karena ladang garamnya tidak lagi berproduksi. Ibunya menjadi TKW di Singapura dan sudah tiga tahun tidak mengirim kabar. Arif anak yang cerdas , ia sangat senang mempelajari fisika. Baginya, fisika bukan sekedar kumpulan teori dan rumus tetapi ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memperhatikan arah angin, memprediksi berat sapi dan memperhatikan kondisi tanah tempat karapan dia bisa memprediksi pemenang karapan sapi. Keahliannya itu dipergunakan untuk mengumpulkan uang. Selain itu, untuk menambah pemasukannya dia juga bekerja di bengkel. Semua dilakukannya untuk mencari ibunya lewat seorang calo dengan syarat sejumlah uang.

Pada suatu kesempatan, guru fisikanya yang sangat antusias untuk mengembangkan sains menawarkan Arif untuk mengikuti lomba fisika tingkat provinsi. Gurunya sangat yakin arif memiliki potensi dibidang fisika setelah praktek menusuk balon tanpa meledak yang diselesaikan oleh Arif. Awalnya tawaran ini ditolak, dengan alasan menghilangkan waktunya untuk mencari duit. Setelah mempelajari formulirnya dirumah, Arif berubah pikiran ingin mengikuti kegiatan tersebut mengetahui hadiahnya yang lumayan besar. Mulailah ia dibekali buku-buku pelajaran yang banyak oleh gurunya, dan Arif serius mempelajarinya siang malam, semua dilakukannya untuk ibunya tercinta. Malangnya, kepala sekolah tidak menyetujui untuk mengutusnya lomba karena alasan klasik, dana. Meskipun guru fisikanya sudah memperjuangkannya, kepala sekolah bergeming karena lebih tertarik untuk membiayai IT disekolahnya.

Suatu ketika, teman-temannya bermain bola di sekolah dan bolanya tersangkut di pohon mangga yang banyak semutnya. Arif memiliki ide, berbekal pompa sepeda, botol akua dan air dibuatlah water roket untuk menembak bola tersebut. Peristiwa ini direkam dengan baik oleh guru fisikanya dan dikirim ke pengajar tim fisika olimpiade yang kebetulan temannya. Pengurus tim akhirnya tertarik untuk merekrut arif setelah melihat video tersebut, karena siswa binaannya selama ini hanya kuat diteori namun lemah di fisika praktis. Awalnya Arif menolak, namun karena tempat olimpiade fisika internasional kedepan di Singapura, dia bersedia dengan harapan bisa mencari ibunya.

Bergabung dengan tim fisika persiapan olimpiade internasional bukan hal yang mudah. Arif sangat kesulitan untuk mengikuti perekembangan teman-temannya yang sudah lebih dulu bergabung. Setelah beberapa minggu pun, nilainya tidak bergerak, paling rendah di kelas. Dia cuma bisa dapat rata-rata 50 sementara teman-temannya diatas 85. Tim pengajar pun memberikan peringatan kepada Arif, jika tidak sanggup beradaptasi maka dia akan dipulangkan. Sebelum dipulangkan, Arif mengambil inisiatif untuk melarikan diri dari asrama untuk pulang. Saat itu, dia ketemu dengan penjual ketoprak kenalannya sesama orang Madura. Penjual tersebut menasehatinya bahwa kesuksesan itu tidak diperoleh dengan mudah, semua butuh kerja keras. Dan untuk sukses, mengerjakan sesuatu harus dengan hati. Jika tidak, kita pasti akan mudah menyerah. Nasehat ini menjadi energi baru bagi Arif, dia balik ke asrama dan mulailah belajar dengan serius, dan nilainya pun mulai bersaing dengan teman-temannya.

Saat penentuan anggota tim, Hanya 8 Anggota yang akan dipilih dari 13 orang. Dan dari 8 orang tersebut nama Arif tidak termasuk. Dia sangat sedih, dia sudah mengerahkan semua kemampuannya namun itulah hasil maksimum yang bisa diperolehnya. Untungnya, tim sponsor menambah anggaran sehingga ada penambahan 1 anggota tim dan yang terpilih adalah Arif. Di singapura, Arif pun memanfaatkan kesempatan untuk mencari alamat ibunya, sayang ibunya sudah meninggalkan alamat tersebut beberapa hari yang lalu. Arif pun lesu karena tidak bertemu ibunya, namun dengan semangat teman-temannya maka ia pun siap untuk bertanding. Pada bidang fisika praktis, ia menyumbangkan emas setelah menyelesaikan persoalan gerak osilasi dari tali. Dia menyelesaikan masalah tersebut dengan membayangkan pecut yang dipakai pada karapan sapi. Tim indonesia akhirnya merebut Juara Umum. Pada akhir film, Arif kembali ke Madura dan ibunya telah ada dirumah.

Sungguh banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari film ini, sangat menggugah semangat belajar dan kerja keras. Rintangan pendidikan yang penuh lika-liku dengan semangat dan keras kita dapat melewatinya.. Selain itu, film ini juga diajarkan untuk menjadi seorang guru yang ikhlas dan mengajar dengan hati kepada seorang muridnya walaupun ditempat terpencil, seperti halnya sosok guru fisika Arif, ibu Tari Hayat, yang merupakan sosok seorang pendidik yang berasal dari kota besar (Jakarta) demi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, ia rela untuk mengajar di Madura pada daerah terpencil. Sosok guru inilah yang harus dijadikan sebagai pedoman dan fitur bagi guru-guru di Indonesia ini agar menciptakan bibit unggul yang tersembunyi seperti sosok Arif.

Dalam hal belajar kita juga diajarkan agar tidak terpaku dengan rumus-rumus tetapi yang paling penting ialah implementasi dan pemakainya dalam kehidupan sehari-sehari, sebagaimana yang dilakukan Arif dalam percobaan botol terbang yang merupakan penerapan dalam ilmu fisika. Kita juga diajarkan untuk tidak mudah putus asa dan menanamkan keyakinan. Seperti yang terungkap dalam film ini, “Jika kita sungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu, maka semesta pun akan mendukung sehingga tidak ada sesuatu dalam hidup ini yang tidak mungkin kita raih”.