Sepiring sphagetti khas pidie (mie caluk) di gampong istri
Mie caluk sepiring diatas meja, hangat, tersaji di hadapan. Bercampur dengan bihun goreng di sirami kuah kacang pecal. Agak Pedas, menggoyang lidah. Anda suka mie caluk? Simak perjalan saya menuju keudeè (kedai) garut tempo hari hingga menemukan sepiring mie berkuah kacang ini.
Pagi, H+4 hari raya idul fitri 1439 hijriah tempo hari saya berada di pidie, tepatnya di garut gampong ulhee tutue gampong nya istri. Tujuan kami kemari selain untuk pulang berlebaran dengan sanak family istri juga menghadiri pesta perkawinan saudara yang berada di gampong ini. Ini kali pertamanya saya berada disini paska mempersunting seorang gadis keturunan gampong ini, gampong meunasa ulhee tutu raya. Tapi ia (istri) lahir dan besar di kota abdya, blangpidie.
Setelah menempuh perjalanan semalaman, Pagi sekitar pukul sembilan lewat dua belas menit ( sudah termasuk peutröen barang dari mobil L lhee rutoh yang kami tumpangi), saya, istri dan sibujang (anak laki saya) beserta abang ipar tiba di simpang keuniree. Kami lantas langsung di hampiri seorang pengendara erbete menyusul di belakangnya becak penumpang. abuwa erbete lantas menyapa kami, Ho neujak syara? u garot!! abang ipar saya menjawab. Singkat cerita, kami memutuskan menumpangi becak karena bawaan kami juga banyak.
Ada hal unik Sepanjang jalan memasuki arah garut pidie. Pohon bambu tumbuh rindang di tepi jalan lintas. Disebalik pohon bambu, terbentang sungai sepanjang jalan menuju gampong meunasa ulhee tutue. Di tepi kali jalan menuju keudeè garut pun saya juga menyaksikan beberapa meriam besar yang terbuat dari drum. Berbeda dengan meriam di kampung ku, kami hanya memakai bambu. meriam tersebut di tambah tiga atau empat drum lagi. Jadi satu meriam panjang sekitar tiga atau empat meter. sambil berbincang-bincang dengan supir becak yang kami tumpangi, perjalanan kami menuju garut melaju santai menyusuri jalanan di tepian sungai yang rimbun dengan pepohanan bambu.
Seorang yang saya panggil acek di gampong istri menceritakan meriam-meriam itu untuk di pertangdingkan suaranya dengan meriam kampung sebelah sungai. "Tembok rumah bisa retak jika tidak kuat dengan dentuman suara meriam tersebut". Saking keras nya suara yang di hasilkan meriam drum itu, mobil yang terpakir tidak jauh dari meriam memekik terkejut mengeluarkan suara alarm. Ini memang sudah tradisi disini. Setiap menyambut hari raya, pemuda dan anak-anak gampong sini berpartisipasi untuk memeriahkan hari lebaran. tambah nya!.
Kembali ke cerita mie caluk, pagi kedua saya di garut.
Yang nama nya pagi, perut perlu di isi, badan butuh asupan energy. Walau saya tak begitu tau kandungan gizi seperti apa di dalam sepiring mie caluk, tapi pagi yang tak buta-buta kali menuntun saya berhenti di sebuah kedai sarapan pagi.
Awalnya, saya berniat membeli nasi gurih. Saya tiba di persimpangan turunan jembatan besi. Di sudut jalan itu terdapat kedai bu gurih. Namun saya terlambat, rantang-rantang yang berisi tauco, ayam rendang, dan campuran lain nasi gurih, ludes kering. tilat that droen, ka abeh. Biasa roraya ramee, ureung woe gampong. (telat kali,nasi sudah habis, biasa hari lebaran ramai orang di kampung), kata si penjual melihat kerutan saya punya muka.
Dengan sesikit kesal, saya mencoba berkeliling mencari warung yang lain hingga stuck di sebuah kedai mie caluk yang saya kira juga kedai bu gurih. Tanpa melirik lagi ke gerobak hidang, Lantas saya langsung memesan satu piring. Ternyata yang di antar sepiring mie caluk, saya heran kebingungan dan tanpa mengeluh lantas memakannya.
Kota loxumawe pagi ini banjir karena guyuran hujan lebat semalam setelah hampir dalam kurun waktu dua minggu belakang tak hujan, tak lantas menyita perhatian saya. Begitu yang tertera di halaman depan serambi aceh. Fikran saya fokus pada goyangan lidah. Sebenarnya mie caluk tidak asing-asing kali di lidah saya. Namun saya baru sadar, hampir 2 tahun belakang rasa mie khas pidie ini tak lagi bergelut di rongga mulut.
Walhasil, pagi ini dua piring sphagetti khas pidie ludes. Perut kenyang, teh manis pun melayang menyusuri rongga tenggorokan. Bermuara di lambung. Mie caluk garut mengajak saya berpetualang kembali mengingatkan memori tentang lampasee. Saya pernah tinggal di sekitaran disana dimana banyak penjual kaki lima di tepi jalan pada bulan ramadhan.
Saya ingat anak lelaki saya yang usil, setiap kali kakaknya minta beli spagetti, dia tertawa.. "mamak bloe mie lidi mantong", karena tidak seperti kakaknya yang suka spagetti, si adek lebih suka mie lidi
Saban sama njan cut kak @rayfa. Orang mak saleh bilang supagetti, orang kita bilang mie lidi atawa mie caluk, atawa kami di susoh mie makcek.. Hehe
Hahaha.. bumbunya jelas lebih mangat bumbu mie caluek
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by ricky firdiansyah from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Congratulations @altha15! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Do not miss the last post from @steemitboard!
Participate in the SteemitBoard World Cup Contest!
Collect World Cup badges and win free SBD
Support the Gold Sponsors of the contest: @good-karma and @lukestokes