MARI PENSIUN DARI KEBOHONGAN..
Hai steemian....!! Saleum Seujahtra keu bandum rakan....
Kemudahan ide hari ini nak kucoba hibur kawan-kawan dengan sebuah pelajaran kecil, khususnya buat para pemuda, atau sekalian saja yang tua pun boleh, pernahkah kawan-kawan ikut acara tahlilan? Pasti pernah ya, bagi kami "orang kampoeng" alhamdulillah sudah sering menghadiri acara ini. Selain sebagai lahan ibadah, tahlilan ini juga sebagai simbol kebersamaan dan kekompakan, setiap ada orang meninggal di kampung dan sekitarnya, penduduk berinisiatif untuk mendatangi rumah duka untuk bertahlil mengirimkan doa doa kepada almarhum. Tidak wajib, tapi tetap saja banyak yang ikut baik dari kalangan remaja, pemuda sampai yang tua-tua juga dengan semangatnya ikut bergabung.
Secara umum, semua yang ikut acara tahlilan hafal betul doa doa yang dibacakan, bahkan bisa dikatakan sudah diluar kepala. Namun harus diakui bahwa lebih dari separuh jamaah tahlilan ini bisanya dari meniru, bukan berguru. Artinya karena seringnya mengikuti jamaah ataupun mungkin karena selalu mendengar orang tahlilan, membuat bacaan-bacaan itu menempel di ingatan tanpa tahu persis apa dan bagaimana tulisan itu sebenarnya.
Beranjak dari situ, yang bersangkutan sudah merasa bisa hafal, kemudian ikut bergabung menjadi jamaah dengan tidak lagi mempelajari apakah bacaannya sudah benar atau masih salah. Mau bagaimana lagi, ia membacanya sesuai dengan apa yang ditangkap oleh telinganya dulu.
Aneh rasanya, datang ke rumah orang meninggal kemudian mendoakan almarhum dengan bacaan yang salah, walaupun secara tidak mungkin juga kita meniru persis aksen bacaan orang Arab, setidaknya jangan salah huruf atau yang lebih fatalnya lagi salah kalimat, karena salah kalimat akan berefek kepada salah makna.
Jujur guys, bacaanku juga tidak fasih, tapi In sya Allah yang aku baca ku usahakan untuk bisa menulisnya kembali jika dibutuhkan, artinya aku sudah melihat tulisannya untuk memastikan cara membaca yang benar sesuai dengan ilmu yang kupunya, intinya aku pun tidak mau membaca asal-asalan mengingat ini doa akan ku kirimkan dalam bentuk sebagus dan sebaik mungkin.
Aku sama sekali tidak bermaksud menyalahkan siapapun, kutuliskan ini setidaknya aku secara pribadi dan mereka secara umum bisa berintrospeksi diri bahwa banyak sudah kesalahan bacaan yang kita lakukan, apa salahnya kita mencoba membuka ulang kitab/buku untuk memastikan tulisan dan cara baca yang benar supaya kita tidak terus terusan terkurung dibawah tempurung kebodohan.
Berikut beberapa kesalahan yang sering kujumpai, dan anehnya dari dulu sampai sekarang kesalahannya masih sama, padahal sekali saja kita coba pelajari ulang pasti masalah selesai.
NastaUferollahal 'azim, waBahirau WaBakina, wa kalami wa'fu'Anni, nastaUferollahal'Ana, waliwa-WAlidina, QuLUwallahuwahaBElillahusshamad, dan kesalahan kecil kecil lainnya tetapi berdampak sangat besar.
Dalam setiap jamaah tahlilan, anggotanya terdiri dari berbagai kalangan, ada yang berlatar belakang pesantren, sekolah, kuliah, kulima, dan ada pula yang dari kalangan tidak terpelajar sama sekali. Coba perhatikan setelah pemimpin doa selesai membaca tahlil (Lailaha illallah), tepatnya setelah tgk imum menepuk tangan 3x sebagai tanda bahwa tahlil selesai, pasti semua jamaah mulutnya komat-kamit mulai dari yang pandai sampai yang tidak bisa baca tulis sekalipun. Lucu sekali, kita tahu bahwa tidak semua orang bisa doa itu karena tidak umum dibaca dengan suara keras, jadi aneh kalau misalkan ada yang hafal tanpa pernah mendengarkan apalagi tanpa belajar dibuku atau kitab.
Aku pun penasaran, ini bocah Alfatihah saja tidak tahu (tahunya alhamdu), kok bisa baca doa komat-kamit setelah tahlil (Lailaha illallah). Iseng akhirnya kutanyakan hal ini kepada beberapa pemuda (yang tua juga), kalau boleh tahu tadi setelah "Lailahaillallah" kalian baca apa? Pasti dijawabnya doa, kemudian kulanjutkan lagi, boleh tahu doa apa dan bagaimana bunyinya? Sambil menarik nafas dia mencoba berfikir untuk mengulur waktu, aku langsung tertawa karena ku tahu dia tidak bisa, kemudian dia pun tertawa sekencang-kencangnya mungkin sadar bahwa dia tidak bisa.
Bukan hanya satu orang, banyak yang kutanyakan tidak tahu mau jawab apa, dan kebanyakan ini terjadi dari remaja dan pemuda. Maka dari itu kusimpulkan bahwa 70% pemuda tidak tahu apa yang harus mereka baca saat itu, tapi kupastikan 100% mereka berkumat kamit, artinya banyak diantara mereka yang berkumat-kamit palsu. So, hayolah kawan, stop menipu diri sendiri, kita sudah menjelang usia tua, mari belajar hal hal yang masih memungkinkan kita untuk belajar, agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya..
Semoga bermanfaat...Wassalam....@rizal-sahabat
Halo @rizal-sahabat, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!
Terimakasih @the-garuda