Aroma Satire Wartawan Tempo Ketika Menulis Artikel Tentang Hasan Tiro, 1978
(Sumber: Tempo 15 Juli 1978. Koleksi @akukamaruzzaman)
Dalam Majalah Tempo edisi 15 Juli 1978, wartawan Tempo menulis sebuah artikel tentang Hasan Tiro yang berjudul, Siapa Hasan Tiro. Tulisan tersebut menurut saya ditulis dengan tendensius, satire dan menggelikan.
Pada paragraf kedua tertulis bahwa Hasan Tiro, selain gemar membuat brosur dan Pamflet, ia yang berasal dari kampung Tiro di Aceh Pidie itu juga mengungkapkan fakta sejarah secara sepotong-sepotong dan menulis dalam buku-buku dan selebarannya dengan tujuan untuk mencari pengikut. Tapi tidak banyak digubris orang. Dengan mengutip sebuah sumber dari seorang pemuka di Aceh yang tidak disebutkan namanya:
Itu disebabkan karena rakyat di Aceh sudah amat menderita akibat peristiwa 1953.
Pada paragraf ketiga, wartawan Tempo juga mengutip sebuah sumber yang juga tidak disebutkan namanya, bahwa Tgk. Muhammad Daud Beureu'eh selain tak merestui gerakan ini (baca: GAM) malah tidak tahu menahu. Tapi rupanya orang tua yang telah uzur di kampungnya di Bereunuen itu masih dicurigai. Malah rumahnya kini dijaga. Tentang ini saya setuju karena diperkuat oleh keterangan M. Nur El Ibrahimy dalam bukunya bahwa setelah itu, pemerintah Pusat mengirimkan tim Kopassandha untuk menjemput Tgk. M. Daud beureueh dengan sebuah helikopter untuk diasingkan ke jakarta. (Lihat: Tgk. M. Daud Beureueh Dalam Pergolakan Aceh, 2001. Lihat juga: Ken Conboy, KOPASSUS, 2003)
Tgk. M. Daud Beureueh dalam kondisi dibius, tangan terikat, dan mulutnya disumpal kain, diangkut dengan helikopter ketika dijemput oleh tim Kopassandha, TNI AD, untuk diasingkan ke Jakarta pada Mei 1978. Foto: Ken Conboy, KOPASSUS, Equenox Publishing, 2003. (sumber: facebook Kamaroezzaman Abdullah Musa)
Pada paragraf keempat, Tempo menulis bahwa Hasan Tiro, yang kabarnya pernah kuliah di UGM Yogya -- Tentang hal ini saya yakin wartawan Tempo salah mendapatkan informasi, karena Hasan Tiro tidak pernah kuliah di UGM, tapi di UII Yogyakarta -- mengaku dianugerahi gelar doktor dalam ilmu hukum oleh University of Plano, Texas. Seperti yang tertulis dalam brosurnya, dan ia juga mengaku lulusan Universitas Colombia dan Fordame University di New York (Sebagai ahli ekonomi, hukum internasional dan ilmu pemerintahan).
Dan pada paragraf keenam, wartawan Tempo menulis bahwa, pada tahun 1973, seperti pengakuan Hasan Tiro, ia telah diangkat oleh penguasa Arab Saudi, Raja Faisal, sebagai penasehat agung Muktamar Islam se-Dunia. Muhammad Hasan Tiro tak lupa melengkapi namanya dengan sejumlah titel kesarjanaan: BS, MA, Ph.D, dan LLD. Bukan main. Demikian wartawan Tempo menutup kalimat pada paragraf terakhir dengan satire dan bernada mengejek, bukan?..Hehehe
Izin download gamba2 di ateuh, bang. Teuma adak na gamba halaman peunoh yg jeut tabaca berita Tempo, sang leubeh mantap lom. Hehe
@bookrak, neu tuleh email, treuk lon kirem.
Nyoe bang. [email protected]
Sabah beurayeuk aduen.
Kabereh beuh, kalon kirem
Bukan main...!
neukirem yang lengkap Bg.. supaya jeut ta baca...