POMPEII - LGBT; Mengulang Sejarah Kelam Bangsa Kaum Nabi Luth (Kaum Sodom & Gommorah)
Salam sejahtera kepada semua kawan-kawan pengguna steemit, semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Aaminn
.
Sebelum labih jauh, kami ingin bertanya, apakah didalam hati/nurani kalian pada dasarnya setuju dengan LGBT ? Kami berharap Anda dapat menjawabnya secara jujur di dalam hati/nuraninya.
Teringat kita akan apa yang marak lagi masif pergerakannya adalah "Gerakan Kampanye & Melegalkan LGBT di Semua Hukum Negara". Gerakan LGBT di seluruh dunia ikut dimotori oleh organisasi international. Di negara-negara besar seperti Indonesia, gerakan ini ikut dibiaya oleh lembaga yang berafiliasi dengan PBB, hal ini pernah disampaikan oleh Wakil Presiden RI, Yusuf Kalla.
Gerakan LGBT sekarang ini menurut kami adalah suatu bentuk degradasi akhlak manusia serta ketertinggalan peradaban manusia sekarang jika kita menoleh lagi ke sejarah-sejarah manusia pada zaman dahulu. Mengapa demikian? adalah akibat dari manusia telah jauh dari ilmu-ilmu dan aturan/hukum yang sudah dijelaskan didalam kitab suci agamanya.
Jika kita ambil contoh di dalam kitab suci Agama Islam yakni Al-Qur'an, maka ada kisah tentang kaum Nabi Luth yang telah menghadirkan perbuatan menyimpang ini bahkan dilakukan secara terang-terangan. Merekalah yang kemudian disebut sebagai "Kaum Sodom", kaum pertama yang telah berbuat kehinaan itu. Kemudian beberapa ribu tahun kemudian sebuah kota yang teletak di Eropa pada masa pemerintahan Romawi Kuno mengulang prilaku itu. Bahkan dalam kepercayaan mereka, perbuatan itu harus dilakukan secara terbuka. Kota inilah yang kemudian dikenal sebagai Pompeii.
Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Bukti itu telah tinggal bersama segudang cerita dan tanda tanya mengapa mereka melampaui batas ? Segala bentuk peninggalan yang tak terbantahkan menjadi renungan untuk kita sebagai pelajaran. Mirip dengan yang telah diterangkan di dalam Kitab Suci Agama Islam jauh sebelum Pompeii di bina.
Al-qur'an mengisahkan kepada kita bahwa tidak ada perubahan dalam hukum Allah (sunnatullah). “Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah mereka kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu” (QS. Al-Faathir, 35:42-43).
Pompeii terletak pada koordinat 40°45′0″LU 14°29′10″BT, sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di hilir Sungai Sarno (Zaman dahulu bernama "Sarnus"). Saat ini daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat dengan pantai. Pada abad pertama M, Pompeii hanyalah salah satu dari sekian kota yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculaneum juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedi letusan Vesuvius.
Kota Pompeii didirikan sekitar abad ke-6 SM oleh orang-orang Osci atau Oscan, yaitu suatu kelompok masyarakat di Italia tengah. Saat itu, kota ini sudah digunakan sebagai pelabuhan yang aman oleh para pelaut Yunani dan Fenisia. Ketika orang-orang Etruskan mengancam melakukan serangan, kota Pompeii bersekutu dengan orang-orang Yunani yang kemudian menguasai Teluk Napoli. Pada abad ke-5 SM orang-orang Samnium mendudukinya (beserta semua kota di Campania). Para penguasa baru ini memaksakan arsitektur mereka dan memperluas wilayah kota. Diyakini juga bahwa selama pendudukan orang-orang Samnium, Roma sempat merebut kembali Pompeii untuk sementara waktu, namun teori ini belum terbuktikan.
Pada masa itu, Pompeii adalah kota yang mewah dan megah bagi orang-orang hebat Romawi kuno. Namun kemegahan dan kemewahan hidup menggiring mereka melakukan apapun tamapa batasan. Amoral yang paling nyata meninggalkan bukti adalah bentuk-bentuk penyimpangan seksual, segala prilaku LGBT sudah merajalela di setiap sudut kota megah tersebut. Hingga pada suatu ketika, Gunung Vesuvius menguluarkan isinya dan menimbun seluruh isi Pompeii beserta kota-kota kecil yang berada di sekitarnya.
Gunung Vesuvius adalah simbol negara Italia, khususnya kota Naples. Gunung yang telah membisu sejak dua ribu tahun yang lalu itu juga dinamai “The Mountain of Warning” (Gunung Peringatan). Tentunya pemberian nama ini bukanlah tanpa sebab. Adzab yang menimpa penduduk Sodom dan Gommorah, yakni kaum Nabi Luth, sangatlah mirip dengan bencana yang menghancurkan kota Pompeii.
Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi; akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.
Dalam konteks ini, terdapat aspek dari bencana tersebut yang sangat sulit untuk dimengerti. Bagaimana bisa terjadi ribuan manusia tertimpa maut tanpa melihat dan mendengar sesuatu apapun?
Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur'an, sebab Alqur'an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika mengisahkan peristiwa yang demikian ini. Misalnya, “penduduk suatu negeri” sebagaimana disebut dalam surat Yaasiin ayat 13 musnah bersama-sama secara keseluruhan dalam waktu sekejap.
Keadaan ini diceritakan sebagaimana berikut: “Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.” (QS. Yaasiin, 36:29)
Di surat Al-Qamar ayat 31, pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum Tsamud dikisahkan: “Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.”
Kematian masal penduduk kota Pompeii terjadi dalam waktu yang sangat singkat persis sebagaimana adzab yang dikisahkan dalam kedua ayat di atas.
Namun sekarang kendatipun semua peringatan ini, tidak banyak yang berubah di wilayah di mana Pompeii dulunya pernah ada. Distrik-distrik Naples tempat segala kemaksiatan tersebar luas tidaklah jauh berbeda dengan distrik-distrik bejat di Pompeii. Pulau Capri adalah tempat di mana para kaum homoseksual dan nudis (orang-orang yang hidup telanjang tanpa busana) tinggal. Pulau Capri diiklankan sebagai “surga kaum homoseks” di industri wisata. Tidak hanya di pulau Capri dan di Italia, bahkan hampir di seantero dunia, kerusakan moral tengah terjadi dan sayangnya mereka tetap saja tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang dialami kaum-kaum terdahulu.
Hanya saja memang bagi mereka yang tidak percaya akan agama, mereka akan mengatakan semua itu adalah bencana alam dan mungkin saja terjadi di semua tempat.
Tetapi mengakhiri tulisan ini kami ingin kita renungkan, bagaimana efek negatifnya untuk masa depan umat manusia ? dengan segala fakta ilmu kesehatan dan sosial itu semua berefek negatif.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pompeii
http://id.harunyahya.com/id/Artikel/4545/pompeii-mengulang-sejarah-kaum-luth