Strategi Marketing Nilai Guna Jameun Kupi di Bireuen: Menjual Makanan dan Kenangan
Bisnis kuliner sekarang menjadi salah satu jenis usaha yang tumbuh di setiap kota di Indonesia, termasuk di Kota Bireuen, Aceh. Berbagai jenis kuliner bertumbuhan dengan mengusung berbagai konsep. Pengelola kafe bukan sekadar menjual makanan dan minuman, tetapi juga interior kafe yang nyaman, indah, unik, dan bersih. Setiap kafe menyediakan foto booth, sebuah area yang menjadi ikonik sebuah kafe. Di luar itu, pelayanan tetap harus diutamakan.
Salah satu kafe yang mengusung keunikan adalah Jameun Kupi yang terletak di Desa Cot Bada Baroh Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen, Aceh. Dari sisi lokasi, kafe ini bisa dibilang tidak terlalu strategis karena jauh dari Jalan Medan – Banda Aceh yang merupakan jalan lintas Sumatra.. Namun, keunikan yang dimilikinya membuat Jameun Kupi tidak pernah sepi. Sesuai namanya, Jameun (baca: zaman), mengusung keunikan kuliner dan interior klasik yang mengesankan masa silam.
Makanan, minuman, dan interior tradisional ini menjadi konsep pemasaran yang diusung Jameun Kupi. Dengan nilai guna tersebut, pengelola kafe bisa berupaya menjamin operasional kafe dari para pengunjung.
Jameun Kupi termasuk kafe tematik dengan mengusung kenangan dan masa lalu sebagai menu utama. Kenangan di sini bukan saja dari sisi interior, melainkan juga makanan dan minuman. Sebagian besar makanan dan minuman yang dijual di sini tidak didapatkan di kafe lain.
Nilai Guna Jameun Kupi
Teori nilai guna (utility) adalah konsep dalam ekonomi yang menjelaskan bagaimana setiap orang mendapatkan kepuasan atau manfaat dari konsumsi barang dan jasa. Nilai guna merupakan ukuran subjektif dari tingkat kepuasan yang dirasakan seseorang, yang dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Teori ini membantu menjelaskan perilaku konsumen dalam memilih barang dan jasa berdasarkan preferensi dan anggaran yang dimilikinya.
Di Jameun Kupi, setidaknya ada tiga nilai guna yang menjadi andalan pengelola kafe untuk memikat pengunjung. Ketiga nilai guna tersebut adalah:
Pengalaman
Para pengunjung datang ke Jameun Kupi untuk menikmati makanan dan minuman yang mungkin terdengar asing bagi generasi milenial. Di antaranya, dughok, jagung campur kelapa, kupi khop (dihidangkan dengan gelas terbalik). Ada juga makanan tradisional seperti ubi rebus, kacang rebus, atau jagung rebus. Bahkan sirih pun tersedia di sini.
Demikian juga untuk minuman, tersedia minuman tradisional seperti bandrek, jahe, ie rabinet alias limun (baik murni maupun disajikan dengan susu), air nira murni atau dicampur kopi, dan berbagai jenis minuman khas lainnya.
Pemilik kafe, Chairul Nazli, kepada media menyebutkan para pengunjung merindukan masa lalu dan mereka menyediakannya. Bapak pemasaran modern, Philip Kotler, mengingatkan bahwa nilai guna tidak hanya tentang produk secara fisik, tetapi juga melibatkan pengalaman emosional, pelayanan, dan aspek sosial. Menikmati suasana seperti masa lalu tidak berkaitan dengan produk, melainkan pengalaman emosional.
Ketika hadir di Jameun Kupi, pengunjung merasakan nilai guna sosial, mereka seperti dibawa ke masa lalu.
Saya datang ke Jameun Kupi untuk memperkenalkan makanan dan minuman khas Aceh kepada mahasiswa peserta program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM). Ia ingin mahasiswa dari luar Aceh mengenal kuliner yang bahkan oleh generasi muda Aceh pun belum mengenalnya. Selain itu, Ayi juga datang beberapa kali ke Jameun Kupi untuk menikmati makanan dan minuman dari masa lalu serta memperkenalkannya kepada anak-anak.
Makanan dan minuman
Ketika menikmati makanan dan minuman membuat pengunjung mendapatkan nilai guna fungsional. Selain itu, terdapat juga nilai emosional dalam makanan dan minuman karena ada kenangan di dalamnya. Para pengunjung yang akrab dengan makanan dan minuman masa lalu, seperti terhubung dengan kembali pada masa-masa muda mereka. Makanan dan minuman menjadi jembatan masa lalu dengan masa sekarang.
Interior
Interior kafe dibuat menyerupai masa lalu. Beberapa properti masa lalu seperti mesin ketik, televisi hitam putih, kursi untuk pangkas rambut, bahkan jingki, alat penumbuk padi tradisional, terdapat di Jameun Kafe. Selain itu juga ada beberapa alat penangkap ikan tradisional dan motor yang populer di tahun 1970-an. Beberapa titik dari kafe itu menjadi tenpat favorit pengunjung untuk berfoto.
Bukan hanya properti sebagai ornamen yang berasal dari masa lalu. Wadah untuk makanan dan minuman pun berasal dari masa lalu sehingga pengunjung merasakan seperti berada di tahun 1970-an.
Melihat konsep tematik yang diusung, orang dengan mudah menduga sasaran konsumen adalah generasi tua yang masa lalunya lebih banyak dari masa depan. Ternyata, hasil observasi di Jameun Kupi, setiap hari banyak juga generasi muda yang datang ke sana, baik bersama kawan-kawan maupun bersama keluarga. Padahal, sasarannya kafe tematik itu adalah generasi tua.
Kesimpulan
Jameun Kupi memiliki nilai guna yang kuat dan khas sehingga mampu menarik pengunjung. Para pengunjung mendapatkan semua nilai guna dari produk, pengalaman, dan tempat sehingga mereka datang berkali-kali. Keunikan kafe tersebut membuatnya menjadi pusat observasi untuk memperkenalkan kuliner Aceh masa lalu kepada generasi sekarang.
Dalam operasionalnya, ternyata Jameun Kupi juga diminati generasi muda yang bahkan tidak pernah mengenal makanan dan minuman serta tidak pernah mengenal mesin ketik. Keberadaan benda-benda dari masa lalu tersebut justru memikat minat generasi muda sehingga mereka berfoto dengan latar properti itu.
Promosi yang dilakukan di platform media sosial yang akrab dengan generasi muda seperti Instagram, membuat mereka mengetahui keberadaan kafe tersebut dan mencobanya. Setelah berkunjung, generasi muda memposting di akun media sosial masing-masing sehingga menjadi promosi berantai untuk mengundang pengunjung baru.
Selain promosi dari media sosial, kafe Jameun juga sudah beberapa kali diliputu media massa, baik di daerah maupun nasional. Liputan tersebut menjadi ajang promosi ampuh dan gratis sehingga Jameun Kupi terus dikenal.
Rekomendasi
Melihat keunikan Jameun Kupi dari semua jenis nilai guna, pengelola harusnya mengembangkan jenis makanan dan minuman masa lalu. Ada beberapa jenis makanan dan minuman yang belum tersedia di sana, seperti on kheu, meuseukat, bhoi, dan kudapan lainnya. Penambahan makanan dan minuman membuat pengunjung Jameun Kupi yang sudah pernah ke sana, tergoda untuk berkunjung kembali.
Selain makanan dan minuman tradisional, perlu kiranya Jameun Kupi melengkapi dengan makanan modern, meski jualan utama mereka tetap makanan dan kenangan. Keberadaan kuliner modern dibutuhkan untuk mengantisipasi lidah pengunjung yang tidak terbiasa dengan kudapan tradisional, sehingga kehadiran mereka di sana juga memberikan hasil bagi pengelola.[]
Dicatat dulu, mana tahu ada kesempatan untuk menjajal suasananya. Thanks bang ayi atas analisisnya yg nggak kelihatan seperti cafe review, tapi business review.
Selama kualitas makanan dan minumannya cocok dgn selera sasaran pelanggan, tidak ada cerita orang tak kembali untuk menikmatinya, kan?
0.00 SBD,
0.01 STEEM,
0.01 SP
Ini memang review dari aspek akademis, bukan untuk liputan. Tapi saya sudah pernah menulis tentang kafe itu di blog, entah di Steemit atau di sebelah. Review itu setengahnya diambil dan dimuat di sebuah media online nasional atas izin saya.
Loen telat sabee hai bang🫣 tulisan bang ayi tenggelam dalam lautan postingan di beranda bila tidak secara berkala memeriksa "friends" dan pakai filter "new".
Steem literacy masih nyala kah?
Meski tertatih karena pekerjaan utama di Bawaslu Kota Lhokseumawe, Bang Ayi tetap buat postingan di Steemit.
#Steemliteracy mati suri untuk sementara waktu. Tidak sempat mengelola dan belum ada dukungan investor, hehehehe.
@cicisaja sekarang di Jakarta atau di Banda Aceh?
Di Pamulang, Tangsel bang. Kalau di Banda Aceh, mana sempat pegang steemit 😁
Bang Ayi mana bisa hidup tanpa sehari menulis, btw.. analisis ekonomi kekinian steemit ada bang?