Mari Merevitalisasi Kembali Pantun

in Steem SEA3 years ago

Tak banyak orang yang bisa berpantun, karena ia warisan budaya, maka kewajiban kita untuk merevitalisasikannya kembali dalam kehidupan.

Jangan Nyak Kaoey dan Asmimara saja yang berbalas pantun cinta. Siapa saja juga bisa melakukannya, sekedar untuk hiburan dan senda gurau dengan rekan-rekan. Pada masa lalu saling berbalas pantun itu merupakan kegiatan pada waktu senggang. Tak jarang melalui ajang berbalas pantun pula hati sepasang remaja bisa terkait hingga ke jenjang pelaminan. Pantun pada masa lalu memang sesuatu banget.

Sayangnya sekarang berbalas pantun sudah jarang dipertunjukkan. Hanya sesekali saja kita lihat pada acara walimah persta pernikahan. Itupun pantun seumapa antara pihak yang mewakili keluarga pengantin pria dengan pihak keluarga penganti wanita.

Karena itu, sebelum hilang ditelam modernisasi zaman, acara berbalas pantun perlu direvitalisasi kembali. Sebagai teman lama yang pernah terpisahkan, Nyak Kaoey dan Asmimara telah melakukan itu. Makanya jangan sekali-kali melupakan kawan, suatu saat ada rindu yang perlu ditunaikan pada mereka.

Oya, dari tadi bicara pantun tapi belum keluar pantunnya ya. Hmmm karena baru saja bicara pertemanan, maka saya kutip satu pantun tentang larangan melupakan teman. Panton ini mirip nariet maja,ta’ek u gle takoh kayee, panyang takoh lhee paneuk koh dua, bek tabeh-beh rakan teuh dilee, jampang meutumee tameungieng mata.*

Biasanya terhadap pantun pertemanan seperti itu, si kawan ketika mendapat pantun tersebut akan membalasnya dengan pantun kira-kira salah satunya seperti ini: Ta’ek u gle tajak pet boh jambee, di yup peureudee tapiyoh gata, pane jeut long beh rakan nyang dilee, nariet nyang teuntee kalheuh awai na.

Nah, dari dua pantun pembuka itu kemudian bisa ditarik atau dibawa ke tema apa saja kelanjutannya. Tapi, untuk menuju ke tema lain ada semacam pantun transisi sebagai jembatan penghubung, sehingga berbalas pantun itu mengalir dan tidak patah-patah. Misalkan seperti pantun ini, sayang aneuek kleueng eumpung ka reuloh, kayee hana boh ka patah dua, meungka neutueng lon hanmee meubeh-beh, jinoe untong goh long peutrang haba.

Maka, bila pantun-pantun tadi itu sebagai pemanasan, selanjutnya akan masuk pada babak “pertarungan” baik saling serang maupun saling puja dengan pantun-pantun yang pelik untuk dijawab lawan. Puncak seulawan meuhapit-hapit, puncak seumeujid meugisa-gisa, meunyoe ka keubit peugah beubit-bit, jakalee han bit bek wayang seunda.

Meski demikian, di tengah-tengah berbalas pantun, bisa juga iramanya diubah, dari menyerang lawan menjadi merendah diri. Umpamanya, keureutah puteh geutuleh daweut, aneuek manyak beut payah peuija, nafsu long raya long peugah han lon jeut, long preh teusureuet bak gata.

Lawan berbalas pantun bisa juga mengelak, tidak mengikuti arah pantun tersebut, maksudnya long preh teusereut bak gata, itu tidak dijawab, tapi pantun dibelokkan ke jawaban lainnya, semisal keureutah puteh geutuleh daweut, aneuek manyak beut bak juih aleh ba, daweuet pih hansep keureutah alang, nanggroe teungoh prang ho kuba gata?

Begitulah pantun singkat hari ini. Meskipun zaman sudah berubah, rindu pada nuansa masa lalu melalu pantun-pantun jenaka, pantun cinta, pantun nasehat, pantun religi dan pantun humor, seakan membawa romansa sendiri. Saatnya kita revitalisasi kembali budaya Endatu tersebut.

ALP_2293.JPG
Sebatang pohon sebuah cerita [foto: ata jameuen]

Sort:  
 3 years ago (edited)

Pakat meupanton tasambong rindu,
Punya endatu wajeb tajaga.
Beu jeut hiburan pantong neu lagu,
Beu meusyuhu bak aneuk bansa

 3 years ago 

Panton Aceh jinoe tahimpon
Rata sagoe duson agam ngon dara
sayang bek mala bungong lam keubon
jak tameupanton seun sibanja