Collective Thoughts of Jun Imaginer #5 : Netflix, Film Korea dan Telenovela (Part 3)
Collective Thoughts of Jun Imaginer.
Sebuah serangkaian penuangan kumpulan buah pikiran karakter Jun Imaginer yang menurut hemat penulis sebaiknya di'tuang'kan demi memenuhi kepuasan diri.
Rasa dahaga untuk menonton film makin menggila, seperti Count Drakula gemetar sakau melirik birunya urat leher mulus Mina. Apalagi saat internet baru tumbuh dan menjamur dari satu ruko ke ruko yang lain, warnet merajalela sepanjang jalan raya ibukota. Sebegitu mudahnya informasi tentang perfilman kuperoleh, sengaja ku cari atau sebaliknya. Perihal semua tentang mereka : aktor dan aktris, sutradara, sejarah, biografi, pop-culture, dan seterusnya. Ibarat kata menegak air laut, makin ku minum makin haus jadinya.
Ambil contohnya gini, di tahun 2007, tahun pertama aku menetap di kota yang baru dan mulai bisa beradaptasi dengan realita perkuliahan dan hingar binar wahana dunia perkampusan. Pantat kepanasan menunggu 2 SKS selesai, grasa-grusu pengen cabut terus keluar kampus lalu betah duduk lagi berjam-jam mencari film di warnet. Film Pirates of the Caribbean rilis bulan Mei ditahun yang sama. Dari bilik sempit warnet yang pengab dan bau kerak asbak dan puntung rokok, hasil tangkapan yang bisa ku bawa pulang paling cuma satu atau dua film dalam flashdisk Toshiba putih isi 2GB. 2 bijik itu pun udah alhamdulillah kali, kalau-kalau misalnya ngga kejadian IDM mogok ditengah jalan atau tiba-tiba billing OP muncul karna waktu habis dan percuma minta nambah jam kalau downloadnya harus mulai dari awal.
Selain itu, ingin ku timpali paragraf diatas yaitu dimana aku tipenya penonton yang suka menghafal atau paling tidak mengingat siapa nama bintang film itu. Entah itu jika perannya di film tersebut benar-benar membuatku terpukau dan atau salah satu adegannya membekas hingga berhari-hari. Ambil contoh misalnya aku suka peran Jack Sparrow yang di mainkan oleh si Johnny Depp. Setelah menonton film itu, aku ingat siapa saja pemerannya, siapa sutradaranya, dan sebagainya. Lalu aku mencari film-film Johnny Depp terdahulu, lalu ketemu ketemu film lama JD What's Eating Gilbert Grape tahun 1993 dengan lawan peran Leonardo DiCaprio pas masi bocil. Peran Leo yang memainkan peran sebagai bocah penyandang autis disini menurutku luar biasa.
Credit to : Paramount Pictures
Dari aktor tertentu lah juga aku menambah referensi film-film yang ingin ku tonton. Sumbernya, karena tidak selalu bisa mengandalkan speed Mbps di warnet dan waktu yang harus dihabiskan, ketersedian film lain masa itu dengan mudahnya ku dapatkan dari DVD bajakan. Kalau dihitung-hitung sih, ya walaupun karna hobi juga gak bisa diperhitungkan, merogok saku cukup dalam setiap bulannya sehingga jika main ke toko kaset, aku lebih memilih kompilasi film yang dibintangi oleh satu aktor tertentu.
Contohnya 1 DVD yang covernya bertuliskan the Best Film of Leonardo DiCaprio yang biasanya berisikan kompilasi film-film lama hingga berjumlah belasan film dalam satu keping DVD. Jadi kalau misalkan minggu ini kompilasi filmnya Leo, minggu depannya kumpulan film Bruce Willis misalnya atau kan Tom Hanks lah, Tom Cruise kah atau Brad Pitt dan sebagainya dan seterusnya. Dan ini sudah barang tentu sangat praktif dan hemat banget buat ku.
Fenomena Film Korea
Tak ingat persis kapan pertama kali menonton film atau serial dari "Negeri Ginseng", sebutan untuk negara Korea. Kalau sekarang sih lebih bergaung atau akrab di telinga sebutan K-Pop atau oppa-oppa kali ya...
Entah kalian juga pernah nonton film ini, seingatku film Korea pertama yang ku tonton itu judulnya Speedy Scandal atau nama lainnya Scandal Makers keluaran tahun 2008. Untuk serial dari Korea, awalnya aku di mintai pacarku dulu donlotin dari kantor, acara variety show nya Running Man. Awalnya cuma bantuin download, lama-lama karena penasaran dan pernah beberapa kali ikut menemani menonton bareng pacar, akhirnya juga aku tertarik untuk mengikuti program ini.
Ternyata memang, kualitas produksinya menurutku bukan main-main. Dengan konsep serumit dan set lokasi se"besar" itu, tidak heran kalau acara RM bertahan selama bertahun-tahun dan menjadi fenomena di Korea sendiri dan serta diminati oleh penonton dari berbagai negara di dunia.
Terlepas dari popularitas K-POP dan segala macam tetek-bengek hype dan barisan parade penggemar garis keras mereka, menurutku itu hanya satu sisi dari banyak wajah industri entertainment. Perhatianku hanya pada tertuju pada seputaran perfilman. Yang menurutku pribadi, aku lebih suka film Korea ketimbang dari teman-teman Asia lainnya seperti film Jepang apalagi dari Thailand dan (maaf cakap) termasuk film dari tanah air sendiri. Alasannya sederhana, aku kurang suka mendengar dialog Tagalog, aneh aja.
Antara film jepang dan korea; sederhana nya cewek-cewek Korea lebih menarik terlihat dimataku ketimbang cewek jepang. Ntah karena udah il-feel duluan, entahlah. Selera masing-masing lah pokoknya ya...
Selain itu, yang kuamati dengan membandingkan keduanya. Gestur dan ekspresi aktor/aktris di film Korea lebih natural dan believable ketimbang aktor/aktris jepang yang lebih kaku. "Delivery"nya lebih mulus atau gimana jelasinnya ya, jika di simpulkan secara menyeluruh, penyajiannya lebih menarik aja ketimbang yang lain.
Well,
Agak sulit memang, tapi aku coba tarik kesimpulan.
Kita punya FTV, Boy Band SM#SH yang bisa kalian nilai sendiri. Apapun itu yang berasal dari negri sendiri, sejatinya memang kita mencari sesuatu atau tertarik dengan yang baru yang tidak kita punya atau yang unik dari sekitar kita. Entah siapa yang di idolakan masa Mamak-mamak kita jaman dulu, yang jelas selain ngikutin sinetron Si Doel Anak Sekolahan, Emmak kita juga ngikutin acara luar Telenovela dari Meksiko atau sinetron India .
Masa kakak-kakak kelas kita pasti mengidolakan Backstreet Boys atau Westlife dan seperti ku bilang diatas pasti dong nonton Meteor Garden.
Lantas kenapa risih dengan euforia K-Pop sih !?
Setiap orang ada masanya,
Setiap masa ada orangnya.
Seumur hidup, ane cuman sekali nonton film korea berjudul tae guk gi kalau tak salah judulnya, drakor gk pernah ane tonton walaupun langit runtuh 😂😅
kalo ente penikmat FTV, jangan anti dulu sama DraKor. coba pelan-pelan.
cuman kan ngga mungkin juga disamain sinetron Azab Tuhan atau FTV sama kualitas atau genre nya dengan The Raid.
Begitu juga film Korea (secara keseluruhan), jika mau papasan bahu ama Hollywood, dan atau menurutku pribadi lebih enak dinikmati (belakangan ini) ketimbang film Hongkong, Japan ama setetangga Asia
😂 maaf ya pak jun ane gk tau kalau drakor sudh mendarah daging, 🤭🤭 ibarat cebong, kalau udah sekolam pantang dicokeh 😂😂😂🙏
hahahahah, gitu pulak