The Diary Game, 17 November 2024 | Semangat Berlipat Turunnya Telat
Hello Everyone
Edited by Canva
Assalamualaikum... |
---|
SELEPAS Subuh saya tidur lagi. Badan sedang tak mudah diajak kompromi. Pukul tujuh tiga puluh lewat, saya berangkat. Menjemput si sulung di pesantren untuk pulang ke rumah sejenak. Tak ada jadwal rutin untuk pulang. Tapi, ini sedikit ketidakbiaaan. Pukul sembilan kami baru tiba lagi di rumah. Setelah itu kembali melepaskan diri di kasur empuk.
Pukul sembilan lewat, mengantar Ghazi dan Gulfam ke araca Maulid Nabi SAW. Duo Ge mengikuti acara maulid di Diniyah Meunara Baro, Mireuk, Krueng Barona Jaya. Orang tua diundang juga. Usai mengantar mereka saya pulang. Sambil tiduran-tiduran menamatkan novel-novel online yang tak kunjung tuntas.
Bukan soal itu saja. Hari ini, memang suasana batin saya sedang di luar radar. Sinyalnya melenceng jauh dari biasa. Tak ada semangat untuk bikin banyak cerita kehidupan hari ini. Apalagi, website juga sedang bermasalah. Akibatnya, semangat pun sudah diajak tumpah ruah. Karena sedang begitu, saya pun menyesuaikan diri saja. Menikmati saja.
Rencana lain, sebelum jam 12 saya berencana ke Masjid Al Mukhlisin juga. Memenuhi undangan untuk orang tua santri. Sebelum jam tersebut, hujan turun sedikit lebat. Saya pun tertidur. Pukul 12 lewat menjelang Zuhur terbangun. Baru menunaikan ibadah siang dan kembali bergelimbang dengan semangat yang buruk. Mungkin ini akibat karena ada batuk yang datang tipis-tipis.
Kembali mencari semangat
Setelah siang, Ghazi minta pangkas rambut. Pukul setengah tiga baru bisa jalan. Kami pun mencari tempat yang tak ada antrian. Dapat.
Sejurus kemudian, kami ke arah Ulee Kareng. Di sana kebetulan sedang kosong melompong. Barber sedang keluar sekecap. Belum sempurna memarkirkan kenderaan, dia tiba. Sebungkus nasi siang di tangan. Saya pikir dia akan makan dulu, baru memangkas. Ternyata, prediksi saya salah. Dia langsung tancap gas.
Dua kepala dituntaskan dalam waktu 20 menitan masing-masing orang. Ya, dengan tambahan waktu jeda dan bincang-bincang lainnya, semua hampir satu jam kurang 10 menit. Kami pun pulang dan Duo Ge pun membersihkan diri dari rambut-rambut yang masih lengket di baju.
Setelah itu, keduanya sudah kabur ke luar rumah. Bermain-main dengan kawan-kawannya. Selepas Ashar, saya pun melanjutkan ketidaknyaman hari ini. Tidak banyak aktivitas luar. Tak bersemangat. Kepala masih sedikit berat. Batuk kecil-kecilan. Badan ogah bergerak. Bahkan, untuk mengantar si sulung kembali ke pesantren tak berminat. Lalu, ibunya yang bertindak.
Pukul 17.30 saya mulai kepikiran dengan botol-botol plastik yang kemarin saya proses. Sudah saatnya diproses dan ditempatkan pada lokasi sebenarnya. Tanaman tak dapat jatah penyiraman, karena sudah turun bantuan dari langit; hujan. Tapi, kalau makanan ayam tidak bisa. Dia juga harus butuh bantuan kita; memberikannya. Pakan tambahan.
Meski begitu, saya tetap memantau beberapa karung pengisi cabai yang sudah meniggi. Sepertiny butuh pilar atau ajir untuk menopang. Sebab, kalau tambah tinggi, akar tak cukup kuat untuk menopang. Bisa-bisa tumbang, apalagi jika datang angin dan hujan bersamaan.
Selesai urusan itu, saya pun menyiapkan kain kasa dan botol bekas. Untuk menampung air dan memudahkan akar tanaman menyerapkan. Setelah saya atur, ternyata muat lima toples plastik. Masih kurang satu. Karena malam sudah turun, tak ada waktu lagi untuk proses membuat satu toples lagi. Saya memilih esoknya sekalian mengisi dengan air dan menabur bibit kangkung.
Sisa satu toples bisa diproses besoknya. Saya pun mnyesalkan kenapa semangat untuk hal ini baru datang setelah senja turun. Malam tak bisa dilawan. Saya pun dengan "kecewa" menuntaskan hari tanpa semangat ini. Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
18/11/2024
Thank for your support friend, @memamun