Sebuah Refleksi; Beberapa Hal Yang Hendak Kutulis di Kebun Seni Jampang Purnati

in Steem SEA3 years ago (edited)

IMG-20220615-WA0009.jpg

HARI MULAI GELAP, aku tiba di KSJP dengan kondisi yang memprihatinkan. Bagaimana tidak? Aku belum mandi seharian, dan tidak sempat tidur semenitpun. Pola tidur jam 6 pagi sudah menjadi rutinitasku. Tiket keberangkatan jam 6:30, membuatku memilih tidak tidur hari itu, dan bersebab itu pula aku memilih tidak mandi, aneh bin ajaib, mandi memang menyegarkan, namun membuatku ngantuk.


IMG_20220618_191117.jpg

Sebagai seseorang yang belajar keaktoran secara otodidak, ketika pertama sekali melihat Metode Suzuki untuk Pelatihan Aktor dengan mata telanjang, itu cukup mengagetkan. Aku melihat orang-orang dengan focus dan badan yang terlatih sangat piawai melakukan gerakan demi gerakan.

“Sial, besok aku akan bergerak seperti ini juga” pikirku.

Dihari pertama mengikuti Latihan Metode Suzuki, perasaanku campur-aduk. Badan yang terkesan kaku serta pikiran yang seketika beku, aku merasa minder dan malu. Namun, setelah beberapa prinsip dari Metode Suzuki tertanam di pikiran, rasa nyaman dan ketagihan mulai menggrogoti benakku. Stomping-Jagajang-Gagaku-Basic1.2-Standing dan Walking, cukup mengguyur keringat yang mungkin sudah sebulan lebih tidak keluar dari tubuhku. Hari pertama, kulewati dengan bahagia. Perasaan minder dan malu, lenyap seketika. Setelah, mendengar masukan dan motivasi dari Mas bambang, Kak Wahyu dan semua peserta yang sangat ramah dalam membangun komunikasi.

“Orang-orang baik seperti ini, sangat sulit kutemui” sumpah deh.

Hari demi hari kulewati dengan bahagia. Latihan seperti candu, diskusi menyala, ilmu bertambah, pengalaman demi pengalaman ditukar tanpa pamrih, serta canda-tawa yang meledak disela-sela istirahat.

Benar, Bumi Purnati telah berhasil membentuk mental dan moralku menjadi lebih baik. Tidak ada detik-detik yang tersia-siakan disini, samasekali tidak. Disiplin waktu, disiplin tubuh, dan disiplin-disiplin lainnya memancarkan warna warna yang sebelumnya tidak terlihat di keseharianku.

"Kau bahkan tak butuh disemangati pacarmu. Bagaimana tidak, asupan gizi yang layak, fasilitas yang memadai, orang-orang yang baik hati pasti lebih dari cukup menjadi penyemangatmu."


IMG-20220614-WA0009.jpg

Masih ada beberapa hal yang ingin kucatat ketika kelam malam datang ditingkahi suara jangkrik, aroma musang, dan bahana suara tadarusan dari towa mesjid dengan jenis bacaan serampangan--tartil tidak, tilawah pun tak. Beberapa di antaranya adalah apa yang sebenarnya hendak kutulis di sini, tapi demi mengisi kekosongan, biarlah yang hendak meracau dipikiranku itu melacurkan diri dalam sebentuk tulisan yang tentu saja tidak terlalu penting dibaca namun penting disimak sekira ada waktu senggang.

Beberapa hal itu, mungkin berbentuk pertanyaan. Ditengah, zaman yang saling mengeksploitasi. Bagaimana bisa, Bumi Purnati bertahan menjaga kreatifitas dan eksistensi seniman-seniman dari berbagai penjuru daerah?! Lalu, bagaimana bisa tak sedikitpun ego terlihat antar seniman-seniman ini? Tak ada yang saling mendominasi disini. Semua dilakukan bersama dan setara. Bak sufi; ilmu yang melangit tapi semua terlihat membumi, luar biasa. Tabik!

Aku sampai kalap, tak tahu kemana harus berterimakasih, semuanya terlibat dalam hidupku. Tuhan Maha baik, telah mempertemukanku dengan orang-orang baik. Terimakasih Ibu Restu, semenjak dihubungkan melalui Zoom Meeting hingga bertemu langsung di hari audisi dan di KSJP, beliau tak ubahnya adalah seseorang yang memberiku banyak ilmu. Sungguh, jika diberi kesempatan bertemu lagi, akan ada banyak hal yang ingin kupelajari dari beliau. Terimakasih juga Mba Wiwit dan Mba Fariza, mungkin tanpa beliau aku tak membayangkan bisa terhubung dengan Ibu Restu, Bumi Purnati, dan semua Seniman yang akhirnya kujumpai di KSJP. Terimakasih Bumi Purnati; mulai dari pimpinan hingga semua perangkatnya. Terimakasih Bang Rahmat dan Kak Agatha, dari mereka aku belajar bahwa kerja-kerja seni tak hanya soal eksplorasi potensi diri, melainkan juga soal menjaga jangkar seni agar tetap utuh. Terimakasih, Mas Bambang dan Kak Wahyu, tanpa pamrih memotivasi untuk memahami detail-detail tubuhku sendiri melalui Pelatihan Metode Suzuki ini, serta terimakasih banyak semua seniman yang kutemui di KSJP, kalian luar biasa membantu. Seniman yang kumaksud, sudah termasuk Mba Ipah dan Mba Rini yang sangat piawai memainkan peralatan dapurnya sehingga menghasilkan karya seni yang mengenyangkan perut semua orang di KSJP. Tak lupa, Mang Ujang dan Pak Trimo, dkk, yang lihai merawat kebun demi kenyamanan dan keindahan KSJP. Dan, dari Mba Rina kita belajar ketulusan dan kejujuran, senyum yang terpancar dari wajahnya tak hanya dinikmati oleh menusia, bahkan anjing, kucing dan segala makhluk hidup di KSJP mendapatkan keberkahan dari ketulusan dan kejujuran Mba Rina.

Seperti yang kubilang diawal, aku sampai kalap, mau berterimakasih ke siapa lagi. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat. Terimakasih, semua orang yang kutemui selama dari aceh hingga sampai ke KSJP. Sekali lagi. Tabik. Doaku, semoga dipertemukan lagi dengan kalian.

Serupa Metode Suzuki untuk Pelatihan Aktor yang tak pernah berakhir untuk kita pelajari. Begitulah, ini tulisan. Aku tak menemukan cara untuk mengakhiri tulisan ini. Maka, untuk sementara, biarkan aku cukupkan dulu sampai disini, besok kulanjutkan lagi. Salam Manis.

Banda Aceh, 17 Juni 2022.

Vandols, Pemuda aceh yang ingin berkesenian lagi dengan Bumi Purnati.

Sort:  

Senang sekai membaca tulisan Anda, sangat menarik dan enak di baca, tidak terasa tiba-tiba sudah di penghujung tulisan. Terima kasih telah berbagi.

Suatu kehormatan, anda telah meluangkan waktu untuk membaca ini tulisan. Terimakasih kembali.
Sampai jumpa di tulisan-tulisan selanjutnya. Salam. 🙌🏻