Am I an Opacarophile?

Semalam, kami tiba di rumah sekitar jam 10 malam dan tidak mungkin lagi mengambil motor yang dititipkan oleh si Abang di rumah adikku ketika dia akan ikut ke Lhokseumawe. Sehingga pagi ini aku akan mengambil motor tersebut setelah selesai berolahraga pagi.

Kami berangkat untuk berolahraga pagi setelah sholat subuh, sekitar jam 05.30 pagi. Dan baru sekitar 1 kilometer kami jalan, hujan pun turun sehingga kami harus berhenti sebentar dan berteduh di sebuah warung kopi yang masih tutup.

Tentu saja di jam segini orang-orang belum banyak yang beraktivitas seperti warung kopi dan lain-lain, karena cuaca masih gelap dan sedang turun hujan pula.

Aku luput mengamati kondisi cuaca saat berangkat dari rumah tadi, sehingga aku hanya membawa satu topi saja. Dan karena hujan turun, aku memberikan topi yang ku pakai kepada si kecil agar dia tidak sakit kepala nantinya.

Istri relatif lebih aman karena menggunakan jilbab, sehingga hujan rintik-rintik tidak begitu berpengaruh baginya. Dan ketika hujan sudah agak reda, kami melanjutkan berolahraga seperti biasa.

Karena baru saja turun hujan, maka jalanan terlihat basah, dan pada tempat-tempat tertentu ada genangan air di badan jalan, sehingga si kecil harus berhati-hati ketika melangkah.

Cuaca yang cukup dingin, menyebabkan si kecil kebelet pipis, dan kami harus berhenti di musholla terdekat agar dia bisa pipis. Berabe gaes, kalo nggak segera jumpa mushola, bisa pipis di celana dia... 🤭

Kami singgah di rumah adik untuk mengambil motor yang dititipkan oleh si Abang, dan kemudian kami membeli sarapan berupa kue-kue basah, lupis, dan pecal pada seorang penjual di Keude Matangkuli.

Karena hujan masih rintik-rintik aku terpaksa memakai kantong plastik kresek yang aku minta sama penjual pecal agar kepalaku tidak basah. Ka Lagee Mugee Eungkot haree...!

Mugee Eungkot dalam bahasa Indonesia artinya Penjual Ikan Keliling. Jadi Sohibul hikayatnya, Tukang ikan keliling seperti halnya penjual keliling lainnya, mereka menjual dagangannya dengan cara berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya setiap hari.

Mereka ada yang menggunakan kendaraan roda dua bahkan ada yang menggunakan sepeda pada zaman dulu saat aku masih kecil, seperti penjual garam (Ureung Meukat Sira), penjual perlengkapan memasak (ureung peubloe kanoet Beulangong), pembeli ayam (Mugee manok), dan lain-lain.

Mereka harus menempuh jarak yang lumayan jauh dan melaksanakan kegiatannya selama beberapa jam, bahkan ada yang berkeliling kampung sampai sore hari.

Dalam aktivitasnya tersebut, mereka sering mendapati kondisi hujan atau panas terik, sehingga mereka memakaikan plastik kresek di kepala untuk melindungi kepala mereka.

Itulah yang menjadi ciri khas mereka dan menjadi sebuah kebiasaan, sehingga aku mengumpamakan aku mirip seperti tukang ikan (Mugee Eungkot) ketika memakaikan kantong plastik kresek di kepala.

Di siang ini aku lebih banyak beraktifitas di rumah, untuk membuat postingan dan juga mengurus peliharaan dan tanaman kami agar tidak kering atau mati.

Kami tidak kemana-mana di hari Minggu ini karena kami sudah jalan-jalan ke pantai bersama anak-anak pada hari Sabtu kemarin. Jadi agenda hari adalah mengurus rumah saja.

Sore harinya, aku mengajak istri dan si kecil untuk pergi ke rumah mertua di Landing. Aku merencanakan untuk mencari batang ubi untuk dijadikan bibit yang akan ku tanam di halaman samping rumah kami.

Kami membeli kopi espresso dan minuman lainnya di sebuah foodtruck yang mangkal di dekat komplek kantor Bupati Aceh Utara, dan kemudian membawa minuman tersebut ke lapangan upacara dan meminumnya disana.

Kami duduk diatas rumput lapangan upacara kantor Bupati sambil menikmati kopi espresso dan melihat-lihat orang-orang yang sedang berolahraga di sore ini.

Lapangan upacara ini sering digunakan sebagai tempat berolahraga oleh masyarakat sekitar atau hanya sekedar tempat nongkrong sambil menikmati minuman dan makanan yang mereka bawa.

Selain pemandangan outdoor, aku suka menikmati datangnya sunset di sore hari di sekitar kompleks kantor Bupati Aceh Utara ini yang juga berdekatan dengan kantor DPRK Aceh Utara.

Suasana sore seperti ini cukup indah menurutku sehingga aku tidak bosan-bosannya menikmati pemandangan sunset dimana saja.

Warna jingga yang berada di ufuk barat di sore hari seakan menghipnotis ku dan menjadi obat rasa lelah bagiku setelah menjalani rutinitas sehari-hari.

Kata orang-orang, pribadi yang menyukai keindahan sunset, memiliki kepribadian yang optimis, penuh harapan, serta selalu menanamkan pikiran positif dalam dirinya.

Orang yang menyukai pemandangan sunset (Opacarophile) juga memiliki kepribadian yang hangat, ramah, dan menyenangkan serta memiliki aura positif yang bisa menular kepada orang lain. Bagaimana menurut kalian, gaes. Apakah aku termasuk orang yang demikian? ☺️

Karena sebentar lagi magrib akan tiba, kami segera menuju rumah mertua yang letaknya tidak jauh dari lapangan upacara kantor Bupati Aceh Utara. Kami pun membeli beberapa bungkus mie Aceh dan membawanya ke rumah mertua.

Sekian postinganku kali ini, tentang aktivitas ku di akhir pekan. Stay healthy and fun. Ciao..!

Regards

@alee75

ABOUT ME