KALENDER HIJRIAH GLOBAL

in Komunitas Aceh3 months ago (edited)

kalender.jpg

Kalender Hijrah atau Hijriah adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai panduan untuk menjalankan ibadah dan menentukan hari-hari penting dalam agama Islam. Kalender ini berdasarkan pada pergerakan bulan mengelilingi bumi, berbeda dengan kalender Gregorian yang didasarkan pada pergerakan bumi mengelilingi matahari. Setiap bulan dalam kalender Hijrah dimulai dengan pengamatan hilal (bulan sabit pertama) setelah bulan baru. Kalender ini terdiri dari 12 bulan, dengan bulan-bulan yang terkenal seperti Ramadan, Dzulhijjah, dan Muharram.

Perbedaan metode penanggalan Hijriyah menyebabkan ketidaksamaan dalam merayakan hari-hari besar Islam di berbagai negara. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa ulama dan ilmuwan Muslim telah mengusulkan penggunaan Kalender Hijrah Tunggal Global yang didasarkan pada metode hisab dengan kriteria yang disepakati secara internasional. Kalender ini akan mempertimbangkan pergerakan bulan dan matahari secara ilmiah dan akurat, sehingga dapat memberikan kepastian waktu yang sama bagi seluruh umat Muslim di berbagai belahan dunia.

Namun upaya untuk menyelaraskan Kalender Hijrah Global ini menghadapi banyak hambatan seperti adanya perbedaan dalam metode pengamatan yang mempengaruhi penampakan hilal. Perbedaan interpretasi syariah dan faktor geografis yang menyebabkan perbedaan zona waktu diberbagai tempat. Untuk itu diperlukan dialog antara ahli astronomi, ulama, dan komunitas Muslim untuk mencapai konsensus.

Pada tahun 1978, OKI membahas kalender Hijriah global dengan ahli astronomi, ulama, dan pakar hukum Islam. Mereka mencari metode yang akurat dan diterima umat Islam. Rekomendasinya termasuk penggunaan teknologi astronomi modern. Isu penyatuan kalender Hijriah dibahas kembali dalam Konferensi Internasional di Istanbul pada tahun 2016 yang dihadiri oleh lebih dari 50 negara. Kesepakatan penting mencakup penggunaan metode astronomi untuk penetapan awal bulan Hijriah. Meskipun belum sepenuhnya diterapkan di seluruh dunia, upaya ini terus berlanjut dengan harapan bahwa suatu hari nanti umat Islam dapat merayakan hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha secara serentak, tanpa perbedaan yang berarti.

Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah menetapkan Kalender Hijriyah Global sebagai bagian dari upayanya untuk menyatukan penanggalan di seluruh dunia Islam. Penetapan ini dilakukan secara resmi pada tanggal 28 Februari 2021. Kalender Hijriyah Global yang diusung oleh Muhammadiyah bertujuan untuk menciptakan keseragaman dalam penentuan awal bulan Hijriyah, terutama untuk bulan-bulan yang memiliki implikasi penting dalam ibadah, seperti Ramadhan dan Dzulhijjah.

Kalender Hijriyah Global ini didasarkan pada metode hisab hakiki, yaitu perhitungan astronomis yang memperhitungkan posisi bulan dan matahari secara akurat. Metode hisab hakiki memungkinkan penentuan awal bulan Hijriyah dengan presisi tinggi, tanpa harus menunggu pengamatan hilal (bulan sabit) secara visual. Muhammadiyah percaya bahwa penggunaan metode ini dapat mengurangi perbedaan penetapan awal bulan yang sering terjadi di berbagai negara Islam, yang biasanya disebabkan oleh perbedaan metode observasi dan interpretasi syariat.

Keputusan Muhammadiyah ini mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan. Beberapa pihak mendukung langkah ini karena dianggap dapat menghilangkan kebingungan dan perbedaan dalam pelaksanaan ibadah yang penting, seperti puasa Ramadhan dan ibadah haji. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa metode rukyat (pengamatan visual hilal) yang selama ini digunakan memiliki nilai historis dan spiritual yang tidak dapat diabaikan. Meskipun demikian, Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk mempromosikan Kalender Hijriyah Global sebagai solusi jangka panjang untuk penyatuan umat Islam dalam hal penanggalan.

Adopsi Kalender Hijriyah Global juga mencerminkan komitmen Muhammadiyah terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan perhitungan astronomis melibatkan berbagai parameter seperti elongasi bulan, ketinggian bulan di atas ufuk, dan waktu konjungsi (ijtimak). Parameter-parameter ini diolah menggunakan perangkat lunak astronomi canggih, memastikan bahwa hasil perhitungan dapat dipercaya dan konsisten. Dengan demikian, Muhammadiyah berusaha untuk memajukan praktik keagamaan yang didukung oleh ilmu pengetahuan, sambil tetap menghormati tradisi dan keyakinan Islam.

==============================================================

Elongasi bulan adalah sudut antara Matahari dan Bulan dilihat dari Bumi. Dalam astronomi, diukur dalam derajat dan penting untuk menentukan fase bulan. Dalam kalender Islam, digunakan untuk mengamati hilal awal bulan baru dalam kalender Hijriah.

Ketinggian bulan di atas ufuk adalah sudut antara bulan dan garis ufuk yang diukur dari titik pengamatan di permukaan bumi. Pengukuran ini dilakukan setelah matahari terbenam, karena pengamatan bulan baru (hilal) hanya mungkin dilakukan pada saat tersebut. Ketinggian bulan seringkali diukur dalam derajat.
Biasanya, syarat minimal untuk melihat hilal adalah ketinggian bulan harus mencapai setidaknya 2 derajat di atas ufuk. Namun, ada juga yang menyarankan minimal 5 derajat untuk memastikan hilal dapat terlihat dengan jelas.

Waktu konjungsi, atau yang dikenal dalam istilah Arab sebagai ijtimak, terjadi ketika Matahari dan Bulan berada pada garis bujur ekliptika yang sama, yang berarti keduanya berada pada posisi yang sejajar dilihat dari Bumi. Peristiwa ini menandai akhir dari satu siklus sinodis bulan dan awal dari siklus berikutnya.Awal bulan Ramadan dan Syawal sering kali ditentukan berdasarkan pengamatan hilal (bulan sabit muda) yang muncul setelah ijtimak. Meskipun konjungsi menandai titik nol bulan baru, hilal biasanya baru terlihat satu atau dua hari setelah ijtimak, tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi atmosfer dan lokasi geografis pengamat. Oleh karena itu, observasi visual hilal sering kali dilakukan untuk mengkonfirmasi awal bulan baru dalam kalender Islam.