Penjual Pernak-pernik

in LAKSHMIyesterday

IMG_20241218_162306_768.jpg

IMG_20241218_162323_534.jpg

Di sebuah sudut pasar pagi yang ramai, ada seorang penjual pernak-pernik. Setiap hari, ia membuka lapaknya sejak subuh, lengkap dengan lampu kecil yang ia pasang di meja kayunya. Barang-barangnya sederhana: gantungan kunci lucu, gelang anyaman, bros berbentuk bunga, hingga pin dengan berbagai motif menarik. Harganya murah, mulai dari seribu hingga sepuluh ribu rupiah saja.

Namun, yang membuat istimewa bukanlah barang dagangannya, melainkan semangatnya. Dengan senyum yang tak pernah luntur, ia menyapa setiap orang yang lewat. “Ayo, Bu, Pak, pernak-pernik murah tapi bikin hati senang! Cocok buat hadiah, cocok buat hiasan!” suaranya lantang, penuh semangat, mengalahkan hiruk-pikuk pasar.

Tak jarang, ia menunjukkan caranya membuat gelang dari tali anyaman di depan pembeli. “Ini bukan cuma gelang, ini seni, Bu. Bapak bikin langsung dari hati,” katanya sambil tertawa kecil. Meski harganya murah, ia memperlakukan dagangannya dengan sepenuh cinta, seolah setiap barang punya nilai yang lebih dari sekadar harga.

Orang-orang yang membeli darinya sering kali terkesan bukan hanya karena barangnya, tetapi karena energi positifnya. Bahkan, ada pelanggan tetap yang mengaku datang hanya untuk mendengar cerita-cerita Pak Darma yang penuh semangat hidup. Baginya, dagangan itu bukan sekadar mata pencaharian, melainkan caranya berbagi kebahagiaan kepada siapa saja yang ia temui.

Sort:  

Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.