Belajar Bersama Saya#11"Mengambil hikmah kisah film Bila Esok Ibu Tiada"
Assalammualaikum wr wb. Hai rekan-rekanku steemian yang luar biasa. Sehat dan semangat selalu ya. Ijinkan saya untuk pertama sekali mengikuti kontes yang diselenggarakan oleh komunitas Teachers and student. Pastilah menarik kontes ini. Dan nantinya semoga apa yang Aku tuliskan dapat memberi manfaat. Untuk kesempurnaan kontes menarik ini, ijinkan Aku mengundang rekan lainnya, yaitu @ribin42, @fantvwiki dan @puncakbukit. Okey kawan begini awal kisah:
Terus terang Aku kurang hobi menonton film di bioskop. Memang, sedari dulu Aku tak suka. Namun bukan tak pernah. Pastilah pernah. Kalau pun menonton film Aku senang film yang bernafaskan action, perjuangan, pengalaman dan kelucuan. Adapun tokoh-tokoh idolaku adalah Jean Claude Van Damme, Jack Chan, Jet Lee, Bruce Lee, Tom Cruise dan ada beberapa tokoh lainnya.
Nah, pada kesempatan kali ini Aku yang bersemangat untuk menonton film. Sang istri memberi info bahwa ada film lagi ramai ditonton dan diperbincangkan orang tentang film layar lebar yang menarik, yaitu "Bila Esok Ibu Tiada". Saat judul ini disebutkan maka spontan saja muncul kesedihan jiwa. Air mata menetes tanpa diundang. Persoalannya, judul ini menginggatkan akan diriku tentang sosok ibuku yang baru saja meninggal dunia di Hari Pahlawan, 10 November 2024, di kampung halamanku, Desa Jurong Pante, Lamlo, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Diakhir hidup sang Ibu, Aku yang tugas di Tanjungpinang tak dapat melihat wajah sang ibu untuk terakhir kalinya. Aku harus menyeberangi lautan, menembus angkasa dan menjelajahi daratan untuk tiba dirumah. Minggu, hari ibunda meninggal dan Aku berangkat, namun usai salat dhuhur dikebumikan. Aku tak berjumpa dan pastilah kesedihan mendalam selalu tergambar setiap hal berkenaan pembicaraan tentang ibu.
Lokasi Suzuya Mall Marelan Kota Medan
Hari ini (Minggu,17/11/2024) Aku putuskan bahwa Aku, istri dan seluruh anak-anakku menonton film menarik ini. Sayang dilewatkan jika film ini dilewatkan begitu saja. Cerita baik pastilah akan menghasilkan buah yang baik. Kami menonton di Suzuya Mall Marelan, tepatnya lantai atas. Kami rencana menonton pukul 13.15 WIB. Kami bergerak dari rumah pukul 13.00 WIB. Jarak rumah dan lokasi Mall tidak terlalu jauh. Namun jika macet maka menjadi jauh. Apalagi dihari Minggu, suasana Marelan agak macet. Semangat menonton mengalahkan kemacetan. Tentunya harus sabar dan tidak terlambat. Tak lama berselang Kami sudah tiba diparkiran. Sangat jarang Aku jalan dan shooping di Suzuya Mall Marelan. Kami janjian berjumpa di studio. Bersama istri menuju keatas dan kemudian anak-anak usai mobil diparkirkan menuju keatas juga.
Sekitar pukul 13.10 WIB kami semua sudah berada di studio. Sebelum masuk tak lupa mengabadikan foto kebersamaan. Ini sejarah baru untuk keluarga kami bisa nonton bareng (nobar) di studio. Momen tak terlupakan dan pastinya cerita film ini pun membuat tak terlupakan akan kasih sayang dan perjuangan ibunda dan ayah dalam membesarkan anak-anaknya dengan seribu satu persoalan yang datang silih berganti.
Kami semua sudah masuk ke studio dan mencari kursi yang telah ditentukan. Tempat duduk kami tak terlalu dekat dan juga tak terlalu jauh. Ditengah-tengah saja. Tepat pilihan bang Maulana yang bertugas memesan tiket secara online. Harga tiket di hari Minggu Rp 45.000,-/orang, maka totalnya 6 orang dikalikan Rp 45.000,- adalah Rp 270.000,-. Ngak apa-apa untuk kebersamaan.
Suasana didalam studio
Siang itu di studio tak begitu ramai yang menonton. Terbukti kursi tak penuh. Aku hitung ada 150 kursi. Artinya jika penuh ada 150 orang yang menonton. Film Bila Esok Ibu Tiada baru dimulai. Pemeran orang tuanya adalah Slamet Rahardjo sebagai Haryo. Pemeran ibu adalah Christine Hakim, sebagai Rahmi. Untuk keempat anaknya Adinia Wirasti (Ranika), Fedi Nuril (Rangga), Amanda Manopo (Rania) dan Yasmin Napper (Hening). Anaknya 3 perempuan dan satu laki-laki, anak kedua. Sama dengan anak-anakku jumlah dan jenisnya. Awal kisah mereka merupakan keluarga bahagia. Asyik melihatnya. Kompak dan tertawa ceria. Waktu berjalan dimana tiba-tiba, tiga tahun dari kebahagian cerita dibuka Pak Haryo meninggal dunia diatas tempat tidur. Tak ada sakit. Ya, meninggal dunia tak harus sakit terlebih dahulu namun jika ajal datang menjemput maka tak dapat dicegah.
Kegiatan ulang tahun sang Ibunda
Setelah sang ayah (Haryo)tiada maka muncullah masalah lainnya. Ibu (Rahmi) harus membesarkan dan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Sang anak pastilah mempunyai karakter berbeda satu dengan lainnya. Beberapa kali terjadi pertengkaran diantara mereka. Adu mulut dan saling egois tak terkendali. Bahkan disaat hari ulang tahun sang Ibunda, bukannya bahagia yang dirasakan oleh ibunda, akan tetapi pertengkaran anak terjadi antar satu dengan lainnya. Rangga yang satu-satunya anak lelaki sudah berkeluarga belum mapan, yang bekerja mandiri sebagai musikus ribut dengan Hening, kakak tertua. Ibunda mencoba melerai dan mendinginkan suasana dengan penuh bijaksana namun tak mampu. "Ayo anak-anak makan dulu. Ini ulang tahun ibu anak-anak tersayang dan tercinta," lerai ibu. Cara ibu menenangkan tak mampu difahami oleh anak-anaknya. Akibatnya Rangga pulang lebih awal. Bahkan untuk memutuskan menemani ibu pun tak ada yang mengalah hingga bertengkar lagi.
Sang ibu terpukul dan menangis melihat kisah nyata didepan matanya. Anak-anaknya tak akur. Beliau menangis dan tangisannya bertambah kencang saat mengingat almarhum suaminya (Haryo) yang saat hidup mereka selalu berdua. Aku melihat sisi kanan dan kiri sudah ada penonton yang menangis. Termasuk istriku, isakannya halus terdengar ditelingaku. Wajahnya sembab dan beberapa kali air mata dihapus dengan tisu kering. Aku belum menetaskan air mata.
Kegiatan Ziarah dan menghibur diri di tepi pantai
Nah, saat Rahmi pergi ke Pekalongan ziarah kemakam suaminya (Haryo) dan melepas sedih ditepi pantai plus terdengar musik sedih maka Aku tak tahan juga menahan sedih. Aku agak terpukul sedih saat lagu yang ada bait," Sembilan bulan dalam kandungan...," tak kuasa diriku menahan air mata. Masalahnya Aku langsung teringat Ibuku yang baru saja meninggal dunia pada usia 79 di kampungku, Aceh. Tak dapat Aku melihat lagi. Teringat kisah rindu dan kasih sayang. Syairnya sungguh menusuk sukma.
Saat ibunya ke Pekalongan, anak-anak sibuk dan ribut lagi dan saling menyalahkan untuk mencari keberadaan ibunya. Dan, puncaknya saat ibu terjatuh dan akhirnya meninggal dunia, masih ribut saling menyalahkan tentang selama ini tak ada yang peduli untuk menjaga dan melihat ibu kecuali yang paling bungsu. Anaknya sibuk dengan profesinya seperti mengejar karier dalam kerjanya, musikus, shooting perfilman dan paling kecil anak kuliahan. Sadarnya terlambat, setelah meninggal sang ibu baru mencoba akur kembali. Nasi sudah menjadi bubur dan dipatuk sama ayam.
Kurang lebih sekitar satu jam setengah film pun berakhir. Satu persatu penonton keluar dan kami pun ikut keluar dan pulang. Dalam perjalanan pulang, saat dimobil Aku bertanya satu persatu dengan anak-anakku termasuk sang istri bahwa hikmah apa yang bisa dipetik dari film tersebut?
Sebagai kakak tertua Raihan menyampaikan," Antara saudara kita harus saling mendengarkan pendapat dan jangan saling menyalahkan satu dengan lainnya".
Maulana anak laki satu-satunya berpendapat,
" Bahwa kesan filmnya belum dapat dari judulnya yaitu Bila Esok Ibu Tiada. Ceritanya banyak tentang konflik anaknya satu dengan lainnya. Kemudian banyak kesan kakak dan adiknya daripada nasib ibunya, oleh karena itu dengan kakak adik harus saling mendengarkan. Kakak pertama jangan sampai egois dan adik-adiknya juga jangan menyalahkan."
Selanjutnya menurut Az-Zahrah," Kalau anak-anak harus meluangkan waktunya. Orang tua jika ada masalah jangan disimpan sampaikan saja karena komunikasi itu penting. Jadi anak-anak tidak pusing jika orang tua ada keluhan didiamkan. Jika disampaikan maka bisa dicari solusi jalan keluar secara bersama-sama."
Nah, ini anak paling bontot, Zizi mangatakan,
"Kalau sudah besar semuanya jangan lupa kumpul bersama keluarga. Bersaudara itu harus aku." Singkat kalinya si bungsu ini berpendapat.
Nah, pamungkas menurut sang istri menyampaikan," bahwa cerita ini sedih dan sama dengan anak-anak kita Pa, yaitu karena punya anak satu cowok dan tiga cewek. Suaminya semasa hidup selalu dekat sama istri dan selalu menasehati istri bagaimana menghadapi sang anak. Suami tak ada terpukul sekali menghadapi anak-anaknya. Yang bersangkutan tak tahu bagaimana kehidupan diluarnya. Dirumah baik-baik namun diluar tak tahu anaknya berteman sama orang yang pernah membawa anaknya masuk sel karena temannya pemakai narkoba."
Semarak juga mendengarkan pendapat para anak-anak tentang film tersebut. Namun ada yang sependapat denganku jika judul film ini agak kurang tepat. Menurutku judulnya lebih elok Bila Esok Ayah Tiada. Terbukti bahwa setelah ayahnya meninggal dunia maka sang ibu agak kesulitan mengendalikan anak-anaknya dengan kegiatan kesibukannya. Bertengkar saat berjumpa dengan tidak ada yang mengalah saat adu pendapat. Pusing sang ibu dibuatnya hingga ingin menenangkan diri pergi ke Pekalongan ziarah ketempat sang suami. Berat sekali beban sang ibu yang Aku perhatikan.
Namun, apapun kisahnya, bahwa film Bila Esok Ibu Tiada ini sangat baik dan penting untuk ditonton oleh kita dan anak-anak kita semua. Luar biasa Rudi Soedjarwo sebagai sutradara memproduksinya. Ada pelajaran hikmah yang perlu diambil sebagai bekal kita untuk senantiasa mengetahui cara menyenangkan hati kedua orang tua selama masih ada. Jangan lupakan orang tua dan jangan lupa berikan kasih sayang kepadanya. Jika tak ada baru sedih. Hal ini Aku rasakan, saat jauh sama orang tua karena berdinas, Ibunda pergi menghadap ilahi pada tanggal 10 November 2024. Aku berangkat dari Tanjungpinang dan tak jumpa maka sedihlah terbawa rasa.
Sekali lagi mari sayangi dan peluklah kedua orang tua yang masih ada. Bagi yang jauh karena tugas negara tanya kabarnya dengan berkomunikasi melalui handphone. Jika tak ada mari kita kirimkan do'a dan setiap kebaikan amal ibadah kita perbuat maka niatkan untuk keduanya. Lahul Al-Fatihah untuk kedua orang tua Aku yang telah tiada.***
Salam sehat dan semangat dari Negeri Gurindam XII Raja Ali Haji@hoesniy
You've got a free upvote from witness fuli.
Peace & Love!
#steemexclusive
@ myteacher
yes
yes
Bila esok Ibu tiada semoga ayah tidak menikah lagi, 😅 film yang bagus ditonton bersama keluarga karena mengingat banyak pesan-pesan moral yang terkandung di dalam film tersebut. Semoga kita bersama keluarga selalu akur dan damai.
Hehe..pesannya jangan menikah lagi.