Jalan Di Pagi Hari, Menemui Keindahan.

in Indonesia4 days ago (edited)


Bunga Lotus atau Seroja, objek gratisan di tepi Jalan Raya Parung-Bogor

Salam Indonesianers

Tidur hanya 3 jam, tapi tidak mengantuk meskipun sibuknya bukan main. Gagal Subuh-an di mesjid, dibangunin jam 5.00 oleh Maslakoe. Ada janji hendak menemaninya jogging sebagai konsekuensi dari minta diajari berenang pada hari Senin lusa (Insya Allah). Sambil menunggu beliau kelar dengan urusan "alamiah"nya, saya tinggal ke mesjid untuk daftar periksa kesehatan gratis yang diorganisir oleh pengurus RW dan Mesjid.


Saya merasa bersalah karena kurang tidur. Kemungkinan besar saya akan gagal lagi menjadi pendonor darah😔. Setelah mendaftar dan mengambil beberapa foto, Maslakoe yang menunggu di depan warung Bapak tidak memanggil lagi, saya berlari mengejarnya tanpa pemanasan dulu. Alhamdulillah, energi cukup meskipun langsung disambut tanjakan. Tidak perlu diskusi mau ambil rute yang mana, sebab saya sudah mengatakan bahwa saya ingin melihat jembatan gantung di Pondok Petir yang kini berubah jadi jembatan aksesoris Komplek Perumahan River Valley🥲.

Lewat Jalan Republik Pinang dulu, sambil merekam beberapa aktivitas penduduknya yang gigih dan tukang jajan🫣.

Tukang Pisang langganan Bapak yang punya gaya khas saat memanggil pelanggan dan menawarkan dagangan, baru 100 meter meninggalkan rumahnya.



Mbak Jamu keliling sedang menyiapkan jamu untuk Tukang Pisang


Banyak aktivitas lain, tapi terlalu biasa untuk diceritakan. Berjalan hingga 2 KM sampai ke ujung jalan itu, Maslakoe menawarkan pilihan. Ke kiri, lewat Kampung yang banyak orang Betawinya. Ke kanan, lewat Kampung Gowes ke Candi Sawangan. Anak mudanya pilih kiri. Ada rumah khas Betawi yang hendak difoto.

Jalan Kampung yang awalnya lebar, nantinya akan mengarah pada lorong-lorong yang sangat ramah pejalan kaki. Sebagai pejalan kaki rutin, tentu saja seperti biasanya akan selalu ada penduduk yang ramah menyapa atau tersenyum saja. Melihat saya mengekor Maslakoe sambil berlari-lari kecil mengejar (tertinggal sebab sibuk memotret pohon rambutan😆), Ibu-ibu tua yang ramah akan berkomentar lucu "Nah, gitu dong ajak istri, ditungguin dong!". Apakah Maslakoe akan mengatakan sesuatu? Beliau cuma nyengir. Saya ikutan nyengir juga. Lah, bukan nggak diajak. Masbinoenya banyak kali alasan supaya tetap main selimut.


Hanya ambil satu foto saja, lain kali harus singgah makan di Warung Betawi yang dibangun dalam halaman tanpa pagar. Itu satu-satunya rumah tanpa pagar yang sangat khas.


Tahun 2019-2020, saat kami sering melintas di situ. Ada banyak rumah khas betawi yang ukurannya lebih kecil dengan halaman yang luas. Tetapi, tampaknya sudah berubah kepemilikan menjadi rumah mewah tanpa halaman dengan pohon buah yang rindang. Banyak juga kluster perumahan baru. Meski lahan sempit, semua bernilai tinggi.


Sekali belok kiri, lalu belok kanan, lalu kiri lagi, melewati jalan kecil yang dulu hanya ada kebun singkong, kini berpagar tembok tinggi. Bila sudah bertemu Gang Mushalla ini artinya sudah dekat ke Jalan Raya Parung-Bogor.


Sampai di ujung jalan, ambil ke arah kanan menuju Candi Sawangan, The Gardens, Republik Serua. 50 meter melawan arus jalanan yang ramai, mata yang tadinya hanya peduli pada pohon rambutan akhirnya terbelalak senang. Maslakoepun pasrah!


Lapak penjual tanaman hias tanpa penjaga di tepi jalan yang ramai itu sedang dipenuhi bunga teratai pink (uuhh.. kalau ada yang putih, ceritanya bisa lebih berkembang🫢, hanya penggemar Novel China yang paham ini).


Ya, bunga indah dan mahal yang jarang dijumpai bila tidak secara kebetulan atau khusus dicari. Sayangnya bunga ini tidak tumbuh di empang atau setu yang ada di seputaran Pamulang dan Tangerang. Andai dia seganas Enceng Gondok!


Meskipun keduanya disebut teratai oleh banyak orang Indonesia. Sebenarnya mereka itu berbeda. Sacred Lotus atau padma kamala aka seroja ada biji yang bisa dimakan selain rimpangnya. Pygmy-water lily atau teratai daunnya tumbuh di atas air, bijinya jarang dimakan tapi rimpangnya bisa.


Cari saja sendiri di Google kalau berminat. Saya menulis dengan steem mobile, kurang nyaman nyari kaitan ke Wikipedia atau asianplants. Jika saya menemukan postingan yang menyebut nama bunga dengan keliru, kadang saya arahkan ke pengetahuan ilmiahnya. Namun, sering juga saya abaikan. Dunia luas, pengetahuan terbentang bagi orang-orang yang berpikir dan haus pengetahuan. Kita bisa membawa kuda ke air, tapi tak bisa memaksanya minum (menurut kamus Cambridge).

Saya tidak bisa terus menerus mengingatkan orang akan kekeliruannya. Saya bukan ahli bahasa, bukan ahli tanaman atau ahli famili. Apalagi status saya hanya pembaca, tukang komentar yang "ngawur" kata seorang teman. Jadi, tidak pantas untuk diperhatikan atau didengar. Lakukan saja yang Anda bisa dan senangi selama tidak membuat orang lain tak senang. Jangan berhenti sebab manusia tak ada yang sempurna kecuali seorang saja (meskipun dia langsung ditegur Tuhannya).

Lihat saja ciptaanNya, ambil foto bila tak mampu memiliki dan merawatnya sendiri. Begitu lebih asyik.


Mencoba macro photography, tapi masih jauh dari hasil yang dicari🫣

Bersambung...

Sudah dulu, Sampai Lain Kali!


@pieasant, aku di sini 👋

Posted using SteemMobile

Sort:  

💯⚜2️⃣0️⃣2️⃣4️⃣ This is a manual curation from the @tipu Curation Project

@tipu curate