South Quarter, Terminal 3, berburu foto refleksi
Salam Indonesianers 🙌
Aku sebagai orang yang mudah merasakan sedih dan senang, tidak pernah kehabisan akal untuk membuat diriku sendiri berbahagia meski sesaat. Karena kunci kebahagiaan itu ada pada cara kita bersyukur. Jadi begitu lah, aku diajak menjemput anak teman baik yang baru pulang dari Melbourne, Australia untuk mengerjakan proyek dari kampusnya di Tanah Air. Karena aku sering hadir pada momen bahagia keluarga 3 orang itu (1 Mami 2 anak bujang). Beberapa waktu lalu aku ikut mengantar Bujang 1 berangkat ke Aussie, hari ini aku ikut menjemput Bujang 2 pulang di Bandara Soetta, Cengkareng, Banten.
Berangkat dari PamEst jam 4.30, karena jalanan tidak terlalu ramai, bisa tiba di South Quarter, Lebak Bulus, Jaksel, lebih cepat dari biasanya. Aku tidak langsung naik ke unit apartemen temanku di SQ Rest. Aku lebih suka mengeksplorasi sekitaran Tower untuk berburu foto refleksi. Niat awal hendak ke Tower B, SQ Dome berada. Tapi sebuah tempat unik antara Tower C dan D mengalihkan perhatianku.
Sebenarnya aku penasaran dengan tempat itu saat aku mengambil gambarnya pada kunjungan sebelumnya dari lantai 10. Jadi, sambil menunggu temanku shalat dan bersiap, kumanfaatkan saja waktuku untuk melihat-lihat. Meski sering main ke SQ, aku jarang menjelajah.
Bah 🫣 yang tempo hari kukira taman rumput ternyata kolam dangkal 😂 langsung girang anak mudanya. Ada matahari mau tenggelam pula. Mulai deh segala ide tulisan muncul. Tapi bukan untuk postingan di sini😁🫣
Satu adegan cukuplah kalau untuk steemit. Aku menonton air mancur mini yang menari mengikut gerak angin. Waah, keasyikan sampai mobil yang akan membawa kami ke Bandara harus menunggu beberapa menit.
Perjalanan ke Bandara memakan waktu hampir 40 menit, meskipun lewat Tol. Bandara sedang ramai, terutama di Terminal 3.
Kawan cantikku menunggu diantara orang-orang. Sengaja pake filter BW, biar lain sikit.
1 jam menunggu, Bujang 2 muncul langsung diserbu peluk cium maminya. Well, tante ini dapat peluk juga sikit 🤗. Tak banyak diskusi, langsung ke tempat makan terdekat.
Yup, Bakso Zuro. Biar kata signature dish-nya Bakso. Jam makan malam, rumah masih jauh, ngapain ngebakso? Dendeng Balado lah! Ini cara ampuh untuk menghindari ajakan makan sate padang Mak Syukur begitu tiba di SQ nanti 🤣 kalau kenyang, bisa nolak.
Biar kata harganya senilai total rewards 20 postinganku, ditraktir ini. Alhamdulillah 🤲. Minumnya jus kedondong, ayee.. ada sumboi di dalamnya, susah diambil😂. Enak, kenyang, pulang!
Blur, sengaja aku tuh 😂 biar nggak apa kali. Satu jam kemudian, tiba lagi di SQ Rest. Merokok sambil ngobrol sama Bujang 2 yang mulai jadi perokok reguler sebentar. Daripada ntar ikut kena omelan Maminya, karena mendukung anak bujangnya merokok 😎 langsung pamit anak mudanya🏃🏃 kabooooorr!
Eehh dikasih uang jajan🫣☺️ Alhamdulillah, bisa belanja printilan online dong😂😂🤣 udah nolak waktu mau dikasih sampel (salam tempel) lupa kalau si Mami punya hobi transfer gopay setiap kali aku ke SQ🤦
Mana foto refleksi? Okay... Meskipun itu untuk kontes di sebelah, ada banyak kok. Satu saja cukup.
Ini lumayan terang meskipun bukan yang terbaik dari hasil berburu hari ini. Keren banget Desainer South Quarter ini. Brilian kataku!!
Bakso memang setelan menu sejuta umat, tak kenal tempat, mulai di gerobak roda tiga, kaki lima hingga plaza selalu menyertainya, hehehe
Btw, lama sangat tak main-main ke Jakarta, entah sudah seperti apa ibu kota, apalagi Bandara, yang seperti makin jauh berbeda dengan yang terbayang di kepala
..
Bandara yang paling mencolok berubahnya meskipun berbagai kemudahan juga tersedia, sedangkan temapt-tempat lain, meskipun lokasinya masih sama tapi sudah lumayan banyak berubah apalagi dengan "cashless akan non-tunai" dimana-mana, nggak bawa duit gpp, asalkan ponsel berisi aplikasi e-wallet dan perbankan.
harus bikin rencana bagus kalau mau ke jakarta, ntar... mana tahu mau nonton Indonesia Vs China atau Bahrain kan?
https://x.com/cicisajaX1/status/1875517975983485405
Thank you as always, team.. have a blessed day ❣️
I like your writing style, it has a certain "lightness." It’s always a reflection of the state of mind and character.
It's interesting how here on Steemit we can see other parts of the world, a completely different world.
I haven’t been photographing my hometown for about three years because of the war, as it can be dangerous; you could be mistaken for a spy or a missile spotter. Once, my uncle wanted to nostalgically photograph the building where his first love lived... Three men ran out of the entrance and almost beat him up 😅
Thank you DJ 🙌 I know about your situation, I wouldn't dare to encourage you to go around and play war tourism's adventure if the consequences is losing you.
Are you living in Kyiv? I learned from some post's that it's a wonderful city. I hope the war is over and you'll have your peaceful day again. Tbh, I still don't get it, is this really a war or gun's mercenaries business war (forgive me, I don't know which news agents to trust).
Lol, poor uncle🥲 it must be an unforgettable first love for your uncle 🤦 but did it worth the risks?
I live in Oleksandriya. It's a small town with about 100,000 residents, right in the center of Ukraine. I wouldn’t call it a village exactly, since we have a McDonald's and various other things, but it’s still provincial.
As for the war, for Ukrainians, everything is "simple" — Ukrainians are fighting for their survival because russians want to destroy us as a state and even physically as a nation (the russians capture cities and bring mobile crematoriums with them, burning bodies to leave no trace).
Many russians are indeed fighting for money, because their army now offers 2 million rubles for a contract (it started with 200,000 rubles, but clearly, their pool of willing soldiers is running out, which is why they had to raise the pay. We’ve already killed about 700,000 of these scoundrels, so this obviously discourages the desire to fight for money. No matter how much they pay, it’s pointless if you’re killed and never get to see money). So, considering the losses on both sides, more than a million people have already died, and calling this a "conflict" as much of the official media does, avoiding the word "war," in my opinion, is a very inappropriate form of "liberalism."
Thank you for your interest in this topic. Have a nice day =)