Akhirnya tak jadi mati

in Indonesia3 years ago

Belakangan, tidak ada yang menarik untuk kutulis. Postingan terakhirku, sempat berhenti hingga satu bulan lamanya. Dan setiap membuka steemit, aku seperti di teror olehnya, agar segera menyerahkan sebuah postingan. Gegas aku menekan tanda garis tiga di sudut kiri paling bawah HP. Kututup aplikasinya. Aku seperti melarikan diri, lalu bersembunyi dari pantauan steemit yang meutuwah itu.

Baiklah, akan kubagi satu cerita agar tidak terlalu jauh berjarak antara aku dan steemit.
"Pada suatu hari, aku mendapati kabar bahwa seorang teman dari kawanku terbaring sakit. Aku lupa menanyakan nama temannya itu. Jenis sakitnya adalah ngilu dalam perut. Lama-lama sakitnya semakin parah, hingga harus berobat ke rumah sakit. Sampai dirumah sakit, terjadilah pemeriksaan oleh sang dokter spesialis lambung. Dia divonis pembekakan lambung, sehingga harus operasi.

clinic-1807543_640.webp
Sumber Photo

Si sakit, dulunya adalah seorang laki-laki nakal seiring pertumbuhannya menjadi remaja. Dia seorang santri di salah satu pesantren tradisional di kecamatannya. Dari umur 13 Tahun hingga 17 dia mondok di pesantren tersebut. Dan temanku yang menceritakan kisah ini, tahu betul bagaimana perangai temannya yang sakit itu. Semasa di pesantren si sakit sering menipu ibunya. Dia sering menyuruh ibunya mengirimkan uang untuk kebutuhan yang diada-adakan olehnya. Misalnya kebutuhan membeli kitab, membeli kain sarung, perlengkapan mandi sampai iuran kebersihan. Orang tuanya yang termasuk dalam kategori orang berduit, tidak terlalu mempertanyakan perihal uang tambahan tersebut, selain mngirim rutin uang bulanan untuk anaknya.

Di rumah sakitlah semua rahasia tentangnya dulu terbongkar. Dan yang membocorkan rahasia itu, bukanlah temannya, atau orang lain yang mengetahui sifatnya. Melainkan dialah yang membuka aibnya sendiri. Si sakit, begitu takut mendengar kata-kata dokter, ketika sang dokter mengatakan lambungnya sudah parah. Jika tidak segera bedah, maka akan menjalar ke yang lain dan semakin parah.

Membayangkan kata-kata"bedah" dari dokter, si sakit menjadi pucat dan menghantui pikirannya. Dengan segera dia bangun memeluk ibunya sambil menangis. Lantas mengambil tangan sang ibu, diciumnya sambik tersedu-sedu. Si sakit membayangkan dirinya tak akan selamat. Dia mengira ini kesempatan terakhir meminta maaf pada ibunya sebelum meninggalkan dunia. Menangislah ia sejadi-jadinya sambil meminta maaf. Hingga menjadi perhatian orang-orang lain di satu ruangan rumah sakit tersebut.

hospital-840135_640.jpg
Sumber photo

" Mak...neu peu meu'ah long. Le that long peungeut droeneuh. Peng yang long yue kirem seubutoi jih, hana perle. Nyan hanya keudroe kuh untuk long mebloe peu-peu yang galak. Neu peu meu'ah Mak beh". Begitu dia mengatakannya pada ibunya sambil menangis. Ibunya yang PNS itu juga menangis dan memaafkan anaknya tersebut. Sang Ibu terkesan sangat sayang dan memanjakan anak lelakinya.

Malam hari setelah mendapat putusan dari dokter, dia dioperasi. Singkat cerita berselang dua bulan kemudian, si sakit menjadi sehat kembali dan tidak jadi mati. Sialnya, Kawan-kawan si sakit yang mengetahui kabar itu, menjadikan ceritanya sebagai bahan tertawaan saat sedang ngumpul bersama. "Lheuh lakee meuah, lheuh di bongkar mandum rahasia, ka hana jadeh matee. Adak matee keren bacut". Begitu teman-teman mengolok dirinya.

Sort:  

Tulisan abang memang kenyataan yang sering kami temui, pasien ketahuan latar belakangnya ketika masuk rumah sakit, sebuah penyakit seringnya menggambarkan perilaku individu sebelum sakit. Tapi harusnya ada prinsip kerahasiaan terkait kondisi pasien yang hanya boleh diketahui pasien dan orang terdekat.

Iya kak. Tapi cerita itu yakin aku tidak ada yang tahu. Seperti antara ada dan tiada...😅😅

Cerita sedih plus kocak namun sungguh dengan pesan moral yang kuat Bg @fooart