Penyair Tua yang Lapuk

in Indonesia3 years ago (edited)

20210707_171447.jpg
Sumber :
PUISI bisa jadi hanya seni merangkai kata, isi atau gagasan tak penting dibicarakan. Pencapaian puisi kadang ditentukan dari kemampuan penyair dalam mengolah bentuk-bentuk kata menjadi apa yang disebut puitis atau bersanjak. Bila puisi hanya demikian, puisi tak lebih hanya keterampilan kriya. Haruskah puisi hanya bernilai dari bentuk, dari kemasan?

Puisi-puisi Penyair tua lainnya bahkan kurang merujuk pada dunia luar, semuanya menghadapkan diri dengan situasi batin. Lagi-lagi kita temukan kecenderungan penemuan akan sesuatu yang transenden dalam bentuk yang tak dianggap sempurna.

Sastra berada dalam tegangan antara penyajian menyajikan “makna referensial” (hubungan teks dengan dunia luar) dan “makna tekstual” (hubungan teks ke dalam)”. Sastra menekankan diri pada “makna tekstual” yang menghasilkan keunikan, ambivalensi makna dan penghayatan dibandingkan makna referensialnya. Puisi, sebagaimana juga para penyair Indon ditemukan lebih banyak berada dalam wilayah “makna tekstual”. Teks yang dituliskannya dapat dipahami dalam konteks pemahaman pribadinya terhadap dunia luar, bukan melalui pengaitan teks dengan realitas yang dirujuknya. Konteks ruang waktu, kalaupun dituliskan, bukan sesuatu yang dapat dirujuk pembaca, melainkan sebagai ruang waktu dalam pengalaman pribadinya.

IMG_20210707_171601.jpg

Bila puisi— seperti karya seni yang lain—kreasi untuk memfragmenkan kehidupan yang liar menjadi bentuk tertentu (sehingga dapat diketahui awal akhirnya) dalam kotak yang jinak (sehingga dapat diamati), maka puisi tak menawarkan kotak terstruktur itu. Puisi tidak menawarkan kerangka dan niatan untuk menghitung akan membuat angka tak bisa menjumlah, karena kehidupan selalu mengelak menjadi nama-nama yang kecil dan kurus. Lalu memanjang terus dan terus sampai tak ada lagi orang yang sengaja melintas. Terus memanjang dan tak berpola.

Puisi memiliki ruang yang membebaskan kita memberikan gambaran mengenai kehidupan. Karena kehidupan tak seragam, maka puisi pun tak harus seragam. Semua penulis punya cara menghayati dan memandang kehidupan yang kemudian dituliskan dengan caranya tersendiri. Puisi adalah kanal bagi semua kemungkinan itu, maka beruntunglah kehidupan ini walaupun semua kemungkinan di negeri ini disumbat oleh korupsi namun tak bakal menyumbat hidup, terutama karena ada; Puisi

Di tengah situasi itu, masih ada puisi yang dapat memuat gambaran hidup serumit apa pun. Puisi, memang seharusnya, tak sekadar mengulang-ulang tema lama, cara pandang lama, atau cara ungkap lama dari Penyair Tua yang Lapuk.

20210427_213107.jpg
Cuplikan film Dead Poet Society

Di masa depan, mungkin puisi tak sekadar bertanya melainkan mere(/de-)konstruksi.


20210505_015725_0000.png

Sort:  

coba itu adegan di dead poet society diberikan link juga, hahahaa

Ehh iyaa, lupa. 🤦
Ohya aku udah nulis review film keren ini di beberapa postingan sebelumnya.

Terimakasih masukannya, kak. 🙌🏻

sama-sama, aku senang kee serius menulis tentang sastra, meskipun peminatnya kebanyakan "pembaca hening" setidaknya memberikan pengetahuan bahwa ada banyak cara menulis puisi dan karena ianya tidak tergantung selera pembaca, maka harus dinilai dengan cara khusus pula.
ngomong-ngomong... udah lama aku ngga pernah dengar ada lomba baca puisi, kee pernah ikut lomba?

Ngomong-ngomong aku baru memenangkan lomba baca puisi indihome. Juara 1. 😂
Ini link videonya:

waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh.... kereeeeeennn!!!!
ternyata masih ada, mantap, and congratulations!